JAKARTA — Direktur Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-Obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI), Nadratuzzaman, mengatakan kasus vaksin meningitis mengandung enzim babi ini merupakan kasus lama. Bahkan pemerintah sendiri sudah mengetahui kasus ini, tapi hanya mendiamkan saja. “Ini masalah lama, kita tahu, Depertemen kesehatan juga tahu. Banyak vaksin yang mengandung enzim babi, bukan hanya vaksin meningitis saja,” ungkapnya kepada Republika, Selasa (28/4).
Menurut Nadratuzzaman, negara timur tengah tidak peduli dengan masalah kehalalan produk makanan. Mereka hanya tahu jangan makan daging babi saja. “Mereka tidak punya lembaga sertifikat halal. Bahkan bagi BPOM Arab Saudi itu tidak masalah,” katanya.
Nadratuzzaman menyayangkan sikap pemerintah yang hanya berdiam diri, padahal mereka sudah tahu masalah ini sejak lama. Menurut pengakuan Nadratuzzaman, pihaknya telah mengirimkan surat berkali-kali ke Departemen kesehatan terkait penggantian vaksin yang mengandung babi ini. “Tapi tidak ada balasan. Mereka hanya menganggap kita membuat resah masyarakat,” ujarnya.
Nadratuzzaman mengusulkan agar pemerintah segera melakukan riset atau kajian mengenai keefektifan vaksin ini. Apakah vaksin ini berguna atau tidak. “Jika berguna cari vaksin dari yang berbahan halal,” katanya.
Sayangnya, imbuh Nadratuzzaman, umat Islam termasuk Indonesia tergolong bodoh. Tidak bisa membuat vaksin halal, padahal bahan-bahannya tersedia. “Umat Islam Indonesia jangan hanya gila politik, tapi juga gila teknologi dong,” tandasnya.
Menurutnya dunia Barat memang biasa menggunakan babi sebagai bahan obat maupun makanan. Pasalnya, babi ini tergolong lebih murah. Dan korbannya masyarakat Islam yang tidak mengetahuinya. “Ini harus jadi komitmen umat Islam. Kalau timur tengah fatwanya sudah seperti itu mau bagaimana lagi,” katanya.
Selain itu, imbuh Nadratuzzaman, pemerintah Arab Saudi harusnya memperketat masuknya orang Afrika yang membawa virus ini. “Mereka seharusnya jangan dipermudah masuk, mereka harus dikarantina terlebih dahulu,” jelasnya.
Tak hanya itu, lanjut Nadratuzzaman, masyarakat dan pemerintah juga harus memberi power kepada MUI yang berwenang memberi sertifikat halal dan haram makanan, kosmetik, dan obat-obatan. “Tapi sayangnya semua tidak lagi dijaga oleh ulama. Padahal ulama yang punya otoritas,” katanya.(Republika Online, 29/04/2009-19:29)
uyuh ulun dengarin berita ini, dulu virus flu burung, ia kolo?, skrg flu babi, kena flu apa lagi? (flu buaya darat kale, hahaha…). ngalih dunia ini, banyak bujur musibah negeri kita. kapan2 gerang berhentinya. BUJUR BUJUUR TAMBUK BUBUHAN PEMERINTAH INI. COBALAH GANTI DENGAN HUKUM ISLAM PASTI MANJUUR BIN BERKAH. IA KOLO KAWAN2.
Inilah fakta, para penguasa sekuler yang mengabaikan urusan rakyatnya. Para penguasa yang tidak mempedulikan lagi apakah rakyatnya makan makanan yang halal atau tidak. Sungguh jika daging yang tumbuh karena memakan makanan yang haram tempatnya adalah neraka. Maka para penguasa yang membiarkan rakyatnya memakan makanan yang haram tentu lebih layak dan lebih pantas menerima siksaan yang lebih pedih di neraka kelak.
Wahai para penguasa bertaubatlah, tebuslah dosa-dosa kalian dengan menyerahkan kekuasaan itu kembali kepada umat agar umat bisa memberikan kekuasaan tersebut kepada Hizbut Tahrir untuk mengangkat seorang Khalifah yang akan menerapkan Syariah dan Menyatukan Dunia Islam di dalam kepemimpinannya.
Khilafah lah yang akan menjaga kebutuhan-kebutuhan umat dan memenuhinya sesuai dengan tuntutan Allah SWT dan Rasul-Nya.
Khilafah lah yang akan melarang masuknya makanan-makanan haram kedalam Negara Khilafah.
Hanya Khilafah lah yang bisa mengadakan riset-riset untuk produksi obat-obatan yang bermutu tinggi, baik untuk kesehatan, halal dan gratis untuk rakyat Khilafah.
Semoga Khilafah lekas tegak berdiri, amiin.
Ini bukti jika tidak ada khalifah maka fungsi perisai (junnah) seorang kepala negara sebagai pelindung ummat Islam itu tidak ada, maka wajib kita perjuangkan agarbisa segera tegak kehilafahan Islam dengan amirul mu’minin / khalifahnya…
Sebagai ibu saya ngelus dada…duh duh…trus gimana dengan vaksin2 yang lain untuk bayi dan balita2 kita? Apakah juga kehalalannya diragukan? Bagaimana ini? Mohon situs HTI memuatnya untuk memberi solusi sikap bagi kami. Kalo saja Khilafah tegak, tentu generasi kita akan semakin sholih dan sehat karena gakda barang haram di tubuh!