Menunggu Kejujuran AS di Afghanistan

Tudingan ‘pembantaian’ ratusan bahkan ribuan warga Taliban kembali mencuat. Presiden Obama meminta agar menyelidiki kasus ini. Beranikah pemerintah AS membeberkannya dengan jujur. Apalagi ini berkaitan dengan nasib sebuah negara.

“Saya telah meminta para pejabat segera mengumpulkan bukti-bukti sehingga saya bisa memerintahkan penyelidikan penuh,” kata Obama kepada CNN, Senin (13/7).

Muncul tudingan bahwa pemerintah mantan Presiden George W Bush melakukan pembantaian terhadap Taliban pada invasi 2001, dan menolak mengadakan penyelidikan terkait masalah itu.

Tudingan itu termasuk kematian ratusan, bahkan ribuan, pejuang Taliban yang sebenarnya sudah menyerah kepada otoritas invasi yang dibantu Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Menurut kabar dari beberapa pejuang Taliban, mereka ditahan oleh pemimpin militer yang didukung AS, Jenderal Abdul Rashid Dostum.

Tudingan itu pertama kali disampaikan pada 2002, yang mengatakan para tahanan dibiarkan mati kehabisan napas di dalam kontainer. Ada pula yang ditembak mati dari luar dinding kontainer. Namun tak pernah ada penyelidikan yang resmi mengenai hal itu.

Sejumlah LSM pemerhati HAM mengatakan pemerintah Bush berulangkali menggagalkan usaha penyelidikan. Isu ini kembali menjadi topik pembicaraan sejak Jenderal Dostum diangkat menjadi Kepala Staf Gabungan untuk Presiden Afghanistan Hamid Karzai, bulan lalu.

Sebuah penyelidikan pun diminta kepada pemerintahan Obama yang berjanji akan memulai secepatnya. Kebetulan hingga saat ini Dostum mengasingkan dirinya ke Turki karena tuduhan menodongkan senjata ke rival politiknya.

“Semua indikasi itu memang tidak diselidiki dengan benar dan akhir-akhir ini, saya baru memperhatikannya. Jadi tim kemanan nasional kami akan mengumpulkan fakta-fakta itu sehingga kami bisa segera membuat keputusan, pendekatan apa yang paling tepat,” lanjut Obama.

Obama yakin, tim yang ia bentuk itu mampu menjalankan penyelidikan mereka secara menyeluruh dan lengkap. Penyelidikan itu akan dimulai dengan memo PBB pada 2002 yang menyatakan para tahanan tewas dalam kontainer saat dipindahkan dari Kunduz, Afghanistan Utara menuju sebuah penjara di Sheberghan, Mazar-e-Sharif Barat.

Di tempat itulah ditemukan kuburan massal yang diduga berkaitan erat dengan penahanan tersebut. Jumlah tahanan yang tewas diperkirakan mencapai dua ribu orang. Pada saat itu, Jenderal Dostum menerima bayaran dari Badan Intelijen AS (CIA). Militan yang ia pimpin juga bekerja sama dengan serdadu AS.

Dalam berita New York Times baru-baru ini dikatakan pemerintahan AS mengkhawatirkan hal ini akan menggoyangkan kepemimpinan Karzai. Pasalnya, Dostum adalah salah satu pejabat pertahanan yang memiliki posisi cukup penting. Sementara seorang utusan Presiden Bush untuk penyelidikan kejahatan perang, Pierre Prosper, membela pengutusnya.

“Tak pernah ada yang mengatakan tidak atau mengiyakan penyelidikan terhadap kasus ini. Semua orang paham ini isu yang sensitif, isu semacam ini menyentuh politik sebuah negara,” ujarnya. Meski demikian, Obama harus menciptakan sebuah citra yang positif jika ingin misinya untuk menstabilkan Afghanistan berjalan dengan sukses. (inilah.com, 13/7/2009)

2 comments

  1. Pungguk merindukan bulan, it’s imposible, berharap orng kafir berbuat jujur

  2. Politik Luar Negeri AS selalu begitu dari dulu, tidak pernah berubah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*