Penguasa Barat Menyerang Hukum Pernikahan Islam tetapi Menyembunyikan Penderitaan Wanita di bawah Naungan Demokrasi Liberal

Kamis 14 Mei 2009

Dr. Nazreen Nawaz

Rezim Barat secara beruntun mengecam proposal RUU (Rancangan UU yang sedang dibahas oleh parlemen Afghanistan mengenai hak wanita dalam perkawinan. Pemerintahan Boneka dunia Islam selama ini tercatat melaksanakan hukum yang tidak jelas, sistem Islam yang parsial, dan kegagalan untuk menerapkan Islam sebagai solusi untuk mencegah masalah-masalah yang akan muncul.

Detil tentang hukum yang sedang dibahas memang belum bisa diketahui secara pasti, apalagi kalau berasal dari sumber media Barat. Dilaporkan oleh media Barat bahwa RUU tersebut menyebutkan bahwa seorang isteri wajib melayani kebutuhan seksual suaminya dan dia tidak boleh meninggalkan rumah tanpa ijin suaminya. Namun apapun detil yang tercantum di RUU itu, ia menjadi alasan Barat untuk menyerang sistem sosial Islam.

Hukum perkawinan Islam menegaskan pentingnya institusi perkawinan yang kuat dan terbangunnya unit keluarga yang baik. Lebih jauh lagi, Islam telah memberikan status yang jelas bagi wanita dalam masyarakat, dengan mewajibkan para suami untuk menjamin keamanan dan kesejahteraan isterinya ketika ia harus meninggalkan rumah.

Mengomentari RUU tersebut, Presiden Obama berkata,” Saya pikir RUU ini mengecewakan.” dan Gordon Brown berkata,” RUU ini akan membawa Afghanistan ke masa lalunya ketimbang menyongsong era demokratis yang menyamakan perlakuan terhadap pria dan wanita.” Penggunaan istilah-istilah seperti ‘pembolehan pemerkosaan dalam pernikahan’, ‘perbudakan seksual’ dan ‘pemenjaraan wanita’ mulai ditebar yang turut memanaskan histeria seputar RUU ini.

Ketika menyerang hukum Islam, para pemimpin Rezim Barat juga seakan melupakan tingginya tingkat pelecehan seksual, kekerasan, dan pemerkosaan terhadap wanita hingga mencapai angka yang sangat ‘mengecewakan’, padahal terjadi di dalam negeri mereka sendiri lengkap dengan perangkat liberalisme sekular. Di Inggris. 1 dari 4 wanita menghadapi kekerasan rumah tangga dan 1 dari 20 telah diperkosa. Di Amerika, seorang wanita diperkosa setiap dua setengah menit.

Lebih jauh lagi, rezim penguasa Barat secara mudah menutup mata terhadap kesengsaraan yang dihadapi para wanita Afghanistan dengan dikenalkannya sistem demokrasi liberal di negerinya. 8 tahun setelah invasi terhadap Afghanistan, jutaan wanita Afghanistan hidup dalam kemiskinan, bertambahnya kekerasan, dan kehidupan yang menyengsarakan. Pelacuran pun berjamuran sebagai respon terhadap kemiskinan demi mencari sepotong roti untuk meneruskan hidup.

Perkosaan dan penculikan pun mencapai proporsi epidemik yang mengkhawatirkan. Lebih dari 70% warga Afghanistan menderita kekurangan gizi. Sementara itu 80% wanita Afghanistan masih tuna aksara. Anak-anak perempuan pun dikawinkan untuk menyelesaikan hutang dan konflik antar suku. Negeri ini juga menjadi negara kedua di dunia dimana tingkat kematian ibu setelah melahirkan terjadi paling banyak di propinsi Badakshan di wilayah Timur, suatu angka tertinggi yang tercatat oleh sejarah. Afghanistan juga mengalami angka kematian balita tertinggi di dunia dimana 1 dari 5 anak-anak meninggal sebelum usia 5 tahun. Afghanistan juga memiliki jumlah janda terbesar di dunia akibat perang, yaitu sekitar 1,5 juta dari total 26,6 juta penduduk. Bunuh diri juga semakin marak karena para wanita mengalami stress yang luar biasa akibat kondisi kehidupan yang semakin sulit dan kemiskinan dimana-mana.

