Negara-negara Arab menjadi target Barat untuk membuka basis-basis militernya di kawasan Teluk. Prancis hari ini resmi membuka basis militer pertamanya di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Prancis berdalih basis militer itu dibangun untuk memberantas aksi para bajak laut dan memperlancar perdagangan di kawasan Teluk.
Peresmian basis militer yang diber nama “Kamp Perdamaian” dilakukan oleh Presiden Prancis Nicolas Sarkozy. Basis militer itu dibagi menjadi tiga bagian antara lain, basis logistik dan angkatan laut, basis angkatan udara yang akan menjadi pangkalan tiga pesawat tempur Prancis dan basis untuk latihan. Sedikitnya 500 pasukan akan ditempatkan di basis militer yang dibangun di tepian Selat Hormuz, yang menjadi jalur lalu lintas 40 persen pengiriman minyak ke seluruh dunia.
Menurut Menlu Prancis, Bernard Kouchner, tujuan Prancis membangunan basis militer di Abu Dhabi, untuk mendukung dan memberikan pelatihan pada sekutu-sekutu Prancis di kawasan Teluk. “Sekitar 90 persen lalu lintas perdagangan Eropa dilakukan lewat jalur laut dan kita harus menjaga jalur dan lalu lintas perdagangan itu. Kami tertarik dengan kawasan Teluk dan ingin membangun keseimbangan kekuatan di kawasan,” kata Kouchner.
“Basis militer ini sangat strategis bagi stabilitas dan keamanan internasional. Kami bisa menjamin keamanan perdagangan di kawasan, di Laut Mediterania, perairan Teluk dan Laut India,” sambungnya.
Prancis juga berharap basis militer miliknya akan memperkuat hubungan antara Prancis dan Uni Emirat Arab berkaitan dengan keinginan UAE membangun reaktor nuklir pada tahun 2017 untuk keperluan pembangkit listrik. Laporan-laporan media massa menyebutkan bahwa Prancis sudah menunjuk salah satu perusahaannya untuk bergabung dengan konsorsium pembangunan reaktor nuklir di UAE. Selain Prancis, perusahaan AS, GE dan Westinghouse Electric juga akan berkompetisi untuk ikut serta dalam konsorsium tersebut.
Pihak Prancis membantah pembangunan basis militernya di Abu Dhabi sebagai kompensasi atas pembelian pesawat tempur Rafael produksi perusahaan Prancis, Dassault Aviation. Akhir pekan kemarin, pihak Dassault menyatakan telah melakukan pembicaraan dengan UAE yang ingin membeli pesawat tempur jenis Rafael dari Prancis. Surat kabar Le Parisien edisi hari Sabtu (23/5) juga menyebutkan bahwa Prancis sudah mencapai kesepakatan final penjualan 60 pesawat tempur Rafael senilai 8-11 milyar dollar. Dengan kesepakatan tersebut, untuk pertamakalinya Prancis menjual pesawat tempurnya pada buyer asing.
Sementara itu, Presiden UAE Sheikh Khalifa bin Zayed al-Nahayan dalam keterangan persnya menyatakan, kesepakatan pembangunan basis militer Prancis di Abu Dhabi menjadi pilar penting dalam kebijakan luar negeri UAE untuk meningkatkan stabiltas di kawasan Teluk. (eramuslim.com, 26/05/2009)