Demokrasi Cuma Slogan, Bersifat Non Riil dan Utopis
Dewan Pimpinan Pusat Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (DPP MHTI) kembali menggelar Forum Kajian Tokoh Muslimah ke-10 yang bertajuk ”Demokrasi Alat Penghancur Bangsa dan Keluarga?”, Senin( 20/4) di Jakarta. Kajian ini menghadirkan pembicara antara lain: Dr. Valina Singka Subekti (Ketua Pascasarjana UI, mantan anggota KPU), Ir.Nurliah Nurdin M.Si (Dosen Institut Pemerintahan Dalam Negeri), Zidniy Sa’adah, ST (DPP MHTI) dan Ir. Lathifah Musa (DPP MHTI).
Demokrasi, sistem baik diantara yang buruk, jika ada sistem lain yang lebih baik silahkan ditawarkan. Demikian ungkap Ibu Valina Singka. Berkenaan pemilu, beliau mengakui pemilu di Indonesia paling kolosal serta sistemnya paling rumit sedunia. ”Pemilu Indonesia memilih empat lembaga sekaligus dengan sistem setengah terbuka (suara baru dianggap sah jika mencontreng tanda gambar dan caleg).” Peraturan pemilu tersebut dibuat DPR yang merupakan representasi parpol dengan segala kepentingannya. Akibatnya demokrasi yang dihasilkan berjalan setengah-setengah. ”Demokrasi baru bisa berjalan dengan baik bila memenuhi syarat masyarakat tingkat kesejahteraannya tinggi dan cerdas, para pemimpin yang menjalankan pemerintahan bertanggungungjawab untuk mewujudkannya,” kata bu Valina.
Ibu Nurliah dari IPDN menyoroti demokrasi dari sisi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). ”Indonesia menjadi negara paling sibuk sedunia karena pilkada langsung. Menurut kompas Februari 2008 jumlah pilkada sebanyak 476 sehingga dalam setahun berlangsung 500-600 kali pemilu. Kekacauan pilkada terjadi sekitar 35-40 %.” Pilkada yang dimaksudkan untuk memilih pemimpin yang dikehendaki rakyat, namun faktanya bias kepentingan parpol. Terkait dengan demokrasi vs Islam, beliau menyatakan perlunya memperkenalkan sistem alternatif. Selain itu perlu advokasi terutama melalui media masa agar sistem alternatif diketahui secara meluas.
Ibu Zidny dari DPP MHTI, mengkritisi bahwa demokrasi bermasalah bukan hanya dari praktiknya akan tetapi dari filosofinya karena kelahiran demokrasi yang antroposentrik (berpusat pada manusia). ”Demokrasi lahir dari epistemologi sekuler yang sangat bertentangan dengan Islam, lahir di eropa abad 25, sebagai wujud trauma terhadap kepemimpinan otoriter. Sehingga tidaklah heran jika semangat demokrasi adalah, freedom, kebebasan.” Demokrasi menempatkan kebebasan manusia adalah segala-galanya, tentunya prinsip kebebasan seperti ini sangat bertentangan dengan Islam.
Ibu Zidny pun meragukan keampuhan demokrasi sebagai sistem terbaik karena demokrasi tak kunjung memberikan ’kesembuhan’ bagi negeri ini. ”Justru yang terjadi, demokrasi gagal menghasilkan para pemimpin, faktanya lihat para caleg juga kondisi masyarakat yang bodoh demikian pula parpol tak berfungsi untuk melakukan pendidikan politik bagi masyarakat,”tegas ibu Zidny. Bahkan mereka semua dikerdilkan jiwanya oleh demokrasi.
