Pengamat ekonomi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Latif Adam mengatakan, data kemiskinan yang dilaporkan Badan Pusat Statistik (BPS) sangat aneh dan justru bisa menjadi bahan tertawaan orang.
“Orang jadi tertawakan kita karena ditengah gencarnya pemberitaan mengenai PHK, BPS justru mengumumkan hasil survei yang memperlihatkan telah terjadi penurunan angka kemiskinan di tanah air,” kata Latif Adam di Jakarta, Sabtu (11/7), berkaitan dengan hasil survei BPS tentang kemiskinan di Indonesia.
Data BPS menunjukkan telah terjadi penurunan angka kemiskinan sekitar 2,4% atau menjadi 31,5 juta jiwa dari total penduduk Indonesia.
Menurutnya, hasil survei yang diumumkan BPS itu lebih bersifat politis dan diduga dilakukan dengan memanipulasi metodologi survei karena hasilnya jauh dari kenyataan yang terjadi di lapangan saat ini, dimana ada begitu banyak rakyat Indonesia yang sedang menghadapi kesulitan ekonomi.
Latif Adam mengakui memang ada inflasi tetapi hanya kecil sekali . Selebihnya adalah deflasi dan itu mencerminkan kemiskinan karena berhubungan dengan penurunan daya beli masyarakat. Latif Adam mengatakan, mestinya tidak boleh ada manipulasi data dalam melakukan survei karena datanya digunakan untuk proses perencanaan. (MI, 11/7/2009)
Dengan pedenya menyatakan Indonesia lebih baik. Jika orang-orang miskin tahu akan hal ini, mereka akan marah. Omongkosong dan pembohongan publik. Muliakan dan makmurkan ndonesia dengan Syariah. Allahuakbar
jan indonesia, bukan hanya duit yg dikorupsi, data pun dikorup. Bagaimana bisa maju?
pak tlg kirimi sy data kemiskinan di indonesia thn 1985-2007
Sebagai seorang Muslin yang baik, kita seharusnya hati-hati dalam mengeluarkan Statement.Karena implikasinya bukan hanya di dunia, tetapi juga di akhirat. Apa lagi sampai menghakimi, harus lebih hati-hati lagi tentunya. kita harus benar-benar paham betul akan konteksnya, baru bicara sesuai dengan kapasitas kita, jangan asal komentar. Data kemiskinan yang diumukan oleh BPS didasarkan pada hasil survey secara menyeluruh, mencakup seluruh wilayah Indonesia (SUSENAS). Dengan metodologi(teknik sampling, metode penghitungan) yang dapat dipertanggungjawbakan secara ilmiah (jika memang ada forun dialog/diskusi untuk itu).Hasil survey menggambarkan kondisi pada Maret 2009, jadi penilian terhadap angka kemiskinan tersebut harus dalam konteks apa yang terjadi (kondisi makro eknomi) pada saat itu. Selain itu pula, validitas dan akurasi angka kemiskinan BPS tidak dapat dinilai dan ditimbang hanya semata-mata berdasarkan persepsi yang dibangun, tanpa jelas metodologinya. Karena hasilnya bisa bias.
Jadi angka BPS merupakan potret terhadap fakta kondisi kemiskinan yang terjadi pada maret 2009. Jika Anda punya solusi yang lebih baik yang memenuhi syarat-syarat ilmiah tolong kemukakan.