Neoliberalisme Masih Melekat di Boediono

Cawapres dari Partai Demokrat, Boediono, tetap sukar lepas dari stempel neoliberalisme. Meski ia beberapa kali membantah tudingan itu. Lawan politik Boediono tetap menggempur paham pemikiran ekonom UGM itu.

”Sulit menyangsikan Pak Boediono sebagai non liberalisme,” kata ekonom Econit, Hendri Saparini, dalam jumpa pers, Jumat (22/5) pagi.

Hendri menjabarkan sejumlah kebijakan Boediono, sewaktu ia jadi menko Perekonomian, yang menurut Econit perwujudan neoliberalisme. Pertama adalah disiplin anggaran. Kebijakan ini membuat pemerintah memotong subsidi bagi masyarakat, contohnya subsidi BBM.

Kedua, liberalisasi kebijakan keuangan, perdagangan, dan industri. Dari pengamat Econit, banyak UU yang terbit semasa Boediono tidak berpihak pada pengusahan lokal. Ia memberi contoh UU Migas dan UU Penanaman Modal, kerap memprivatisasi puluhan BUMN, ketidakberpihakan pada industri rotan dan susu nasional.

”MPR memberi mandat pada Boediono di 2003 untuk segera menghentikan kerjasama dengan IMF. Tapi kerjasama itu malah diperpanjang dan baru akhir-akhir ini putus,” sambung Hendri.

Kebijakan ekonomi Boediono juga dianggap terlalu fokus pada stabilitas ekonomi makro. Akibatnya, kesenjangan ekonomi riil dan keuangan makin lebar. Pada saat yang sama, tingkat kompetitif produksi Indonesia stagnan.

Meski demikian, Hendri mengakui Boediono adalah seorang yang santun. ”Kesantunan pribadi dalam bersikap itukan hanya individual, padahal yang dibutuhkan pemerintah adalah kebijakan yang dilahirkannya, yang bisa selamatkan nasib rakyat,”.(Republika Online, 22/05/2009)

3 comments

  1. indonesia butuh perubahan menuju kearah yang lebaih baik yaitu tidak hanya perubahan orang yang berada di dalam pemerintahan tetapi perubahan sistem………
    yaitu aturan yang berasal dari sang Pencipta yaitu Allah SWT.
    hanya dengan khilafahlah para pengusung neoliberalisme dapat di singkirkan.
    Allahu Akbar……

  2. jika SBY dan budiono memenangkan pilpres 2009, maka negri ini harus bersiap2 untuk terjun dalam jurang kesengsaraan yang
    semakin dalam.

  3. Beliau memang ngotot membantah praktek NEOLIBERAL yg diTujukan pada ny, tp kebijakan2 yg beliau ambil kenyataan ny lebih sering mengarah ke Sana. Contoh : Penjualan saham 51% saham BCA pada 14 Maret 2002 serta saham-saham bank-bank BPPN lain seperti Niaga, Permata, Danamon, Lippo, telah menyebabkan kerugian yang sangat besar.

    coba baca :http://nusantaranews.wordpress.com/2…/:closedtopic:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*