Ibu Zidniy juga menambahkan sudah terlalu lama negeri ini berdemokrasi dan menghabiskan biaya yang terlalu mahal. ”Jika ada yang mengatakan harus bersabar dalam menjalani proses transisi berdemokrasi, maka kesabaran yang seperti itu terlalu naif,” kata Ibu Zidny. Kesabaran hanya bisa dilakukan jika ada garansi kepastian demokrasi negeri ini akan menjadi lebih baik. Para pemikir demokrasi dari Barat pun mengakui tidak ada satu pun jaminan yang bisa diberikan demokrasi. Paham demokrasi sama sekali tidak bisa menjamin bahwa warga-masyarakat suatu negara yang menjalankannya akan bahagia, makmur, damai, dan adil. Pemerintahan mana pun, yang daigngap paling demokratis, tak akan mampu memenuhi tujuan-tujuan ideal demokrasi. Dalam praktiknya demokrasi selalu mengecewakan dan jauh dari harapan. ”Seperti usaha-usaha sebelumnya untuk mencapai pemerintahan yang demokratis, negara-negara demokrasi modern juga menderita banyak kerusakan (Snyder, 2003),” tandas Bu Zidniy.
Menurut beliau demokrasi merupakan alat penjajahan barat pada dunia Islam. Seiring dengan arus deras demokratisasi, muncullah konsep good governance yang hakikatnya liberalisasi struktur politik pemerintahan suatu negara. Peran negara dilumpuhkan karena digantikan pasar (kapitalis).
Ibu Latifah Musa dari DPP MHTI menegaskan pentingnya sistem alternatif untuk menggantikan demokrasi. ”Sistem Islamlah satu- satunya sistem terbaik, karena telah dicontohkan Rasulullah SAW. Sistem Islam selama ini belum tersosialisasikan di tengah umat. Sistem Islam memiliki konsep kepemimpinan amanah dengan pola tersendiri yang berbeda dengan demokrasi.” Sistem Islam dibangun oleh landasan keimanan kepada Allah SWT, bahwa hak menetapkan hukum dan memutuskan perkara di tangan Allah. Sebagaiman ayat Al Qur-an ”Sesungguhnya menetapkan hukum itu adalah hak Allah”. (TQS Al An-Aam:57).
Ibu Latifah menjelaskan akuntabilitas dalam struktur negara Islam juga akan menjaga berjalannya sistem hukum, agar tetap berjalan pada jalur yang benar. Ada pun faktor keberhasilan pencapaian kesejahteraan di dalam Islam terletak pada tiga aspek yakni :
- Konsep dan platform yang jelas-jelas mampu menjamin kesejahteraan rakyat. Konsep dan platform ini tertuang secara sempurna dan menyeluruh dalam hukum-hukum syariat Islam.
- Pemimpin yang dipilih rakyat dengan amanah untuk menjalankan syariat Islam, maka ia memiliki komitmen untuk mensejahterakan rakyat. Khilafah yang dipilih rakyat memiliki kualifikasi orang yang memiliki ketakwaan tinggi, orang yang terbaik di tengah masyarakat
- Jaminan akuntabilitas yang jelas dan transparan. Di dalam sistem Islam terwujud dalam struktur negara yaitu Majlis Umat dan Mahkamah Madzhalim. Akuntabilitaspun terwujud dalam partai politik Islam sebagai wujud penerapan QS Ali Imran 104. Sekelompok umat yang tergabung dalam partai politik Islam ini menjalankan edukasi politik Islam kepada rakyat agar rakyat menjadi cerdas. Partai politik Islampun dapat melakukan agregasi ketika akuntabilitas dalam lembaga negara mengalami hambatan fungsi. Akuntabilitas juga terwujud dalam peran aktif individu-individu yang memiliki komitmen mejalankan amar ma’ruf nahyil munkar kepada penguasa
Beliau menegaskan bahwa sistem Islam mampu mewujudkan sistem pemerintahan yang stabil karena kepemimpinannya terpusat (kekuasaan yang terpusat), sementara sistem demokrasi tidak ada kekuatan yang dominan,. Ini membuat situasi tidak stabil. Demokrasi di AS bukan ditentukan oleh kekuatan dominan, namun Obama yang berhasil menyatukan cita-cita masyarakat AS dengan ”American Dream”.
Tapi sebagaimana karakter demokrasi , waktu yang akan membuktikan. Apakah AS sebagai kampium demokrasi akan berhasil? Yang jelas sistem ekonominya telah terbukti hancur dan telah menimbulkan kebangkrutan perekonomian global. Oleh karena itu, hanya Islamlah solusi yang nyata dan riil untuk mewujudkan negara kuat dan rakyat sejahtera. Sementara demokrasi cuma slogan yang bersifat non riil dan utopis.[]
Democrazy, for idiots only !
