LUTON, INGGRIS – Sembilan orang ditahan setelah ratusan pengunjuk rasa bentrok dengan polisi 24 Mei lalu. Jalanan Kota Luton berubah dipenuhi tindak kekerasan setelah pendemo, banyak menggunakan topeng kaus hitam, mengibarkan bendera Inggris dan bernyanyi di depan petugas polisi.
Sebuah kelompok menamai diri Berbaris untuk Inggris dilaporkan telah mengorganisir aksi tersebut sebagai protes damai menentang ekstrimis Muslim. Mereka bergabung bersama grup lokal Persatuan Orang-Orang Lutan, demikian seperti yang dilaporkan oleh Dailymail.Co.UK, Senin (25/5)
Para mob–mengacu pengunjuk rasa dengan topeng hitam–termasuk remaja dan wanita memegang spanduk dan poster berisi tulisan seperti “Tidak ada Hukum Shariah di Inggris” dan “Hormati Tentara Kami”
Beberapa pengunjuk rasa ada yang menggenakan topeng dengan wajah Sayful Islam bertanduk, aktivis garis keras Muslim di Luton yang ambil bagian dalam aksi anti-perang Maret lalu dan menghalangi parade para tentara Inggris yang kembali pulang.
Namun kekacauan akhirnya pecah ketika kerumunan sekitar 500 orang berlari menuju polisi yang mengawal pengunjuk rasa sepanjang rute mereka, dan berlari di sisi jalan menuju pusat kota.
Para petugas di atas kuda dan anjing polisi langsung diturunkan dan polisi menarik tongkat dari ikat pinggang untuk membela diri.
Sekelompok anak muda dengan balaklava–nama masker kaus hitam–dan kaos Inggris berbaris dan beryel-yel bersama di pusat kota dan satu pengunjuk rasa bermasker memegang seekora anjing Rottweiler dengan rantai, sementara yang lain bentrok dengan polisi dilengkapi peralatan anti-huru-hara.
Satu orang Asia dipukul tepat pada wajah dengan banner dan ditinggalkan dengan hidung berdarah
Sembilan tersangka telah ditahan saat ini untuk tuduhan pengrusakan, penyerangan dan kekerasan publik, demikian menurut Kepolisian Bedfordshire.
Polisi mengatakan selama gangguan, tiga kaca mobil di hancurkan dan sebuah jendela pada restoran drive-thru di Chapel Street pecah.
Padahal sehari sebelumnnya pusat kota Luton cukup tenang ketika polisi melakukan patroli di jalanan.
Juru bicara dari Persatuan Orang-Orang Luton, Wyne King, mengatakan banyak orang di Luton prihatin dan terganggu dengan komunitas Muslim di kota yang tidak mengambil langkah nyata menghadapi kotbah Sayful Islam yang dipenuhi kebencian.
Pusat Kota Luton hari ini, 25 Mei sibuk saat kekacauan di tambah para turis berbelanja menikmati matahari pagi. Banyak dari mereka yang bergabung dalam barisan, sebelumnya mabuk di pub-pub pusat kota.
Tak lama kemudian, dari atas, helikopter polisi memonitor pergerakan kerumunan yang mengambil arah di Bury Park, area di Luton di mana banyak populasi Asia tinggal.
Pria 24 tahun, mengenakan kaus dengan kata, ‘Tidak menyerah pada Al-Qaeda’ pada sablonan, seraya berkata,
“Kami memutuskan cukup dan cukup setelah para tentara di hadang saat berbaris menuju kota, dan dikelilingi oleh ekstrimis Muslim,”
Komunitas kami telah diserang secara rasial selama 10 tahun terakhir.
“Sebuah masjid di kota dibakar beberapa minggu lalu, dan measuk berita nasional, namun gereja-gerja Luton secara rutin juga dibakar,”
“Kami ingin hukum menghentikan kotbah yang menyuarakan kebencian beroperasi di sini,” tegasnya. (Republika online, 25/05/2009-17:28:00)