Pemerintahan Presiden Amerika, Barack Obama berhasil mengobarkan api perang saudara di Pakistan sejak ia memimpin pemerintahan pada awal tahun ini.
Pemerintahan Amerika secara terbuka menghasud para penguasa Pakistan untuk memusuhi gerakan Taliban; memerintahkan mereka untuk membatalkan perjanjian dengan Taliban di lembah Swat; dan menuntut mereka untuk melibatkan semua kekuatan tentara Pakistan dalam peperangan yang sengit melawan gerakan Taliban hingga memakan banyak korban warga sipil, yang terdiri dari anak-anak dan perempaun di wilayah baratlaut Pakistan.
Setelah peperangan yang diinginkan itu dijalankan, maka pemerintahan Amerika tidak mampu menyembunyikan perasaan sukacita dan kepuasannya, sebagaimana hal itu diungkapkan melalui Menteri Pertahanan Amerika, Robert Gates pada hari Kamis sore (14/5) tentang sangat puasnya Gates terhadap reaksi militer Pakistan atas gerakan Taliban.
Sementara para petinggi Pakistan yang merupakan antek Amerika menegaskan bahwa mereka akan terus berperang sebagai bentuk rasa hormat atas keinginan Amerika, sebagaimana hal itu dijanjikan oleh Panglima Tentara Pakistan, Ashfaq Kiani untuk meraih kemenangan rakyatnya, ia berkata: “Militer akan menggunakan semua peralatan yang diperlukan untuk menjamin kemenangan yang nyata atas para pemberontak”. Sementara itu, Perdana Menteri Yusuf Ridha Gilani mengatakan: “Bahwasanya pemerintah telah memerintahkan tentara untuk melenyapkan para teroris Muslim”.
Di Washington, telah dilangsungkan pertemuan antara presiden Amerika, Obama dengan kedua anteknya, yaitu presiden Pakistan, Zardari dan presiden Afganistan, Karzai. Dari pertemuan itu dikeluarkan sebuah tekad bersama, yang menekankan bahwa: “Mereka bertekad untuk meningkatkan kerjasama guna menghadapi ancaman Taliban dan kelompok militan di Pakistan dan Afganistan”.
Secara pribadi, Zardari berjanji kepada presiden Obama dengan mengatakan bahwa: “Operasi militer terhadap Taliban akan berlanjut sampai situasi di lembah Swat kembali normal”.
Tentang keterlibatan tentara Pakistan di tengah-tengah perang melawan Taliban, maka hal itu telah meningkatkan seruan dan janji Amerika untuk memberikan bantuan militer dan ekonomi kepada pemerintah dan tentara Pakistan. Di Washington, senator dari partai Demokrat, John Kerry dan koleganya dari partai Republik, Richard Lugar mengajukan rencana bantuan non-militer kepada Pakistan senilai 5,7 miliar dolar selama lima tahun.
Rencana ini masuk dalam rancangan tambahan anggaran AS untuk tahun fiskal 2009 sebesar 400 juta dolar untuk membiayai operasi militer Pakistan dalam menghadapi Taliban, dan sejumlah 600 juta dolar yang lain berupa bantuan sipil.
Jumlah tambahan tersebut tidak termasuk jumlah total sebesar 7,96 miliar dolar Amerika yang telah disetujui oleh Komisi Pengeluaran Umum di Dewan Perwakilan Rakyat Amerika untuk membiayai perang Amerika di Afganistan dan Irak.
Sementara untuk anggaran tahun 2010, maka Gedung Putih telah mengajukan anggaran sebesar 130 miliar dolar Amerika untuk membiayai perang di Irak dan Afganistan.
Sesungguhnya dana sebesar itu yang disuntikkan oleh Amerika untuk menyalakan api perang di dunia Islam, terutama di Pakistan dan Afganistan tidak akan membantu Amerika dalam mencapai tujuan-tujuan penjajahannya, dan tidak akan membantu para anteknya untuk mengalahkan para pejuang Islam, sebab terdapat banyak persoalan yang rumit dan sensitif di Pakistan, sedang kebencian terhadap Amerika dan para anteknya semakin mendominasi keadaan.
Nampaknya, bukan melenyapkan gerakan Taliban, justru dukungan Amerika terhadap para penguasa antek dan jongosnya ini akan membantu meningkatkan kekuatan pejuang Islam di Pakistan secara bertahap, dan bahkan mungkin saja dengan semua ini mereka sampai pada semakin terbukanya peluang mereka untuk mendirikan negara Islam yang sebenarnya di Pakistan, yaitu negara yang akan mencekik Amerika dan Barat, sehingga benar-benar mampu melenyapkan pengaruh Amerika dari wilayah ini. (mb/al-aqsa)
Allahu akbar….
menghentikan kebencian amerika dan barat terhadap islam hanya ada satu cara : umat islam bersatu dalm pemerintahan islam dan berjihad (amir ldk uin riau)