Selamatkan Yogyakarta Sebagai Kota Pelajar Dengan Budaya Islam
HTI Press-Kapitalisme, ideologi yang mengatur dunia saat ini telah menyumbang krisis di berbagai dimensi kehidupan manusia. Tak ada satu pun negara bisa lolos dari ancaman kehancuran peradaban, akibat penerapan ideologi kapitalis. Tak terkecuali bangsa dan negara ini, Indonesia.
Krisis pendidikan masih menjadi pekerjaan rumah semua warga negara Indonesia, sebagai akibat diterapkannya sistem pendidikan kapitalis global yang bertumpu pada sekulerisme. Hasilnya, bisa dilihat dari terpuruknya kualitas generasi dari hari ke hari. Bahkan sangat jauh dari fungsi pendidikan yang tertuang dalam UU Sisdiknas, “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watakserta peradaban bangsa yang bermartabat, dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa”.
Lemahnya kualitas generasi ternyata memberikan kontribusi sangat besar pada kualitas keluarga. Realitas ini yang harus segera mendapatkan solusinya. Sedemikian rapuhnya sekulerisme – kepitalisme, sudah saatnya kapilatisme digantikan dengan Islam.
Sebagai bentuk kepedulian terhadap persoalan di atas, Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia mengajak guru muslimah se-Daerah Istimewa Yogyakarta untuk mendiskusikan dan menemukan solusi bentuk pendidikan yang ideal dalam Seminar Lokakarya “Selamatkan Yogyakarta Sebagai Kota Pelajar dengan Budaya Islam” (Kurikulum Basis Aqidah Islam sebagai Solusi Alternatif Membentuk Karakter Generasi Unggul), Ahad (26/7) di Ruang Teatrikal UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Semiloka ini menghadirkan pembicara antara lain: Prof. Dr. Suwarsih Madya (Kepala Dinas Pendidikan Propinsi DIY), Lies Arifah, M.Pd (Guru SMP N 2 Sewon dan Pakar Pendidikan), dan Eksi Insania A, S.Pd.Si (Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia).
Forum semiloka yang terbagi menjadi dua sesi. Sesi pertama berupa sesi seminar dan pada sesi kedua adalah lokakarya. Acara dibuka sambutan singkat dari Ketua Muslimah HTI DPD I HTI DIY, Ibu Agustina Purlina, S.T. Beliau menyampaikan diakui atau tidak kurikulum merupakan faktor yang sangat penting dalam perbaikan generasi. Kurikulum memang bukan satu – satunya penyebab lemahnya kualitas generasi yang dihasilkan, masih banyak faktor lain. Namun kurikulum mampu mengubah mind set anak didiknya.
Ibu Prof. Dr. Suwarsih Madya menekankan sebuah siklus yang harus ditempuh dan diupayakan sedemikian rupa dalam mencetak peserta didik (PD) yang berkarakter kuat, yaitu :
INPUT => PROSES => OUTPUT => OUTCAME
Mekanisme tersebut berdasarkan UU Sisdiknas yang mengacu pada prinsip diversifikasi. Artinya, kurikulum tidak harus sama di berbagai daerah, akan tetapi disesuaikan dengan potensi masing-masing daerah. Melanjutkan apa yang disampaikan oleh pembicara pertama, Ibu Lies Arifah, M.Pd., mencoba mengantarkan peserta pada fenomena buruknya penerapan dari sistem pendidikan Indonesia yang berujung pada output dan outcame yang bermental koruptor, berperilaku sex bebas, berkarakter preman dan kriminal. Anak didik lebih menyukai hal-hal yang berbau pornografi-pornoaksi serta berbudaya nyontek. Padahal jika mengacu pada UU Sisdiknas, maka proses mendidik dan pengajaran berangkat yang berangkat dari tiga konsep dasar, yaitu :
1. Mampu menguasai IPTEK
2. Melatih kreatifitas dan kompetensi peserta didik
3. Melahirkan pribadi-pribadi yang bertaqwa.
“Seharusnya UU Sisdiknas mampu mewujudkan tujuan dan cita-cita pendidikan. Akan tetapi fakta berkata lain, banyaknya versi kurikulum yang berusaha dikembangkan belum mampu membawa bangsa Indonesia keluar dari problem tersebut. Artinya belum ada kolaborasi dan sinergisitas antara pembuat dan pelaku dengan konsep dan tujuan yang dituju,” ujar Ibu Lies.
Oleh karena itu, menyambung apa yang disampaikan pembicra ke-2, Perwakilan Muslimah HTI, ibu Eksi Insania A, S.Pd.Si., menawarkan sebuah solusi untuk menjawab potret buram perjalanan pendidikan di Indonesia dengan Sistem Pendidikan kurikulum Berbasis Aqidah Islam (BAI).
Menurut pandangan Islam, peserta didik tidak hanya di tuntut untuk mampu menguasai IPTEK saja, akan tetapi juga diharuskan memiliki pribadi-pribadi yang bertakwa. Oleh karena itu, diperlukan sebuah konsep utuh yang berbeda dari konsep-konsep sebelumnya yang mampu mencapai tujuan tersebut, Jawabannya hanya pada Islam sebagai satu-satunya konsep hidup yang mampu menjawab semua problem kehidupan termasuk pendidikan.
Beliau menggambarkan dalam sistem pendidikan Islam tujuan pendidikan ada dua, yaitu :
- Menguasai tsaqofah pemikiran dan pemahaman yang melahirkan konsep pemecahan problem kehidupan bermasyarakat serta bernegara yang berdasarkan pada Al-qur’an dan As-sunah.
- Menguasai IPTEK yang berbasis pada analisis dan pengalaman.
- Melahirkan peserta didik berkepribadian Islam.
Untuk mencapai tiga tujuan tersebut sudah menjadi hal yang semestinya sebuah konsep pendidikan dilandaskan aqidah Islam yang dikemas dengan konsep pembelajaran tepat.
Akhir sesi pertama ditutup dengan kesepahaman bersama, bahwa :
- Output pendidikan seharusnya melahirkan karakter generasi unggul.
- Realitas output pendidikan sekarang belum sesuai dengan tujuan dari pendidikan, dimana salah satu faktor yang perlu diperhatikan adalah kurikulum dan para tenaga pengajar.
- Kurikulum sekarang sebenarnya bagus, tetapi penjabaran dan implementasinya masih sulit karena sarat beban, dll.
- Realitas kurikulum sekarang: sarat beban, tidak sesuai dengan kemampuan mayoritas peserta didik, tidak seimbang antara bobot IPTEK dan IMTAK. Kesiapan pendidik belum sesuai dengan beban kurikulum, pendidikan karakter tidak punya arah, NEM sebagai standar kelulusan.
- Oleh karena itu, perlu pembenahan kurikulum menuju ke arah yang lebih baik pada aspek-aspek yang akan membuat tujuan pendidikan tercapai.
Demikian acara semiloka Guru Muslimah Se-DIY yang berakhir pada sesi kedua berupa lokakarya, telah berhasil mencetuskan lahirnya sebuah forum baru sebagai wujud kepedulian bersama atas permasalahan pendidikan yang melanda Indonesia dan masa depan bangsa. Acara yang dihadiri sekitar 60 peserta dari kalangan pakar dan praktisi pendidikan serta mahasiswa, menetapkan terbentuknya Forum Komunikasi Masyarakat Peduli Pendidikan (FKMPD)
saya dukung konsepnya.
afwan,,
mau minta izin paste artikelnya di blog ane,,
bles,,
SYURON,,,