Khilafah dan Kesejahteraan Perempuan
Bulan April sering dikaitkan dengan pergerakan kaum wanita yang dipelopori oleh sosok RA. Kartini yang memperjuangkan pendidikan yang layak bagi wanita pada masanya. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, perjuangan Kartini dijadikan titik tolak perjuangan kesetaraan antara wanita dan pria. Tak hanya dalam soal pendidikan, perjuangan emansipasi ini juga merambah ke seluruh aspek kehidupan demi meningkatkan kesejahteraan perempuan dan aktualisasi diri. Padahal yang terjadi, emansipasi telah membuat para wanita lupa akan kodratnya sebagai ibu dan pengurus rumah tangga yang mengakibatkan terlantarnya anak dan keluarga. Benarkah kesejahteraan itu harus diupayakan sendiri oleh wanita? Apa pandangan Islam mengenai hal ini?
Jawabannya dikupas tuntas dalam acara Majelis Ta’lim Muslimah HTI pada hari Ahad, 26 April 2009 yang bertempat di Mesjid Jami Istifham, Jl. Raya Tajur Gg. Babadak. Hadir sebagai pembicara, ustadzah Ummu Jauza yang memaparkan materi dengan jelas tentang wanita dan kesejahteraan dalam pandangan Islam. Bahwa kesejahteraan itu adalah terpenuhinya segala kebutuhan hidup secara layak sehingga sebagai manusia kita bisa menjalankan kehidupan dengan baik. Antara laki-laki dan perempuan bisa bekerja sama dalam mewujudkan keluarga yang bahagia dan juga dalam berperan aktif ditengah masyarakat dengan dakwah untuk menciptakan lingkungan yang islami. Sehingga kesejahteraan tidak hanya milik kaum berada, tapi bisa dinikmati oleh seluruh rakyat. Kehidupan seperti itu hanya ada dalam satu sistem yang bersandarkan kepada aturan Allah swt, yakni Khilafah Islamiyah dan bukan sistem demokrasi kufur seperti sekarang ini. Untuk itu, sejatinya pergerakan wanita juga diarahkan pada perjuangan tegaknya pemerintahan Islam yang menjamin kesejahteraan bagi perempuan, laki-laki, dan seluruh umat.
Acara bulanan ini dihadiri oleh ± 40 muslimah yang terdiri dari ibu-ibu Majelis Ta’lim sekitar kelurahan Sindangrasa dan Pakuan serta remaja putri. Alhamdulillah, acara berjalan lancar dan peserta pun antusias dengan acara ini. Menjelang akhir acara, Ustdzh. Nurlaela Jamil selaku ketua DPC Muslimah HTI Bogor Timur mengenalkan peserta pada partai politik Islam internasional, Hizbut Tahrir. Tak lama berselang, acara pun ditutup dengan pembacaan do’a oleh tokoh Majelis Ta’lim setempat, Ibu Maryati. Panitia pun berharap, dengan acara ini para peserta bisa memahami arti sebuah perjuangan wanita dan kesejahteraan perempuan. Sehingga tidak terjebak dalam budaya emansipasi yang menjauhkan wanita dari kodratnya.[]