Negara Juga Harus Bertanggung Jawab Membentuk Generasi Mandiri
HTI Press- Negara merupakan salah satu komponen yang bertanggung jawab membentuk generasi mandiri, papar Ratih Respatiyani selaku narasumber dalam Talkshow Ibu dan Remaja di Semarang, senin lalu (20/7).
Sekitar 150 ibu dan remaja putri memadati ruangan di Gedung Dharma Wanita Persatuan jl. Menteri Supeno Semarang. “Membentuk Generasi Berkarakter Islam Untuk Mewujudkan Generasi Mandiri” demikianlah tajuk Talkshow Ibu Dan Remaja Putri yang diselenggarakan oleh Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia DPD I HTI Jawa tengah. Peserta talk show tenyata tidak hanya datang dari kota semarang dan sekitarnya saja, namun rombongan ibu dan remaja putri dari wilayah pantura seperti Jepara, Kudus, Pati, Blora dan Pekalongan juga ikut menghadiri talkshow ini.
Duet Indra dan Desy yang menjadi host pada talkshow ini mampu dengan apik menyajikan acara talkshow ini menjadi meriah dan membuat peserta jenak untuk duduk berlama-lama. Ada tiga narasumber yang dihadirkan dalam acara ini, yang pertama adalah Dra. Hj. Darosy Endah Hyoscyamina, MPD (Dosen Pengembangan Kepribadian Universitas Diponegoro), narasumber kedua adalah Ir. Lathifah Musa (DPP MHTI) dan yang ketiga adalah Ratih Respatiyani SE.,Akt (Ketua MHTI DPD I Jateng).
Bunda Darosy Endah menyajikan topik “Potret Kualitas
Generasi Saat Ini”. Beliau menyampaikan bahwa anak adalah amanah & investasi bagi orang tua dunia dan akhirat serta bahwa anak adalah aset bangsa. Oleh karena itu beliau mengungkapkan bahwa anak harus dididik dengan baik karena mendidik anak adalah ibadah, dan beliau berpesan “maka didiklah anak dengan agama yg benar sejak dini, sehingga kelak akan muncul generasi bangsa yg sholeh-sholehah, berguna bagi agama, nusa, bangsa & negara.”. Dan keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam proses pembentukan anak yang sholeh mengingat keluarga adalah pondasi utama dlm membangun karakter pribadi anak serta media pertama & utama pembelajaran bagi anak, sebelum mengenal lingkungan & sekolah.
Ir.Lathifah Musa sebagai narasumber kedua menyampaikan tentang “Profil Generasi Mandiri”. Generasi mandiri menurut beliau memiliki beberapa ciri, yang pertama adalah memiliki syakhsiyah islamiyah (kepribadian Islam), individu yang berkepribadian islam akan menunjukkan perilaku yang islami dalam kesehariannya. Ciri kedua adalah Faqih Fiddin yakni Memahami ilmu agama, khususnya yang terkait dengan ma’luumun minaddiini bidzhoruroh (hal-hal penting dalam urusan agamanya). Selanjutnya Terdepan dalam Sains-Teknologi, beliau mengungkapkan bahwa kefaqihan dalam agama akan menjadi dasar penguasaan sains-teknologi yang membawa kemaslahatan dan keberkahan bagi manusia, alam semesta dan kehidupan. Dan yang terakhir adalah Berjiwa Pemimpin, “Kullukum Ra’in wa kullukum mas’uulun ‘an ra’iyyatihi…” (HR Bukhori Muslim; dalam lafazh Muslim)
Saat ini sistem pendidikan dan sistem sosial yang ada ternyata belum mampu untuk mewujudkan generasi mandiri dengan ciri diatas maka Orang Tua menjadi penanggung jawab Pertama dan Utama bagi masa depan anak-anaknya: “Kullu Mauluudin yuuladu ‘alal fitrah, fa abawaahu yuhawwidaanihi aw yunashshiraanihi aw yumajjisaanihi..” dan untuk itu setiap muslim dewasa wajib menegakkan ‘amar ma’ruf nahi munkar untuk mengubah masyarakat menuju kemandirian dan kebangkitan Islam.
