بسم الله الرحمن الرحيم
Pada tanggal 4 Mei 2009 ditandatangani kesepakatan antara Sudan dengan Chad di Doha dengan mediasi Qatar dan Libya. Kesepakatan tersebut ditujukan untuk menghentikan aksi permusuhan di antara keduanya dan menghalangi penggunaan kekuatan senjata untuk menyelesaikan perselisihan antara keduanya dan penerapan kesepakatan-kesepakatan terdahulu. Akan tetapi pada hari berikutnya, Chad menuduh Sudan mengirimkan kelompok bersenjata ke wilayah timur Chad. Dan pada tanggal 15 Mei 2009, Sudan menuduh Chad melakukan dua serangan udara ke wilayah Sudan. Chad mengakui melakukan dua serangan itu dengan dasar sebagai serangan balasan terhadap tentara bayaran kaum pemberontak yang bermarkas di Sudan untuk melawan Chad.
Kesepakatan Doha ini merupakan kesepakatan ke tujuh antara kedua negara. Di antaranya disepakati di Tarablus Barat, di Mekah, dan Riyadh. Yang lain disepakati di Dakar. Sedangkan dalam banyak kondisi tidak tercapai kesepakatan. Atau dengan ungkapan lain, sebelum cahaya kesepakatan itu menyeruak, salah satu pihak sudah menghancurkan kesepakatan tersebut. Maka keduanya saling tuduh menghancurkan kesepakatan dan mensuport pemberontak menentang sistem keduanya masing-masing. Seakan-akan berbagai kesepakatan itu seperti permainan anak-anak, mereka tanda tangani tetapi mereka tidak terikat dengannya. Atau berbagai kesepakatan itu dianggap sebagai taktik dimana masing-masing berupaya mempedaya pihak lain ketika pihak lain itu menduga bahwa lawannya jujur! Atau kesepakatan itu hanya untuk menyenangkan pihak-pihak yang mengintervensi diantara keduanya agar berdamai kemudian keduanya kembali kepada jalannya sebelumnya!
Tampak jelas bahwa pergolakan diantara kedua pemerintahan negeri itu masih terus berlangsung. Seakan-akan pergolakan itu tidak akan berhenti hingga minimal salah satunya jatuh dan kejatuhannya itu demi kemenangan pandangan politik yang mengubah apa yang berlangsung sekarang ini. Karena pergolakan diantara keduanya bukan bersifat lokal ataupun regional, akan tetapi pergolakan keduanya merupakan pergolakan internasional yaitu antara negara-negara besar. Prancis berdiri di belakang pemerintahan Idriss Deby di Chad. Di tengah berlangsungnya peristiwa-peristiwa paling akhir, menteri luar negeri Prancis Bernard Kochner berkata di depan komite luar negeri Parlemen Prancis tentang peristiwa terakhir di Chad. Ia mengatakan: “Di sana terdapat tanggung jawab yang jelas bagi Sudan di dalam tahapan peristiwa ini karena semua mengetahui bahwa ribuan pemberontak melintasi perbatasan“. Ia menambahkan: “Semua menyaksikan dan semua mengetahui. Separatis melakukan serangan setelah penandatanganan kesepakatan damai pada pukul delapan malam di Doha. Dan pada hari berikutnya kekuatan pemberontak yang bertolak dari Sudan melakukan serangan“ (AFP, 22/5/09). Jadi Kochner tidak membela Chad dan menuduh Sudan. Akan tetapi ia mengucapkan kalimatnya tersebut seakan-akan ia adalah pihak yang secara langsung terkena serangan. Penting untuk disebutkan, bahwa di wilayah timur Chad dan timur laut Republik Afrika Tengah terdapat kekuatan militer Uni Eropa sekitar 3700 personel dan mayoritasnya berasal dari Prancis. Ini merupakan bukti bahwa dibelakang pemerintahan Deby adalah Prancis. Dan diantara kepentingan Prancis adalah menjaga keberadaan Deby karena Deby mengamankan pengaruh Prancis di Chad dan tetangganya; dan Chad akan menjadi titik tolak di kawasan ini.
Sedangkan komentar Idriss Deby, presiden Chad, terhadap peristiwa-peristiwa terakhir adalah sebagai berikut: “Semua orang yang menuntut lengsernya Deby atau hancurnya Chad, mereka itu adalah orang yang salah. Mereka selamanya tidak akan meraih perkara tersebut“ (AFP, 22/5/09). Deby memahami bahwa kaum pemberontak menjadikan dia dan pemerintahannya sebagai sasaran.