Saya katakan, demokrasi adalah anak haram dari perselingkuhan pihak gerejawan dan kaisar dengan filosofi dan ilmuan, lahirlah sekularisme(pemisah agama dengan kehidupan), inilah yang menjadi asas demokrasi yang dipertuhankan oleh sebagian rakyat didunia ini.
untuk apa kita mengambil demokrasi sebagai sistem yang mengatur kehidupan kita. hanya islam dan khilafahlah yang berhak mengatur kehidupan umat islam, selain itu ditolak.
allahu akbar…………..
Demokrasi memang ‘jebakan maut’ yang dipasang oleh musuh2 Islam. Banyak umat Islam yg tersilaukan bahkan memujanya. Naudzubillah…
democracy is a crazy system or plinplan alias tidak konsisten.. MATILAH KAU DEMOKRASI!!
mantab mba zidniy…ana suka dengan istilah “kesabaran yang terlalu naif”.demokrasi bukan melanggengkan idealisme Islam namun memasung dan memaksa idealisme tersebut menjadi sekuler…
demokrasi = demo + kratos
demo = kedaulatan
kratos = rakyat
= ideologi komunis
karena tidak percaya ada Tuhan, harusnya kedaulatan ada ditangan Tuhan semesta alam yaitu Allah swt
Bener gak???
Sesungguhnya demokrasi bukanlah solusi. Ia justru menjadi sumber masalah. Sebab, sejak awal demokrasi telah memposisikan kedaulatan Allah SWT di bawah kedaulatan rakyat (manusia). Itulah pangkal masalahnya.
Selain itu, demokrasi sesungguhnya tidak menjanjikan apapun; tidak kemakmuran, kesejahteraan ataupun keadilan. Demokrasi hanya menjanjikan harapan semu yang selamanya tidak pernah mewujud menjadi kenyataan. Buktinya, sudah sekian puluh tahun demokrasi diterapkan di negeri ini, dan sudah sekian kali pemilu dalam sistem ini digelar, namun hasilnya hanyalah keburukan demi keburukan. Betul tidak?
Oleh karena itu, janganlah kita sampai terjerembab ke dalam ‘lubang demokrasi’ untuk ke sekian kalinya. Marilah kita berlepas diri dari sistem demokrasi. Marilah kita bersegera untuk menegakkan sistem pemerintahan Islam, yakni sistem Khilafah ‘ala Minhaj an-Nubuwwah, yang akan menerapkan syariah Allah SWT secara total dalam seluruh aspek kehidupan. Hanya dengan itulah kita semua akan dapat meraih kemuliaan di dunia dan akhirat, sekaligus mendapatkan keridhaan dari Allah SWT. Allahu Akbar…3x!!!
Sudah jelas bahwa demokrasi hanya slogan semata yang sengaja dibuat iming2 negeri ini. tak ada cerita sejahtera dalam demokrasi yang mengajarkan kebebasan.bebas mengambil hak milik ummat, bebas berekspresi, bebas menghina agama lain, mana mungkin timbul sejahtera dalam kehidupan yang seperti ini.. justru dengan kebebasan ini kita dijajah dan dibodohi. sudah banyak bukti nyata dalam lingkungan kita. jika kita mengaku percaya kepada Allah dan rasulNya..jangan ikuti aturan manusia (demokrasi), tapi ikutilah aturan Sang Pencipta yang Maha Tahu akan segala yang diciptakan..Allahu A’lam.
demokrasi!!!
hukum yang dibuat manusia terbukti tidak mensejahterakan
hukum yang dibuat oleh manusia ini sejatinya hanya menguntungkan kalangan tertentu yang mempunyai kepentingan
tidak peduli adanya umat yang terdzalimi
buang jauh-jauh sistem demokrasi, kembalilah ke sistem Islam
kemenangan Islam semakin dekat
takbir!
Sekedar koreksi gelar Ibu Nurliah Nurdin. Disitu tertulis “Ir”, sebenarnya adalah “S.SOs” karena Nurliah Nurdin lulus S1 dari FISIP UNHAS. Satu almamater dengan saya.
Salam,
http://muslimindaenglalo.blogspot.com,