Mengenai kontroversi seputar RUU, Dr. Nazreen Nawaz, sebagai wakil wanita Representasi Media Hizbut Tahrir Inggris mengatakan,” Pemerintah Barat sedang memimpin suatu masyarakat yang dilanda kebobrokan sosial dan perpecahan keluarga dalam negeri mereka sendiri, yang terlihat dengan tingginya tingkat perceraian, perzinahan, kehamilan remaja, dan kerusakan rumah tangga. Budaya kebebasan dari nilai liberal telah memupuk sikap hedonistik yang memuja kepentingan birahi dan nafsu individu, ketimbang kehidupan yang bertanggungjawab. Lebih jauh lagi, retorika ‘Persamaan Jender’ dalam isu hak dan kewajiban pria dan wanita ternyata tidak mampu membendung gelombang penderitaan yang dialami oleh para wanita, baik yang tinggal di masyarakat sekuler dan masyarakat di dunia muslim akibat budaya tradisional.”

“Tentang tuduhan bahwa Islam mengijinkan ‘perbudakan seksual terhadap wanita’ dalam pernikahan, merupakan komentar para pemimpin Barat yang sangat ironis, karena di negara mereka sendiri telah melegalkan ‘perbudakan seksual’ yang bertopeng ‘kebebasan’ dengan membolehkan pornografi, pelacuran, dan eksploitasi tubuh wanita sebagai komiditi industri pemasaran barang dan jasa. Dengan demikian, Pemerintah Barat sebenarnya sudah kehilangan wibawa moral untuk mengkritik hukum islam tentang perkawinan. Bahkan mereka sudah tidak lagi berhak untuk menceramahi umat Islam tentang ‘hak-hak wanita.”

“Wanita Afghanistan dan muslimah di seluruh dunia Islam sangat sadar akan bencana yang berasal dari diterapkannya demokrasi liberal di negeri-negeri mereka. Mereka melihat bahwa sistem demokrasi pun tidak menjamin keamanan, dan kebutuhan dasar, maupun terhapusnya budaya tradisional yang mengungkung mereka. Mereka menyadari bahwa memasukkan retorika ‘persamaan jender’ dalam konstitusi mereka, tampilnya wakil wanita di parlemen, ternyata tidak berujung kepada perubahan nasib keseharian para wanita. Mereka mengakui bahwa hanya pelaksanaan Islam secara komprehensif sajalah –bukan sebagian-sebagian– yang akan menjamin hak-hak mereka sebagai wanita. Maka bisa dipahami kenapa jutaan muslimah diseluruh dunia sangat berharap akan kembalinya sistem Khilafah sebagai sistem alternatif terhadap status quo yang kini menghantui kehidupan mereka sekarang. Sistem khilafah inilah yang akan meninggikan harkat dan martabat wanita di masyarakat, menghapus budaya penindasan wanita, dan menjamin kesejahteraan dan keselamatan dari ketakutan dan kekerasan.”

(rusydan ; sumber : http://www.khilafah.com/index.php/the-khilafah/social-system/6345-western-governments-attack-islamic-marital-law-but-ignore-plight-of-women-under-liberal-democracy)

6 comments

  1. Barat yang mengusung Demokrasi, Sekulerisme, Liberalisme dan menjajakan ke seluruh dunia, sebenarnya sedang menggiring dunia menuju jurang kehancuran, kerusakan sosial, krisis demi krisis tak berkesudahan! Barat sudah tidak pantas lagi menceramahi dunia soal apapun, karena peradaban rusak yang mereka hasilkan menyeret banyak manusia di lembah kemiskinan, penderitaan dan pertikaian!

  2. Linda Nafila

    Assalamwrb.
    Menurut Ukhti Bagaimana dengan berita dari http://www.tvone.com ini?

