BANGKIT MENYONGSONG MASA DEPAN GEMILANG

“Refleksi Hari Kebangkitan 20 Mei:
Dengan Islam, Saatnya Generasi Muslim Bangkit Menyongsong Masa Depan Gemilang”

Kamis, 22 Mei 2009, saat masyarakat asyik menikmati liburan di tengah minggu, seratus lebih muslimah kota semarang justru keluar rumah berkumpul di Aula Gedung Dewan Riset Daerah (DRD) Jawa Tengah. Para muslimah yang terdiri dari tokoh kota semarang,pakar pendidikan, guru, siswa smp hingga mahasiswa berkumpul untuk mengikuti acara yang diselenggarakan oleh Muslimah HTI DPD 2 Kota Semarang. Acara dengan tajuk “Refleksi Hari Kebangkitan 20 Mei: Dengan Islam, Saatnya Generasi Muslim Bangkit Menyongsong Masa Depan Gemilang” berlangsung dari pukul 08.00 – 12.00 WIB.
Dialog interkatif ini diadakan sebagai upaya untuk melakukan refleksi bahwa  pendidikan di Indonesia selama ini belum mampu mewujudkan generasi unggulan dan membangkitkan. Ditambah lagi selama ini peringatan hari pendidikan nasional (2 Mei) dan hari kebangkitan nasional (20 Mei) hanya menjadi seremonial berulang setiap tahun tanpa ada perubahan berarti pada sistem pendidikan Indonesia ataupun mampu membangkitkan masyarakat untuk bangkit melawan keterpurukan akibat sistem kapitalisme.
Dialog Interaktif ini menampilkan dua pembicara yang memiliki concern besar pada dunia pendidikan yakni sebagai pembicara pertama Dra.Hj.Darosy Endah,M.Pd yang akrab dipanggil Bunda Endah. Beliau menyampaikan Potret Pendidikan Islam di Era Milenium 3. Bunda Endah yang saat ini masih mengajar di FISIP Undip menyampaikan bahwa pola pendidikan yang dirumuskan di era globalisasi saat ini cenderung tidak menyisipkan nilai ruhiah, tapi lebih mengedepankan logika materialisme, serta sekulerisme.  Masih menurut  beliau, akibat dari pola pendidikan semacam itu adalah degradasi moral anak bangsa, dan hal ini jarang disadari oleh masyarakat. Dan hasilnya sikap hedonisme generasi bangsa, gaya hidup hura-hura, konsumeristik, boros, cinta mode, pergaulan bebas dan kebebasan yang salah arah. Dan proses pendidikan melahirkan output berpikir dan bersikap berdasarkan prinsip materialisme, yang menanggalkan prinsip ajaran islam, sehingga muncul problem sosial kemasyarakatan dan kerusakan tatanan islam.
Pendidikan menurut ibunda dari Ilham bersaudara ini yang ideal adalah yang memperhatikan dimensi realitas, kapasitas, potensi fisik, intelektual dan spiritual dari peserta didik dengan seimbang. Mendidik dengan kemandirian akan mendorong anak menjadi lebih kuat dalam bercita-cita, berkemauan, bekerja dan berusaha, mempunyai cara hidup efektif, produktif serta hanya bersandar pada Allah swt melalui tawakal yang benar setelah berikhtiar yang maksimal. Sehingga akan mempunyai jiwa iffah sekaligus izzah. Generasi seperti inilah yang diharapkan mampu menjadi kader-kader pejuang islam.
Bunda Endah yang menjadi pengampu program Rumahku Surgaku di TVRI Jateng bersama anak-anak dan suaminya ini juga menyoroti menjamurnya sekolah islam. Namun jika ini dikatakan sebagai barometer tumbuhnya gairah islamisai ilmu dan munculnya kebangkitan islam di Indonesia, mengapa sekolah islam justru sangat mahal dan jauh dari jangkauan umat. Bukankah menuntut ilmu itu wajib, sehingga harusnya masyarakat dibantu untuk mendapatkan pendidikan islam bukannya dibebani dengan biaya yang mahal. Sekolah islampun akhirnya terjebak dalam komersialisasi pendidikan dengan alasan mengejar kualitas, standar dan materi internasional. Lupa bahwa tujuan pendidikan islam sendiri salah satunya adalah mencerdaskan umat apapun tingkat sosial ekonominya menjadi ‘manusia utuh’.
