Sarkozy Mencap Burqa Sebagai Simbol Perbudakan Tetapi Mengabaikan Penindasan atas Kaum Perempuan di Perancis yang Liberal
Oleh Sultanah Parvin
London Inggris, 26 Juni 2009 – Dalam pidato di parlemen Senin lalu, Presiden Perancis Nicolas Sarkozy memperjelas pandangannya terhadap burqa dengan menggambarkannya sebagai sebuah simbol perbudakan atas perempuan yang tidak bisa diterima. Dia mengatakan “burqa bukanlah symbol agama, ini adalah symbol penindasan, atas ketertundukan kaum wanita. Saya sungguh-sungguh ingin mengatakan bahwa hal ini tidak dapat diterima di wilayah kami.”
Adalah menjadi bahan tertawaan bahwa Sarkozy berbicara soal perbudakan perempuan ketika dia menikah dengan Carla Bruni, seorang mantan model telanjang – sebuah profesi yang banyak perempuan menganggapnya sebagai perwujudan perbudakan perempuan kepada laki-laki.
Sambil menyerang burqa, dia mengabaikan penindasan kaum perempuan di Perancis yang liberal di mana:
– 2 juta perempuan menderita kekerasan dalam rumah tangga
– 400 orang perempuan dibunuh tiap tahun oleh pasangan mereka
– Sekitar 38.000 perempuan diperkosa setiap tahun
Sarkozy terus melanjutkan serangan gencarnya pada burqa, dengan menyatakan bahwa kaum perempuan yang mengadopsi pakaian itu adalah “tahanan di balik jeruji, yang terputus dari kehidupan sosial, terampas identitas mereka.”
Ironisnya adalah bahwa banyak perempuan Muslim akan mengatakan bahwa pelarangan jilbab pada saat ini di Perancis telah menciptakan situasi ini.
Dia menyimpulkan dalam pidatonya dengan mengatakan “Semua pandangan harus dinyatakan… Saya katakan pada anda, kita tidak boleh menjadi malu atas tata nilai kita sendiri.”
Mengomentari masalah ini, Sultanah Parvin, perwakilan media perempuan Hizbut-Tahrir Inggris mengatakan, “Sarkozy seharusnya malu atas nilai-nilai liberal sekuler yang dengan bangganya menunjukkan sikap intoleransi, dengan menyingkirkan sebagai penduduk kelas dua atas orang-orang yang mengadopsi keyakinan agama mereka yang tidak sejalan dengan pandangan fundamentalisnya atas kehidupan. Dia seharusnya malu karena mempertahankan nilai-nilai yang memungkinkan kaum laki-laki untuk mengeksploitasi tubuh wanita untuk keuntungan dan sebuah masyarakat
‘Moulin Rouge’ (*) Hal ini merupakan sikap munafik yang menceramahi orang soal kebebasan sementara pada saat yang sama dia berbicara soal pelarangan wanita Muslim untuk berpakaian sesuai dengan keyakinan agamanya. Seharusnya Sarkosy dan orang-orang yang setuju dengan dia malu atas hal itu .”
“Ekspresi yang dilakukan pada saat ini menunjukkan dengan jelas bahwa ketika masyarakat di Inggris marah pada kelompok-kelompok rasis seperti ketika BNP berhasil mendapatkan kursi pada pemilu Eropa, fasisme liberal telah menemukan tempat yang nyaman di dalam lingkungan kekuasaan di Perancis.”
“Perempuan Muslim tidak perlu diajari soal hak-hak perempuan dari seorang yang terkenal suka perempuan dan seorang pezina yang ingin terkenal untuk kedua kalinya dengan menikahi seorang model telanjang.”
“Sarkozy dan keputus asaan Perancis untuk menggiring perempuan Muslim dan non-muslim yang menolak liberalisme sekuler di Prancis dan di seluruh dunia dan mengadopsi Islam sebagai jalan hidup spiritual, sosial dan politik adalah sangat jelas. Pandangan liberal sekuler kaum kapitalis yang cacat secara intelektual telah merendahkan norma-norma atas kaum perempuan dalam masyarakat. ”
“Sebaliknya, undang-undang Islami dan nilai-nilainya menawarkan kepada masyarakat martabat bagi perempuan, kuatnya ikatan keluarga, memastikan hubungan yang sehat antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan publik sambil menjaga kehormatan keduanya.”
Moulin Rogue : (sebuah tempat kabaret di Perancis tempat kelahiran tarian erotis).
Sumber :www.khilafah.com /riza
itu yang dibilang maling teriak maling,dia bangga melihat tubuh istrinya disaksikan oleh penduduk dunia, kasian zarkosi mendapat wanita murahan ,lama lama juga dia bosan dan cari daun muda lagi itulah watak pezina laknatullah