    Jakarta, (tvOne) Senin,
    25 May 2009 12:52 WIB

    Dengan melalui jalan berliku, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) akhirnya resmi mendukung duet SBY-Boediono dalam Pemilu Presiden 8 Juli mendatang. Tetapi, ada klaim bahwa akar rumput PKS justru kepincut dengan istri-istri pasangan capres lain, JK-Wiranto, yang keduanya mengenakan jilbab.

    “Sebagian besar hati kader PKS itu hatinya ada di JK-Wiranto, karena istrinya berjilbab,” kata Wakil Ketua PKS Bidang Politik, Zulkieflimansyah, di Balai Kartini, seperti dilansir vivanews.com Senin, 25 Mei 2009.

    Menurut Zul, sapaan akrab Zulkieflimansyah, meskipun alasannya sederhanya, tetapi pengaruhnya tidak dapat diremehkan. Zul menilai, banyak kader yang justru terpengaruh dengan istri-istri JK-Wiranto yang berjilbab.

    “Di akar rumput itu berpengaruh besar,” kata politisi yang juga pengajar di Universitas Indonesia ini. Menurut dia, duet JK-Wiranto juga mendapatkan penerimaan publik yang cukup signifikan saat melakukan kunjungan ke beberapa daerah.

    “Itu membuat koalisi Demokrat harus bekerja keras. Tapi kami juga akan memberikan penjelasan sejelas-jelasnya kepada kader, kenapa PKS memilih SBY-Boediono,” ujar mantan calon gubernur Banten ini.

    Seperti diketahui, istri Jusuf Kalla, Mufidah Kalla memang sejak lama mengenakan jilbab. Begitu juga dengan istri Wiranto, Rugaya, yang juga berbalut jilbab dalam kegiatan kesehariannya.

    Jazakumulloh

  3. Ummu Nuha, T.Agung

    Bismillahirrohmanirrohim.
    Sedikit menanggapi tulisan komentar ukhti Linda Nafila. Dengan sandiwara politik yang akhir2 ini kita saksikan bersama, semoga saudara dan saudariku di PKS yang kucintai karena Alloh, terbuka mata hatinya. Saudaraku, beginilah wajah asli sistem politik yang mengekor Ideologi Kapitalis Liberalis yang sarat nuansa pragmatisme dan opportunistik, dan segudang kebobrokannya yang lain. Semoga para elit politik PKS bisa membedakan dan tidak sampai tertukar, yang mana kawan/saudara yang peduli dan memberi peringatan serta nasehat2, maka lawan yang dengan segala tipu dayanya tidak ingin kalimatuLLoh tegak. Saya yang dulu bertahun-tahun berada di Jamaah Tarbiah ini, berdoa semoga para kader PKS bersedia mempelajari sistem politik menurut arahan Alloh dan Rasulnya yaitu Ideologi Islam. Sehingga Syahadatain kita terjaga, Al wala’wal baro’ kita tidak kacau, sehingga Alloh ridho dan pertolonganNYA segera tiba, Khilafah ala minhajinnubuwwah ats-tsaniyah yang sama-sama kita rindukan segera tiba. Amin, Ya mujibassailiin.

  4. *setan-setan sipilis ingin menjadikan wanita-wanita didunia sebagai budak-budak seks karena mereka dilahirkan dari rahim seekor hewan itu bisa dilihat dari cara berfikir mereka seperti hewan dan mereka ingin menjual wanita seperti sapi atau kambing atau hewan yang lainnya
    *cow walk,pornosapi

  5. Penguasa Barat Semakin Takut
    Barbagai Macam Cara dilakukan u Menyerang Islam
    SIPILIS akan Segerah Hancur.
    Khilafah Akan Tagak Kembali Di muka bumi Ini.
    Semoga Kita Tetap Semangat dalm Berjuang di jalan Dakwah ini
    dan Tetap Istiqomah.
    Allahhu Akbar!

  6. Semakin nyatalah kebobrokan dan kehancuran hukum-hukum selain hukum Allah. Untuk semua muslimah pejuang Syariah&Khilafah, saudara-saudara kita membutuhkan ke-istiqamahan kita dalam perjuangan ini. jadi, jangan pernah menyerah & terbuai akan kezhaliman ini. Janji Allah pasti nyata.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*