Abdullah al-Mubarak rahimahullah bertutur: Wa afsada ad-dina Illa al-muluku wa ahbar as-su’ wa ruhbanuha (apakah ada yg merusak agama selain raja/penguasa, ulama’ su’ dan rahib-rahibnya?).
Syaikh ‘Ali al-Ghazi dalam Syarah Aqidah at-Thahawi berkata: Penguasa durjana menentang syariah dengan politik yang durjana. Mereka mengalahkan syariah. Ahbar su’ adalah ulama’ yang meninggalkan syariah dengan mengikuti pandangan dan analogi mereka yang rusak. Menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal. Rahib adalah orang bodoh yang menjadi sufi dengan mengikuti perasaan dan imajinasi mereka. (Ibn al-Qayyim, Ighatsah al-Lahfan, Juz I, hal. 346)
Rahib termasuk sesat dan mati dalam kekafiran. matinya masuk neraka jika tidak masuk Islam. Dakwah Islam harus disampaikan ke semua manusia agar mereka bisa hidup bahagia di dunia dan akhirat. krtik kita kepada mereka menunjukkan sayang kepada mereka bukan menghina mereka. dengan begitu akan terhindar dari kesalahan dan kita bebas dari kewajiban dakwah. terlepas mereka terima atau tidak
bismillah
Ibnu ‘Abbas Radliyallahu ‘anhu menyampaikan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam:
مَنْ رَأََى مِنْ أَمِيْرِه شَيْئًا يَكْرَهُهُ فَلْيَصْبِرْ، فَإِنَّهُ مَنْ فَارَقَ الْجَمَاعَةَ شِبْرًا فَمَاتَ فمِيْتَةٌ جَاهِلِيَّةٌ
“Siapa yang melihat dari pemimpinnya sesuatu yang ia benci maka hendaklah ia bersabar karena siapa yang meninggalkan jamaah (kaum muslimin di bawah pimpinan pemimpin tersebut) satu jengkal saja lalu ia meninggal maka matinya itu mati jahiliyyah.”(9) (HR. Al-Bukhari no. 7053 dan Muslim no. 1849)
Ubadah ibnu Ash-Shamit Radliyallahu ‘anhu berkata:
بَايَعْنَا عَلَى السَّمْعِ وَالطَّاعَةِ فِي مَنْشَطِنَا وَمَكْرَهِنَا وَعُسْرِنَا وَيُسْرِنَا وَأَثَرَة عَلَيْنَا وَأَنْ لاَ نُنَازِعَ اْلأَمْرَ أَهْلَهُ، إِلاَّ أَنْ تَرَوْا كُفْرًا بَوَاحًا عِنْدَكُمْ مِنَ اللهِ فِيْهِ بُرْهَانٌ
“Kami berbai’at untuk mendengar dan taat dalam keadaan kami suka ataupun terpaksa, dalam keadaan sulit ataupun lapang, dan dalam keadaan penguasa menahan hak-hak kami. Dan beliau membai’at kami agar kami tidak menentang dan menarik/merebut perkara dari pemiliknya (memberontak pada penguasa) kecuali bila kalian melihat kekufuran yang nyata dari penguasa tersebut dimana di sisi kalian ada bukti/keterangan yang nyata (8) dari Allah tentang kekafiran mereka.” (HR. Al-Bukhari no. 7056 dan Muslim no. 1709)
sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam:
عَلَى الْمَرْءِ السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ فِيْمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ، إِلاَّ أَنْ يُؤْمَرَ بِمَعْصِيَةٍ، فَإِنْ أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلاَ سَمْعَ وَلاَ طَاعَةَ
“Wajib bagi seseorang untuk mendengar dan taat dalam apa yang ia sukai dan benci, kecuali ia diperintah berbuat maksiat. Maka bila ia diperintah berbuat maksiat, ia tidak boleh mendengar dan taat.”(HR. Al-Bukhari no. 2955 dan Muslim no. 1839)
Dalam hadits Hudzaifah Radiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda kepadanya:
تسْمَعُ وَتُطِِِيْعُ لِلأَمِيْرِ وَإِنْ ضُرِبَ ظَهْرُكَ وَأُخَذَ مَالُكَ، فَاسْمَعْ وَأَطِعْ “Engkau mendengar dan menaati penguasa. Sekalipun dipukul punggungmu dan diambil hartamu maka tetap mendengarlah dan taatlah.” (HR. Muslim no. 1847)
Jazzakallah khair….