DUBLIN— Ribuan orang berpawai di seluruh bagian tengah kota Dublin, Rabu (10/6). Mereka memprotes pelecehan terhadap anak-anak di berbagai lembaga yang dikelola tempat agama selama beberapa dasawarsa terakhir.
Sementara itu, para pemuka agama di Irlandia meminta maaf atas kejahatan keji itu.
Peserta pawai diam tersebut memakai pita putih dan banyak di antara mereka membawa sepatu anak-anak. Koordinator pawai meminta mereka meninggalkan sepatu tersebut di luar parlemen.
Para pemuka agama di Irlandia baru-baru ini menyampaikan rasa malu mereka atas pelecehan yang dilakukan oleh pemuka agama, yang dibeberkan dalam sebuah laporan resmi bulan lalu. Mereka meminta maaf dan mengatakan, “Kami malu, terhina, dan menyesal bahwa orang kami menyimpang sangat jauh dari ajaran Kristen mereka.”
Empat pemrotes yang memimpin pertemuan terbuka itu di Dublin meletakkan karangan bunga—dua berwarna putih dan dua hitam—di luar gedung parlemen Leinster House. Polisi mengatakan, sebanyak 7.000 orang bergabung dalam pawai tersebut, sementara Irish Times melaporkan jumlah mereka sampai 15.000 orang.
Bulan lalu sebuah penyelidikan resmi yang dipimpin Hakim Sean Ryan melaporkan bahwa pelecehan emosi, fisik, dan seks “sudah mewabah” di berbagai sekolah dan panti asuhan, lembaga yatim-piatu serta tempat lain perawatan anak sejak 1930-an.
Temuan dalam laporan itu, yang dikeluarkan setelah penyelidikan selama sembilan tahun, mengejutkan masyarakat Irlandia, yang kebanyakan adalah penganut Katolik.
Kepala Uskup Dublin Diarmuid Martin mengatakan, ia tak dapat menghadiri pawai tersebut karena ia sedang menghadiri pertemuan umum uskup Katolik. Ia mengirim seorang utusan. Setelah pertemuan tersebut, semua pastor mengatakan, mereka telah membahas laporan itu. “Pelecehan ini merupakan pengkhianatan serius terhadap kepercayaan yang diletakkan pada gereja. Untuk ini, kami meminta maaf,” katanya.
Awal pekan ini, Martin dan tokoh utama agama di Irlandia, Kardinal Sean Brady, memberi penjelasan singkat kepada Paus Benediktus XVI mengenai temuan tersebut. Martin mengatakan Paus menjadi “sangat sedih”. Satu komisi kehakiman juga sedang menyelidiki dugaan pelecehan yang melibatkan tokoh agama. (KOMPAS.com, 11/06/2009)
Astaghfirullahal adzim. Na’udzubillahi min dzalik. Secara fitrah setiap manusia memiliki naluri seksual. Oleh sebab itu, upaya mematikan potensi ini berakibat pada penyimpangan seksual, pelampiasan yang tidak sesuai dengan aturan Allah. Islam datang tidak menghilangkan potensi tersebut, tetapi mengatur penyalurannya. Wahai para pendeta, tokoh2 agama Kristen, masuklah ke dalam Islam! Potensi fitri anda akan terealisasikan dengan benar!