Pembicara kedua pada dialog interaktif ini adalah Ustadzah Sri Endah Abdullah,S.Si dari Muslimah HTI DPD I Jateng yang pernah 10 tahun berkecimpung dalam dunia pendidikan. Menyambung pemaparan dari Bunda Endah, maka Mbak Endah mengawali dengan pertanyaan “ Ada apa dengan dunia pendidikan kita? Mengapa banyak anak yang kecanduan narkoba, anak SD dan SMPpun sudah mengenal bahkan melakukan aktivitas seksual? Mengapa output pendidikan kita sedemikian buruk?”
Mbak Endah kemudian mengupas bahwa buruknya output pendidikan kita saat ini adalah kesalahan paradigma pendidikan, pendidikan sekarang dikatakan oleh beliau gagal memanusiakan manusia. Anak-anak tidak utuh menjadi manusia, anak-anak lebih suka hura-hura. Ketika ditanyakan apa tujuan sekolah kepada generasi sekarang? Maka mereka akan menjawab sekolah itu untuk senang-senang, mencari prestise ataupun mencari pacar.
Kelemahan paradigma pendidikan yang gagal membentuk manusia sesuai dengan visi misi penciptaannya ini disebabkan karena asas sekuleristik pada pendidikan saat ini. Menguatkan apa yang disampaikan Bunda Endah, beliau menyampaikan bahwa tujuan atau arah pendidikan sekuleristik adalah membentuk manusia yang materialistik dan individualistik. Jadi jangan heran kalau kita melihat anak SD sudah mengenal narkoba, adegan porno, semua itu karena asas pendidikan sekuler yang diterapkan saat ini.
Solusi dari sistem pendidikan saat ini adalah dengan mengubah asas pendidikan dari sekuler menjadi pendidikan yang berasaskan islam. Siatem pendidikan islam akan menghasilkan generasi yang shalih, cerdas, sehat dan peduli umat. Dan untuk mewujudkan yang demikian diperlukan sinergi antara keluarga, sekolah, masyarakat, partai politik dan negara. Keluarga sebagai wadah pendidikan pertama bagi anak harus menanamkan aqidah islam dan memberikan keteladanan bagi anak untuk menjalankan ajaran islam. Sekolah sebagai institusi formal haruslah mampu berfungsi untuk memadukan aspek-aspek pendidikan sehingga mampu mewujudkan anak didik yang bersyakhshiyyah islamiyah sekaligus menguasai sains dan teknologi.
Masyarakat haruslah masyarakat yang islami, yang mampu menjauhkan pengaruh negatif lingkungan bagi anak. Media tidak boleh menayangkan hal-hal yang mampu menimbulkan dorongan bagi anak untuk melakukan tindakan yang bertentangan dengan syariat islam. Partai politik berfungsi sebagai institusi yang memimpin masyarakat menuju perubahan serta sebagai wadah untuk mencetak kadernya menjadi pemimpin islam yang tangguh. Dan negara sebagai penentu kebijakan haruslah mewujudkan sistem pendidikan islam integral dan memiliki kewajiban untuk menyiapkan dana bagi masyarakat untuk mampu menikmati pendidikan tanpa ada kesulitan yang berarti.
Untuk memberi gambaran sistem pendidikan islam kepada peserta dialog interaktif, Mbak Endah memberikan gambaran pendidikan di masa kejayaan Islam, yakni ketika kaum muslimin masih bersatu dibawah naungan Daulah Khilafah Islamiyah. Untuk menunjang proses belajar mengajar madrasah al Munthashiriyah di Baghdad menyediakan perpustakaan besar dan auditorium yang dilengkapi dengan rumah sakit dengan dokter yang siap membantu pelajar. Daulah Khilafah juga memberikan bantuan beasiswa bagi pelaar sebesar satu dinar (4,25 gr emas) serta dijamin kehidupan mereka. Para gurupun tuidak luput dari perhatian Daulah, mereka digaji sebesar 15 dinar (setara dengan 63,75gr emas).
