Jakarta – Potensi penerimaan negara dari proyek pengembangan gas Senoro dan Matindok di Sulawesi mencapai US$ 6,4 miliar. Potensi penerimaan negara ini merupakan skenario terbaik dari empat skenario yang disiapkan.
Direktur Utama Pertamina (Persero) Karen Agustiawan menyatakan pihaknya sudah mengidentifikasi empat skenario pasokan gas dari Senoro dan Matindok.
Skenario pertama yaitu suplai gas untuk PT DS LNG dengan Japan Crude Coktail (JCC) US$ 70 per barel maka harga gasnya sekitar US$ 6,16 per mmbtu.
Lapangan Senoro akan menyuplai ke DS LNG sebanyak 250 mmscfd dan Matindok 85 mmscfd.
Untuk alokasi gas domestik harga dihitung dengan ICP US$ 70 per barel maka harga gas US$ 3,17 per mmbtu. Dengan alokasi gas buat petrokimia diambil dari lapangan Senoro sebanyak 70 mmscfd.
Melalui skenario ini pemerintah diperkirakan akan mendapatkan pendapatan sebesar US$ 6,4 miliar.
“Skenario ini merupakan skenario terbaik karena akan memberikan pendapatan pemerintah paling besar dan memenuhi kebutuhan buat petrokimia setelah cadangan ada,” kata Karen usai rapat dengar pendapat dengan Komisi VII di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Rabu (10/6/2009) malam.
Skenario kedua adalah gas dari Senoro 250 mmscfd dan Matindok 85 mmscfd masuk ke kilang DS LNG dengan dengan Japan Crude Coktail (JCC) US$ 70 per barel maka harga gasnya sekitar US$ 6,16 per mmbtu.
“Tidak ada alokasi untuk domestik. Dengan menggunakan skenario ini negara mendapat penerimaan US$ 5,7 miliar,” jelas Karen.
Skenario ketiga, gas Blok Senoro 250 mmscfd dan Matindok 85 mmscfd untuk petrokimia. Dimana dengan ICP US$ 70 per barel maka harga gas US$ 3,17 per mmbtu.
Dalam skenario ini tidak ada yang dialokasikan ke kilang DS LNG. Dengan begitu negara mendapat penerimaan US$ 2,5 miliar.
“Namun masalahnya kemampuan penyerapan pasar domestik saat ini hanya 70 mmscfd sehingga sebagian besra gas tidak bisa dimonetisasi,” ungkapnya.
Skenario keempat adalah pengurangan pasokan gas ke PT DS LNG untuk petrokimia. Dimana dari 335 mmscfd gas untuk DS LNG, 70 mmscfdnya dialokasikan untuk petrokimia. Dengan menggunakan perhitungan yang sama maka penerimaan negara sebesar US$ 5 miliar.
“Namun ini akan menyebabkan kemuduran jadwal proyek karena harus merubah desain awal dan juga tidak ekonomis jika membangun dengan kilang LNG dengan suplai hanya 265 mmscfd sehingga menarik investor,” jelasnya.
Karen menambahkan untuk melaksanakan skenario ketiga dan keempat membutuhkan investor petrokimia yang mempunyai kemampuan keuangan dan mampu mencari sumber pendanaan yang cukup sulit sekarang ini. (detik.com,11/06/2009)
Proyek Senoro Berpotensi US$ 6,4 Miliar tapi kesuliatan dana Bu?,gara-gara aset negara dijual ke asing sih jadi kita kesulitan dana