HIP 10: Ekonomi Neolib Sengsarakan Rakyat Dunia Akhirat!

Utang Indonesia sangat besar, yakni US$ 2335 milyar. Saking besarnya, bunganya saja yang 5% itu, bila tidak dibayarkan, tetapi digunakan untuk memberikan makan gratis kepada rakyat Indonesia selama setahun. Maka lebih dari 71 juta jiwa yang akan menikmatinya. Itu dengan asumsi satu orang sehari makan 3 kali dan sekali makan Rp 15.000. Bagi mayoritas penduduk Indonesia sekali makan Rp 15.000 itu sudah sangat mewah sekali. Pada umumnya uang sejumlah itu, untuk makan satu keluarga. Jadi kalau standarnya diturunkan maka tidak kurang dari 71 keluarga dalam setahun dapat makan gratis.

Jelas keuntungannya ganda. Di satu sisi rakyat sejahtera di sisi lain pemerintah tidak berdosa karena membayar bunga yang jelas-jelas diharamkan oleh Allah SWT. Tragis memang, di dunia sengsara karena SDA dan SDM Indonesia di eksploitasi sebesar-besarnya untuk negara penjajah seperti Amerika dan lainnya. Di akhirat mendapat siksa dari Allah SWT karena berkutat dalam kubangan bunga/riba dan jebakan ekonomi neolib lainnya yang jelas-jelas bertentangan dengan ajaran Islam.  Begitulah salah satu ilustrasi yang dapat ditangkap oleh para peserta Halaqah Islam dan Peradaban ke 10 yang dilaksanakan di Wisma Antara, Kamis (18/6) pagi di Jakarta.

Dalam diskusi yang bertema Pilpres 2009: Umat Islam dalam Pusaran Neoliberalisme?  itu diungkap pula bahwa ekonomi neolib itu berlangsung sejak awal kemerdekaan Indonesia. Namun tonggak yang paling mencolok sejak Soeharto menandatangani LoI, perjanjian dengan perwakilan IMF Michael Camdesu, setahun sebelum rezim orde baru itu dilengserkan. Pembahasan neolib menjadi hangat pada musim pilpres 2009 ini sejak SBY menggandeng Boediono menjadi cawapresnya. Namun incumbent tersebut menyanggah bahwa dirinya neolib.

“Jadi kalau dikatakan SBY tidak neolib, itu bohong besar!” ujar salah seorang pembicara Yuyun Harmono,dari Koalisi Anti Utang. Lebih lanjut Yuyun menyatakan, SBY boleh saja berkilah bahwa dirinya tidak neolib. Tetapi para ekonom di lingkarannya neolib semua. Apa yang kami katakan sebagai mafia Berkeley itu sebenarnya kini  turun ke pemerintahan SBY.

Yuyun pun menyebutkan ini merupakan masalah political will,  dan keberanian dari seorang pemimpin untuk menghentingan utang dan tidak berutang lagi. Ambil alih semua aset stategis termasuk tambang emas di Papua sebagai modal pembangunan. Sehingga terbukti, “apakah dia itu berfihak kepada rakyat dan mempentingkan kepentingan rakyat atau mempentingkan tuan-tuannya di Amerika dan negara-negara maju yang lain” ujarnya. Sayangnya, lebih lanjut ia menyebutkan, dari ketiga calon tersebut masih belum ada yang menyatakan mau menasionalisasi industri strategis yang kini sedang dijarah asing itu. “Alias tidak ada yang berani,” tandasnya.

Akibatnya, sumber daya alam terus dikuasai asing, privatisasi BUMN semakin menjadi, sehingga kini lebih dari 70% pendapatan negara Indonesia tergantung kepada pajak. Maka tidak aneh di berbagai sudut publik dipasangi billboard bertuliskan, Orang bijak taat pajak! Sebagai salah satu upaya agar rakyat mau membayar pajak. Lain Indonesia lain Belanda. Seorang pembicara tamu dari Belanda Ricardo Breed memaparkan fenomena di negerinya. Walaupun ceritanya tidak kalah tragis, peserta dibuat tertawa-tawa karena pemaparannya yang lucu. Ia menyatakan di tempat lahirnya pemerintah memasang billboard bertuliskan, Think before you jump! (berfikirlah sebelum anda loncat!) untuk mengurangi angka bunuh diri. Maklum di negeri kincir angin itu, akibat diterapkannya sistem sekuler liberal, rakyatnya menjadi individualis dan rentang terkena stress. Maka tidak aneh orang yang mati akibat loncat dari gedung bertingkat menjadi pemandangan sehari-hari di sana.

Jangan tunggu billboard yang sama dipasang di Indonesia juga. Sudah menjadi kewajiban negara dengan penduduknya mayoritas Muslim ini menerapkan sistem ekonomi Islam. Mata uang yang resmi di dalam sistem Islam adalah emas (dinar) dan dirham (perak).  Indonesia ini aneh, mata uangnya malah disandarkan pada dollar Amerika yang kertas itu. Maka dengan mudah Amerika mempermainkan rupiah. Disamping itu mudah sekali dipalsukan. Bila uangnya dibagi dua jadi tidak laku. Berbeda dengan dinar sama sekali tidak bisa dipalsukan. “Dipotong menjadi setengah gram atau lebih kecil dari itu tetap laku!” ujar Pengamat Ekonomi Syariah Tun Kelana Jaya, yang juga menjadi pembicara dalam acara yang diselenggarakan sebulan sekali setiap Kamis ketiga itu. Jadi tidak perlu berutang. Karena emas di Papua itu melimpah dan emas adalah uang sejati. Amerika mengerti itu, makanya Freeport mengeruknya siang malam dan langsung memboyongnya ke Amerika karena mereka kuatir bangsa ini keburu sadar.

Oleh karena itu, menurut Ketua DPP HTI Rahmat Kurnia, bila ingin menyelesaikan masalah harus mau berfikir out of box. “Ketika kita sekarang sedang dijerat oleh neolib lalu kita berfikir dengan cara neolib dijamin tidak akan bisa memberikan solusi apapun,” tandasnya kepada para hadirin. Orang yang bisa menolong orang yang tenggelam adalah bukan dirinya sendiri yang sedang tenggelam. Tetapi orang lain yang melihat ada orang yang tenggelam. Out of box yang dimaksud tentu saja kembali kepada Islam.

Kemudian Rahmat pun mengulas sekilas sistem ekonomi Islam. Ekonomi Islam adalah ekonomi yang berfihak kepada penguasa juga kepada rakyat, berfihak kepada majikan juga kepada buruh, berfihak kepada pasar sekaligus kepada orang-orang lemah yang tidak punya uang. “Itulah sistem ekonomi Islam kalau diterapkan, ujarnya. Kemudian ia pun berpromosi, bila ingin mengetahui lebih detailnya lagi tentang sistem ekonomi Islam yang diadopsi oleh HT bisa dibaca buku Nizamul Iqtisadi fil Islam, Sistem Ekonomi Islam. “Karena kewajiban memperjuangkan sistem ekonomi Islam dan institusi politik yang menopangnya, yakni Khilafah Islam adalah kewajiban kita semua!” pungkasnya.[] joko prasetyo

pembicara tamu dari Belanda Ricardo Breed (kanan)

pembicara tamu dari Belanda Ricardo Breed (kanan)

para pembicara

para pembicara

Foto bersama

Para pembicara foto bersama

penyerahan enang-kenangan

penyerahan enang-kenangan

peserta antusias dan bertanya

peserta antusias dan bertanya

peserta laki-laki

peserta laki-laki

peserta wanita

peserta wanita

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*