Perhatian yang besar dari segi fasilitas penunjang proses belajar serta kesejahteraan baik siswa maupun guru yang sangat memadai ditambah dengan kurikulum integral mampu mewujudkan pribadi yang berkepribadian islam, memiliki tsaqafah islam dan menguasai iptek serta ketrampilan kehidupan. Sehingga output pendidikannya adalah ilmuwan seperti al Khawarizmi yang mampu membuat peta langit dan peta bumi, pada saat bangsa Eropa masih menganggap bahwa bumi itu datar. Dan al Muqaddisi (Abu Abdulah – 985 M) membuat  pemetaan bumi (informasi alam, hasil bumi, dan barang tambang) dimulai abad IX sehingga tersusun ensiklopedi sederhana mengenai ilmu bumi.
Untuk ke depan, haruslah ditempuh aksi individual atau kelompok kalangan muslim yang memang dibenarkan oleh hukum syara untuk membentuk suatu lembaga pendidikan Islam. Dan harus pula ditempuh aksi bersama umat islam (dakwah) secara sadar, terencana dan fundamental bagi penerapan tata kehidupan berdasarkan syariat islam. Hanya dengan tatanan kehidupan yang berlandaskan syariat islamlah, sistem pendidikan yang akan memanusiakan manusia akan terwujud.
Setelah pemaparan dua pemateri yang sama-sama memiliki panggilan Endah ini kemudian dilanjutkan dengan sesi dialog. Peserta dengan antusias mengangkat tangan untuk menjadi yang pertama mendapatkan kesempatan untuk bertanya, karena keterbatasan waktu hanya enam orang yang diberi kesempatan untuk bertanya. Pertanyaan dari seorang Mahasiswi terkait dengan UU BHP, kemudian dari seorang siswa SMU yang menanyakan bagaimana harus menyikapi proses pendidikan yang sedang dijalaninya agar tidak terjerumus arus sekulerisme. Para guru dan ibu rumah tangga yang mendapat kesempatan untuk mengajukan pertanyaan bertanya seputar tips untuk membentuk siswa dan anak-anak mereka menjadi generasi shaleh yang berakidah kuat dan tidak mudah tergerus arus globalisasi. Semua pertanyaan dijawab dengan apik oleh dua pemateri.
Memasuki pukul 11.00 acara dialog interaktif diakhiri, namun bukan kemudian forum langsung dibubarkan. Panitia mengelompokkan peserta ke dalam beberapa kelompok, ada kelompok pakar dan praktisi pendidikan (guru), kelompok ibu rumah tangga dan kelompok siswa dan mahasiswa. Masing-masing kelompok kemudian melakukan sharing dengan dipandu oleh anggota Muslimah HTI DPD II Kota Semarang terkait proses pendidikan yang terjadi selama ini.
Kelompok  pakar dan praktisi pendidikan melakukan sharing secara bergilir tentang problem masing-masing sekolah dalam menanamkan aqidah pada anak didik. Secara umum permasalahan yang muncul adalah belum mampunya sekolah untuk menanamkan aqidah kepada anak secara maksimal karena jam pelajaran agama yang terbatas dan lingkungan rumah yang tidak mendukung. Apa yang diajarkan di sekolah belum tentu diajarkan atau diterapkan oleh orang tua kepada anaknya.
Setelah sharing selesai, maka berakhirlah rangkaian acara Dialog Interaktif “Refleksi Hari Kebangkitan 20 Mei: Dengan Islam, Saatnya Generasi Muslim Bangkit Menyongsong Masa Depan Gemilang”. Dari acara ini diharapkan peserta tergerak untuk bersama-sama mewujudkan satu sistem pendidikan Islam yang optimal dan integral dibawah naungan Daulah Khilafah Islamiyah. (LI Jateng)

One comment

  1. alhamdulillah masih ada yang peduli terhadap nasib generasi umat, ayo berjuang terus insyaallah semuanya akan dicatat sebagai amal yang akan menyelamatkan qt di yaumil akhir nanti amin..smua generasi akan terselamatkan dan bisa menyongsong masa depan yang gemilang dengan tegaknya daulah khilafah islamiyah yang semuanya terbentengi oleh individu yang bertaqwa, masyarakat yang selalu peduli dengan amar ma’ruf nahi munkar n tentunya negara yang menjalankan syariat islam dalam bingkai khilafah minhajinnubuwwah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*