Minggu, 21 Juni 2009
Oleh Zaynab Ismail
Mesin Media Barat telah masuk ke gigi lima. Mereka mengabarkan bahwa dunia telah diambang revolusi warna yang lain, dimana seorang diktator lagi akan dilemparkan kedalam keranjang sampah sejarah dan orang-orang yang mencintai kebebasan dapat mengharapkan dukungan moral dari Barat yang liberal.
Iran sekali lagi sedang menyaksikan demonstrasi massa dan orang-orang yang mencintai Ipod, rock and roll, suka berdansa, dan suka Twitter ingin membebaskan diri mereka dari belenggu kaum konservatif dari para orang tua yang terus memerintah negeri itu. Ini merupakan cerita saya yang dapatkan dan yang berkembang di Inggris tentang negara darimana orang tua saya berasal. Saya mendapat pelajaran di sekolah-sekolah Inggris bahwa Ayatollah Iran adalah tempat yang menyedihkan dimana terdapat kaum otoriter, otokratis, dan konservatif, dimana ‘semua perempuan harus menutup auratnya’ dan di mana kaum perempuan diperlakukan sebagai warga kelas dua.
Kunjungan saya baru-baru ke Iran menunjukkan bahwa ada banyak hal yang tidak dimengerti Barat mengenai Iran dan mereka tidak mau mengerti.
Peristiwa-peristiwa yang terjadi belakangan di Iran telah menunjukkan terjadinya kerusuhan sipil terbesar sejak revolusi Islam pada tahun 1979. Sejauh ini kerusuhan itu telah menyebabkan meninggalnya 7 orang demonstran. Sementara persoalan yang dikemukakan adalah soal hasil pemilihan umum padahal ada beberapa masalah yang lebih dalam yang telah membuat panas selama beberapa decade yang saat ini mencapai titik didih.
Kerusuhan yang kami saksikan adalah merupakan suatu reaksi balik ketika kaum konservatif dan kaum reformis tidak mampu memecahkan sedemikian banyak permasalahan Iran khususnya masalah ekonomi. Tiga juta orang menganggur di Iran dan hal ini cenderung menaik.
Saat ini hanya 30% dari penduduk Iran yang menyaksikan revolusi Islam, sementara 70% orang Iran lahir setelah tahun 1979. Namun dalam perjalanan, saya menyadari bahwa orang-orang yang menyaksikan revolusi itu adalah termasuk keluarga saya yang memiliki pandangan yang beragam mengenai revolusi dan mengenai apa yang dicapai. Saya memiliki anggota keluarga yang merasakan baik masa pemerintahan Shah maupun masa pemerintahan revolusi Islam. Mohammad Reza Pahlavi terfokus pada modernisasi Iran atas nama kemajuan. Ini adalah modernisasi di berbagai bidang termasuk reformasi sosial.
Namun tidak ada yang benar-benar terlaksana. Selain dari adanya beberapa pabrik dan dibolehkannya kaum pekerja untuk memiliki saham dan dari sudut pandang ekonomi kemiskinan meningkat meskipun lebih banyak ladang minyak yang ditemukan di Teluk Persia. Shah ingin merubah struktur ekonomi yang ada yang dibangun di atas pertanian dan menjadikan kaum ulama sangat kaya. Selama tahun 1960an, Shah mengkonsentrasikan pada reformasi sosialnya itu, reformasi yang dibangun dengan meniru Barat dan melembagakan pakaian gaya barat, yang dilambangkan oleh istri dan anak-anak perempuannya. Tingkah laku seperti itu hanya membuat terasing kebanyakan penduduk Muslim dari penguasa dan hal ini yang menyebabkan Shah mengambil tindakan yang kejam. Seperti tahun di era 1970-an dimana banyak orang melihat Shah sebagai seorang penganiaya, dan perekonomian pun tidak menjadi modern seperti yang ia dijanjikan. Karena Shah menjadi lebih otoriter, kemudian banyak orang yang mulai melakukan demonstrasi atas apa yang mereka lihat sebagai ketidak adilan yang dilakukan oleh Shah. Kegagalan Shah untuk memecahkan masalah-masalah negaranya mengakibatkan banyak orang mencari berbagai alternatif.
Ayatollah Khomeini datang dengan melambangkan ‘perubahan’ dan banyak kelompok-kelompok yang bahkan tidak Islami sekalipun, termobilisasi bersama kelompok-kelompok lain dan menyebabkan negara itu menjadi lumpuh. Ketika Shah memerintahkan tentaranya untuk menembaki para demonstran – maka itulah akhir riwayatnya. Sebelum seseorang meneriakkan kata revolusi, Shah telah kabur dari negaranya.
Apa yang menyatukan rakyat Iran untuk melakukan revolusi adalah bahwa semua orang ingin perubahan, Shah belum memenuhi janji-janjinya dan sebagaimana banyak orang yang menjelaskan kepada saya, setiap orang bisa menjadi pemimpin, selama mereka mengutuk Shah.