Sedangkan komentar Sudan, maka komentar itu keluar dari lisan juru bicara departemen luar negeri Sudan Ali Shadiq. Ia mengumumkan: “Bahwa pasukan Sudan siap untuk membalas akan tetapi menunggu perintah“ (AFP, 17/5/2009). Presiden Sudan, Omar al-Basher, mengatakan bahwa ia memiliki bukti-bukti atas keterlibatan Chad dalam mensuport Gerakan Keadilan dan Persamaan yang memerangi pemerintah Sudan di propinsi Darfur“ (Radio SOA, 18/5/2009). Hal itu menunjukkan bahwa hari-hari mendatang akan terjadi peristiwa-peristiwa baru diantara dua negeri dan terhadap front pemberontak dari masing-masing negara dan bahwa masalah tersebut berkaitan dengan Darfur. Aktivitas Prancis di dalamnya tampak melalui pemberontak dan para agen.
Sedangkan yang ada dibelakang pemerintah al-Basher adalah Amerika. Kita telah melihat Amerika membela al-Basher dalam masalah Mahkamah Kejahatan Internasional (ICC). Dimana anggota kongress Amerika sekaligus ketua komite urusan luar negeri di kongress Amerika yang juga mantan calon presiden dari partai Demokrat, partai yang sekarang sedang berkuasa di Amerika, John Kery, melakukan kunjungan ke Sudan selama tiga hari. Kunjungan itu dilakukan tidak lama setelah keluar keputusan Mahkamah Kejahatan Internasional (ICC) berkaitan dengan penangkapan al-Basher, yaitu kurang dari satu setengah bulan setelahnya. Kery mengumumkan bahwa ia berupaya mengembangkan hubungan-hubungan diantara dua negara dan melakukan pertemuan dengan para pejabat tinggi Sudan. Pada tanggal 18 Maret 2009, yaitu tidak lama setelah keluar keputusan Mahakamah Kejahatan Internasional (ICC), Pemerintah Amerika menunjuk utusan khusus untuk Sudan yaitu Jenderal Scott Gration untuk memperbagus hubungan dengan Sudan. Kery dalam konferensi pers di Sudan, menyatakan: “Berkat upaya sungguh-sungguh utusan khusus presiden Obama, Jenderal Scott Gration, dan keinginan pemerintah Sudan untuk masuk di dalam dialog baru dengan kami, maka aktivitas kemanusiaan ini hanya akan menjadi sesuatu yang bersifat parsial“. Ia menambahkan: “Amerika Serikat ingin memperkuat berbagai hubungan bilateral dengan Kharthoum.“ (AFP, 18 April 2009). Kery mengatakan: “Saya yakin dalam beberapa minggu ke depan akan terlihat perkembangan dalam salah satu aspeknya seperti aspek yang berkaitan dengan dihapusnya Sudan dari daftar negara-negara yang memelihara teroris dan dicabutnya embargo ekonomi dari Sudan“. Ia menambahkan: “Utusan khusus untuk Sudan, Jenderal Gration, telah memulai aktivitas tersebut dengan berhasil selama kunjungannya awal bulan ini. Dan kunjungan utusan khusus yang berakhir pada minggu lalu itu meletakkan dasar yang kuat untuk membangun berbagai hubungan masa depan diantara Sudan dan Amerika Serikat dan bahwa kunjungannya ini akan menjadi bangunan tambahan di atas kunjungan utusan khusus“ (ash-Sharq al-Awsat, 18 April 2009). Semua itu menunjukkan dukungan Amerika kepada pemerintahan al-Basher di Sudan dan bahwa Amerika berdiri di belakang pemerintahan al-Basher.
Jika demikian, Amerika tidak akan berlepas diri dari pemerintahan Omar al-Basher sekarang ini. Dan Amerika akan bertindak melindungi al-Basher secara langsung maupun tidak langsung melalui antek-anteknya di kawasan seperti Mesir dan Etiopia … dan lainnya. Karena sejak al-Basher meraih tampuk kekuasaan pada tahun 1985, al-Basher telah merealisasi semua yang Amerika inginkan dengan mudah dan gampang.
