Rusia menuduh Kirgistan berkhianat pada hari Rabu lalu, setelah Kirgistan membatalkan perintah yang didukung oleh Kremlin untuk menutup sebuah pangkalan utama militer Amerika Serikat dalam perang di Afghanistan.
Pemerintah Kirgistan sepakat untuk menyingkirkan pasukan Amerika, setelah Kirgistan menerima dana senilai 1,3 miliar pounds sebagai bantuan dan hutang lunak dari Moskow pada bulan Februari.
Namun, setelah Amerika Serikat setuju membayar tiga kali lipat dari harga sewa sebelumnya untuk pangkalan Manas yang berfungsi menyediakan bahan bakar dan mendukung pasukan AS sepanjang perbatasan Afghanistan, maka Kirgistan mengubah pikirannya. Inilah yang membuat marah para pejabat Rusia.
Andrei Nesterenko, seorang juru bicara Departemen Luar Negeri Rusia mengatakan: “Pemimpin Kirgistan telah berulang kali menyatakan bahwa keputusan untuk menutup pangkalan militer Amerika adalah final, dan tidak perlu ditinjau kembali.”
Presiden Rusia, Dmitry Medvedev tahun lalu mengatakan, dari satu sisi, bahwa dulu Uni Soviet menjadikan Kirgistan bagian dari wilayah pengaruh Rusia. Dan ia menambahkan: “Sebenarnya Amerika hanya ingin mempertahamkan eksistensinya di Asia Tengah, yang tidak sesuai dengan kepentingan Rusia, dan juga tidak sesuai dengan apa yang telah kami sepakati bersama pemimpin Kirgistan.”
Tampaknya, kemarahan Rusia atas keputusan Kirgistan ini sangat berpotensi memperuncing hubungan antara Amerika dan Rusia. (kantor berita HT, 27/06/2009)