Revolusi menandai perubahan dari satu ekstrim ke ekstrem lainnya. Hampir hanya dalam semalam kaum wanita yang tadinya bisa memakai pakaian gaya barat terbaru dipaksa untuk memakai cadar hitam atau pakaian panjang dan penutup kepala. Perubahan-perubahan besar ini terjadi tanpa melihat pandangan masyarakat, dan akibatnya orang-orang Iran masih memiliki pemikiran yang sekuler, sementara mereka dipaksa untuk bertingkah laku untuk lebih konservatif dalam masyarakat.
Segera setelah revolusi Islam berjalan, keretakan-keretakan mulai muncul ke permukaan dengan kelompok-kelompok yang membawa ke Khomeini ke tampuk kekuasaan. Seperti yang diceritakan oleh orang tua di keluarga saya bahwa apa yang dimulai sebagai revolusi pupuler yang otentik dan anti-diktator yang berlandaskan pada suatu koalisi yang luas dari semua kekuatan anti-Shah itu kemudian segera menjadi sebuah kekuatan yang mencengkram. Kecuali beberapa pendukung inti Khomeini, yakni para anggota koalisi menganggap Khomeini bermaksud untuk menjadi seorang pemimpin spiritual dibandingkan sebagai seorang penguasa. Namun para pendukung inti Khomeini, mengambil posisi-posisi di kantor-kantor yang penting, sementara banyak dari mereka yang telah mengorbankan diri untuk membawa Khomeini berkuasa malah menyebabkan diri mereka diasingkan, dipenjarakan atau disisihkan.
Delapan tahun perang dengan Irak berarti bahwa semua sumber produksi bangsa itu diarahkan pada upaya perang. Sekali lagi permasalahan ekonomi rakyat menjadi terabaikan. Gagasan akan Islam, pemerintahan Islam dll menurut orang-orang yang mengalami revolusi itu menjadi tidak terlihat. Islam tidak pernah diterapkan, walaupun Khomeini melakukan semuanya dengan merujuk kepada Al Qur’an atau Sunnah. Sebenarnya banyak orang yang melihat Khomeini yang berbeda pada saat dia berkuasa dibandingkan dengan saat dia sebelum revolusi. Khomeini telah berada dalam pengasingan selama lebih dari 10 tahun dan tidak memiliki pengalaman memerintah atau kepemimpinan, namun dia memerintah bangsa itu melalui pesona atau tipuan – kenyataannya adalah bahwa Khomeini tidak berbeda dengan Shah.
Seperti halnya Shah, Khomeini tidak melakukan apa-apa untuk mengatasi masalah ekonomi bangsa. Banyak orang tua yang menganggap periode revolusi sebagai sebab dari banyak kesulitan-kesulitan Iran yang diderita pada hari ini. Kemalangan seperti ini ditunjukkan secara terbuka di jalan-jalan Teheran dan menjadi lebih parah lagi. Kekayaan tambang Iran tidak memberikan manfaat bagi kebanyakan masyarakat Iran.
Pada hari ini Iran menderita permasalahan besar masalah pelacuran. Menurut berbagai survei ada 500.000 orang perempuan Iran yang berusia di bawah 30 yang menjadikan prostitusi suatu masalah di Iran. Banyak dari wanita itu yang terpaksa melakukannya karena kemiskinan dan karena ketakutan akan perceraian, banyak dari gadis-gadis itu yang kabur ketika dipaksa untuk melakukan kawin kontrak.
Iran juga memiliki permasalah besar soal narkoba. Menurut pemerintah Iran, terdapat lebih dari 1,2 juta pecandu narkoba, dengan tingkat HIV yang naik. Alkohol tersedia secara luas dan jika seseorang tidak menjadi pecandu kokain maka dia kemungkinan besar ketagihan alkohol. Sepupu saya sendiri meninggal karena tabrakan mobil ketika dia menyetir sambil mabuk, sementara yang lainnya benar-benar menghasilkan alkohol.
Pada saat saya di Iran menunjukkan bahwa rakyat Iran gagal terlalu sering gagal dikarenakan oleh pemerintahan mereka yang menjajikan dunia tapi tidak memberikannya. Saat ini, otoritas agama di Iran telah gagal baik secara sosial maupun ekonomi, suatu permasalahan revolusi yang gagal untuk diperbaiki, dan pada saat ini telah diadopsi oleh para reformis.
Kemenangan yang besar oleh Mohammed Khatami, pada tahun 1997 adalah yang pertama kali terjadi dimana kaum reformis mampu mencapai kekuasaan. Sejak saat itu gerakan pendukung perubahan menjadi sangat aktif & memperoleh momentum dan digunakanlah slogan reformasi agar bisa melibatkan nilai-nilai barat dalam bentuk kebebasan dan demokrasi. Pemisahan agama dari kehidupan politik adalah permintaan kaum reformis yang bekerja keras untuk mempromosikan ide-ide mereka melalui berbagai jenis media seperti internet blog dan surat kabar.