Sedangkan Idriss Deby, bagi Prancis ia merupakan antek yang terikat dengannya, melayani kepentingan-kepentingan Prancis di Chad dan negara tetangga sejak Prancis mengantarkannya ke tampuk pemerintahan pada tahun 1990. Gerakan pemberontak terhadapnya mulai terjadi pada tahun 1998 dan tidak berhenti hingga sekarang dimana pemberontak tetap mengancam pemerintahannya sebagaimana yang mereka umumkan. Seorang sumber di persatuan kekuatan perlawanan mengumumkan bahwa mereka akan melancarkan serangan baru sebelum musim hujan yaitu pada awal Juni. Sumber itu mengatakan: “Peperangan belum berhenti sama sekali“ (AFP, 22/5/09).
Arti hal itu adalah bahwa serangan-serangan menentang pemerintahan Deby akan terus berlangsung. Bisa jadi pemerintahannya akan terancam secara langsung seperti yang terjadi pada Februari tahun lalu di mana kekuatan pemberontak berhasil sampai ke istana Deby dan mengepungnya. Chad mengumumkan kekhawatirannya akan dilancarkannya serangan-serangan baru terhadapnya. Menteri Pertahanan Chad, Adoum Younousmi, mengatakan bahwa : “Negerinya menyiapkan kekuatan bersenjatanya untuk menghadapi masuknya Sudan di masa yang akan datang untuk melancarkan serangan baru yang akan dilancarkan oleh pemberontak di kawasan perbatasan timur Chad.“ (19/5/09). Di antara kepentingan Amerika adalah menjatuhkan pemerintahan Deby dan menaikkan anteknya sehingga pengaruhnya meluas di Chad dan Amerika bisa merampok kekayaan Chad. Juga agar Amerika bisa mengusir Prancis dari Chad. Prancis telah mandanai pemberontak Darfur. Dengan itu Prancis berupaya menekan Amerika agar menyertakan Prancis di dalam pengaruhnya di Darfur melalui keikutsertaan antek-anteknya seperti Gerakan Keadilan dan Persamaan dan Gerakan Pembebasan Sudan sayap Abdul Wahid yang bermukim di Prancis. Begitu pula dengan aksi-aksi serangan itu, Amerika ingin menyibukkan dan mengganggu Prancis dan Mahakamah Kejahatan Internasional yang di belakangnya berdiri Eropa, utamanya Prancis. Hal itu untuk mengalihkannya dari masalah penangkapan dan pengadilan al-Basher untuk menyembunyikan efektivitas Mahkamah dalam masalah ini. Berbagai pihak telah merujuk kepada masalah persetujuan pasal 16 di Dewan Keamanan yang menyatakan penundaan penangkapan orang-orang yang dituntut di Mahkamah untuk jangka waktu satu tahun yang bisa diperbarui.
Sesungguhnya Sudan penting bagi setiap kekuatan penjajah yang saling bersaing baik Amerika ataupun negara-negara Eropa. Pentingnya Sudan bagi para penjajah diungkapkan oleh Javier Solana, penanggung jawab tertinggi untuk keamanan dan politik luar negeri di Uni Eropa, kepada harian ash-Sharq al-Awsath tangga 19/10/2009. Ia mengatakan: “Kestabilan Sudan belum terealisir sama sekali. Kestabilan Sudan penting untuk seluruh benua Afrika. Masyarakat internasional khususnya Eropa wajib bergerak dan merealisasi hasil-hasil di sana …“ Ia mengatakan: “Dan Uni Eropa tentu saja memiliki eksistensi di Sudan di atas semua level politik, ekonomi dan kemanusiaan“. Oleh karenanya pergolakan akan terus berlangsung dengan seru di kawasan tersebut di antara kekuatan penjajah, yaitu antara Amerika dan Eropa hingga salah satu bisa mendominasi dan mengusir pihak lain dari kawasan tersebut. Atau hingga Umat Islam mampu mengusir keduanya dari kawasan itu. Dan kemudian mengendalikan pergerakan masalahnya dan menyelesaikan persoalannya sendiri, melenyapkan sistem-sistem antek dari negeri kaum muslim, melenyapkan batas-batas imajiner antara Sudan dan Chad dan menjadikannya negeri yang satu sebagai bagian di negara yang satu.
27 Jumadil Ula 1430 H
22 Mei 2009
apapun permainannya dan siapapun yang memainkannya kalau aturannya sekuler ya tetap saja membikin keruwetan. Hanya satu kata tegakkan Khilafah angkat seorang Kholifah.