Dengan Khilafah, Kemiskinan di Indonesia Tinggal Sejarah
Kemiskinan merupakan masalah yang menimpa di seluruh belahan dunia. Sebanyak 2 milyar orang menderita kelaparan atau kekurangan gizi. Sebanyak 100 juta orang tidak memiliki tempat tinggal. Sekitar 300 juta orang di Afrika tidak memiliki akses air minum bersih. Kemiskinan bukan hal yang kebetulan terjadi, tetapi disebabkan oleh sistem yang membuat perdagangan global menjadi tidak adil. Terjadi adanya manipulasi serta eksploitasi ekonomi dari negara-negara donor, yang sebenarnya adalah negara-negara kapitalis Barat.
“Sungguh naif jika ada pemikiran ketidakseimbangan ekonomi dapat dipulihkan dengan menghapuskan seluruh utang, tanpa adanya upaya untuk mengevaluasi model ekonomi kapitalis yang bertanggung jawab atas meningkatkanya krisis global,” ungkap Ketua Panitia Seminar Muslimah ‘Dengan Khilafah, Kemiskinan di Indonesia Tinggal Sejarah’,Lestari Ramdhani, SE, Ahad (12/7) di Aula Handayani DIKPORA Nusa Tenggara Barat (NTB). Seminar yang diselenggarakan DPD I Muslimah Hizbut Tahrir Nusa Tenggara Barat (NTB) ini menghadirkan dr. Laily Mufidah (DPD I Muslimah HTI NTB), dan Hj. Nida Sa’adah, SE. AK (DPP Muslimah HTI).
dr. Laily Mufidah membeberkan fakta kemiskinan yang terjadi di seluruh dunia termasuk Indonesia. Indonesia merupakan negara penghasil 9,5 persen produksi tembaga dunia (nomer 3 dunia setelah Chili dan USA), 40 persen produksi timah dunia (nomer 2 dunia setelah China), 7 persen produksi nikel dunia (nomer 6), 5 persen produksi emas dunia (nomer 8), penghasil batubara nomer 9 di dunia. “ Dari fakta ini seharusnya Indonesia menjadi negara kaya. Tetapi di Indonesia malah banyak ditemukan rakyat banyak makan nasi aking.”
Yang memprihatinkan, jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2009 sebesar 32,53 juta jiwa. Khusus wilayah NTB, jumlah penduduk miskin tercatat tinggi, nomer ke-6 setelah Papua, Papua Barat, Maluku,NTT dan Gorontalo. “Sekitar 1,1 juta jiwa dari 4,75 juta jiwa penduduk NTB atau 22,78 persen miskin. Angka ini didapatkan dengan standar garis kemiskinan ditetapkan sebesar Rp.200.262 per bulan atau Rp.6.675 per hari,” papar Ustazah Layly. Angka ini jauh di bawah standar World Bank untuk Extreme Poverty Line yaitu USD 1 per hari hari. Kemana kekayaan Indonesia yang seharusnya digunakan untuk kemakmuran rakyat? “Saat ini, kita ibarat ayam mati di lumbung padi. Hal ini terjadi karena sistem pengelolaan ekonomi diserahkan ke sistem ekonomi kapitalis, kekayaan alam dibawa oleh asing,” imbuh beliau.
Hj. Nida Sa’adah, SE memaparkan bagaimana Negara Khilafah akan bisa menghilangkan kemiskinan. ”Ketika kita ingin menyelesaikan masalah kemiskinan berarti kita harus mengetahui dulu apa penyebab kemiskinan,” ungkap beliau. Negara Kapitalis Barat melakukan pemiskinan secara sistematis melalui penciptaan ketergantungan ekonomi melalui utang yang harus dibayar dengan tingkat suku bunga yang sangat memberatkan dan manipulasi mata uang oleh IMF. Pemerintah Indonesia lalu diminta menetapkan kebijakan menyengsarakan rakyat seperti: mengurangi berbagai anggaran untuk kebutuhan masyarakat dan privatisasi. Dengan privatisasi sumberdaya alam, pemerintah tidak agi mempunyai kontrol terhadap sumber daya alamnya sendiri. ”Dengan manipulasi mata uang oleh IMF, asing dapat membeli bahan mentah dari Indonesia dengan sangat murah.”
Bagaimana negara Khilafah menghilangkan kemiskinan? Mengembalikan sumber daya alam ke pemilikan umat. Berdasarkan tuntunan hadis Rasulullah :“Umat Muslim itu berserikat dalam tiga hal: (yaitu) air, padang rumput dan api”. “Dalam bidang pertanian: negara mengembangkan teknik permesinan dan agraris, bantuan lahan pertanian (berlaku hukum tanah sesuai Islam), pemerintah menjadi pemasok benih dan pembeli produk pertanian. Pemerintah juga mengatur distribusi perputaran kekayaan melalui mekanisme zakat dsb. Pemerintah menghapus sektor non riil, semua pungutan pajak dan semua tingkat suku bunga. Sebab, semua hal tersebut dilarang Islam,”papar beliau.
Menurut Ustazah Nida, sistem ekonomi Islam-lah satu-satunya solusi atas semua kegoncangan dan krisis ekonomi dunia yang mengakibatkan derita-nestapa umat manusia. Islam adalah sistem yang difardhukan oleh Allah SWT yang Maha Tahu apa yang baik untuk seluruh makhluk-Nya. Hanya saja, penerapan Islam yang agung ini tidak cukup sekedar dengan menulisnya dalam buku, “Tetapi harus dengan mendirikan negara yang mengemban dan menerapkannya yaitu NEGARA KHILAFAH RASYIDAH,” tambah beliau sekaligus mengakhiri pemaparan materinya. Acara ini dimoderatori dalam Putery Islamy Mahardika (dee-MHTI NTB) .