Banyak pemuda yang dilahirkan setelah 1979 menyaksikan kegagalan revolusi dalam usaha balas dendam melawan pemerintahan ‘Islam’ yang opresif dan berpaling ke Barat untuk mencapai kemajuan dan solusi, di mana mereka merasa bahwa penegakkan Islam dan bahkan Islam itu sendiri dalam beberapa hal, telah membuat mereka gagal.
Iran tidak mewakili Islam, dalam perjalanan saya menemukan bahwa menjadi percampuran beragam hal, sementara masyarakat Iran tenggelam dalam lautan kokain dan alkohol. Saya tidak terkejut ketika demonstrasi besar-besaran mengguncang Teheran ketika hasil pemilu diumumkan. Mahmoud Ahmadinejad melambangkan kegagalan kaum konservatif yang tidak dapat membangun perekonomian. Masyarakat Iran menjadi terpolarisasi, dimana kaum kelas menengah yang berpendidikan memuja Barat, sementara kaum miskin walaupun mereka Islami tapi tidak dapat memahami bagaimana teks-teks Islam mampu menangani masalah-masalah modern. Kebingungan ini menyebabkan banyak orang menyimpulkan bahwa Islam adalah sumber masalah.
Dalam beberapa hal, Iran tidak selaras dengan kenyataan dalam masyarakat muslimi yang lebih luas, sementara sebagian besar dunia muslim kembali ke Islam, dan berusaha untuk memahami solusi-solusinya dan seruan bagi penegakkan kembali Khilafah dan penyatuan kembali dengan negara-negara Muslim lainnya. Banyak orang Iran yang percaya bahwa mereka hidup di bawah Islam dan hal ini merupakan suatu kegagalan besar. Namun dalam kenyataannya selain dalam beberapa aturan, Islam tidak pernah diterapkan. Yang sebenarnya terjadi adalah Retorika Islam Iran, kenyataan dari pemerintahan, ekonomi dan dan kehakiman tidaklah Islami sama sekali. Ayatollah Khomeini wilayat al Faqhi tetap sebagaimana tertulis dalam buku-buku dan politik pragmatis adalah aturan dari revolusi nya.
semoga saja khilafah cepayt tegak
Negeri manapun yang tidak menerapkan syariat Allah pasti akan ditimpa krisis. Solusi satu-satunya bagi krisis global adalah Islam dalam wadah yang telah ditentukan oleh Islam, yaitu Khilafah.
tulisan ini membuka mata akan kegagalan perjuangan yang tidak suci, tidak bersih dari setitik najis kapitalisme. Pelajaran sangat penting bagi pragmatisme politik, yang tidak akan memberikan maslahat dan manfaat apa pun bagi rakyat.Mustinya Iran tidak berevolusi menjadi sistem Republik, tapi Khilafah.
allahumma yassir lana li iqomati ad-daulati al-khilafah ‘ala manhaji an-Nubuwah, tu ‘izzu biha al-Islam wa ahlahu wa tudlillu biha al-kuffar wa ahlahu. amiin
Iran Butuh Khilafah bukan Demokrasi !!!
kalo syariat islam berada dibawah hukum positif seperti sekarang. jangan pernah berkhayal tentang kesejahteraan dan kemaslahatan. karena Islam hanya dipandang saat Islam “menguntungkan” dari sudut pandang penguasa. selebihnya hanya retorika saja. hanya Khilafah yang akan menjawab dan membuktikan bahwa dengan tegaknya pelaksanaan Islam secara Kaffah akan membawa Rahmat bagi seluruh alam, baik didunia bahkan sapai akhirat nanti.
oleh karena itu, pejuang khilafah jangan kendor semangatnya.
Lanjutkan Perjalanan dan Bergembiralah (Sabda Rasulullah saat Perang Badar Al Kubra)
sambutlah Khilafah, sambutlah Khilafah pelaksana hukum syariah!
Dibalik berkecamuknya pertikaian di dalam negeri Iran, Barat memiliki andil yang sangat besar dalam menentukan arah politik Iran ke depan. Yang lebih menarik., benturan kepentingan pun tak luput dari berbagai masalah yang muncul di Iran atau di berbagai negeri Islam lainnya. Amerika di satu sisi, yang memihak presiden terpilih; dan Mousavi di sisi yang lain yang didukung oleh Prancis, Inggris dan negara Eropa lainnya. Pertikaian sektarian pun tak terelakkan.
Seharusnya umat Islam sadar., bahwa musuh mereka adalah para negara penjajah. Umat Islam seharusnya bahu-membahu mengusir pengaruh Barat di negerinya. Insya Allah ketika hal itu dilakukan dengan segenap kemampuan dan usaha serta diiringan dengan doa, niscaya nashruLlah akan segera turun.
WaLlahu a’lam
satu solusi…
“Syariah & Khilafah”
ALLAHU AKBAR!!!