Narasumber pamungkas adalah Ratih Respatiyani,S.E,Akt. Dalam materinya yang diberi topik “Upaya Integral Mewujudkan Generasi Mandiri” beliau mengungkap bahwa proses pembentukan generasi mandiri tidak bisa “dibebankan” pada satu pihak saja namun harus ada hubungan sistematik dan integral antar komponen-komponen yang terkait dan permasalahan tidak boleh diselesaikan secara parsial. Selama ini upaya perwujudan generasi mandiri lebih banyak diserahkan pada keluarga sebagai wadah utama pendidikan anak, serta keikutsertaan masyarakat untuk menyediakan lingkungan yang mendukung proses tersebut. Namun masih ada satu komponen lagi yang memiliki tanggaungjawab yang tak kalah besar dalam proses pembentukan generasi mandiri, yakni Negara.
Mengapa negara perlu terlibat? Ada tiga alasan yang disampaikan Ustadzah Ratih yakni negara adalah institusi penerap hukum /kiyan tanfidz , negara terbebani tanggung jawab pemeliharaan urusan masyarakat dan negara pemilik kekuatan perubahan secara sistemik. Sehingga dalam proses pembentukan generasi mandiri negara mengupayakan dengan menerapkan aturan terbaik, yakni aturan Islam yang berasal dari Allah SWT, Dzat Pencipta & Pengatur Alam Seisinya. Negara haruslah membangun satu sistem pendidikan yang mampu untuk membentuk pribadi yang memiliki karakter islam serta menguasai tsaqafah islam dan ilmu/teknologi. Generasi yang demikian akan mampu diwujudkan oleh Sistem Pendidikan yang berasaskan aqidah islam, Sistem Pendidikan Islam.
Ustadzah Ratih menyuguhkan beberapa poin prinsip-prinsip penyelenggaraan pendidikan Islam yaitu menyusun kurikulum yang sama bagi seluruh sekolah (negeri/swasta) dengan berlandaskan aqidah Islam, negara melakukan seleksi yang ketat terhadap calon-calon guru (ketiinggian karakter Islam dan kapasitas mengajarnya), menu pendidikan harus ‘Al-fikru lil amal’ (pemikiran diajarkan untuk diamalkan), dan tidak ada pembatasan usia belajar dan lama belajar. Pengajaran Tsaqafah islam yang diberikan kepada anak didik akan menjadikan mereka selalu mampu menyikapi perkembangan lingkungan dengan tetap berpegang pada ajaran Islam. Dan Pendidikan Islam tidak meninggalkan pengajaran SAINS, TEKNOLOGI, SENI, semua diajarkan dengan tetap memperhatikan kaidah syara’.
Dari sistem pendidikan islam akan terwujud generasi yang siap jadi pemimpin dunia (GENERASI MENDIRI), bukan sekedar pengikut di dunia internasional. Generasi yang akan membangun bangsa ini lebih maju dari bangsa lain dan membawa umat manusia pada kebahagiaan dibawah naungan aturan dari Sang Maha Pencipta.
Acara tanya jawab yang interaktif berlangsung dengan sangat menarik dan peserta sangat antusias untuk megikuti acara dari awal hingga akhir. Acara Talkshow Ibu dan Remaja Putri ini akan disusul dengan Training Ibu dan Remaja Pembentuk Generasi Berkarakter Islam yang akan diselenggarakan pada 9 Agustus 2009 di Gedung Dewan Riset Daerah (DRD) Jateng Jl. Imam Bonjol Semarang.
Rangkaian acara ini diharapkan mampu membentuk Ibu dan Remaja yang akan mendidik anak-anaknya dengan islam dan menjadi generasi yang memperjuangkan Islam. [LI Jateng]
kalo kita berharap ke pemerintah yang sekarang kayanya gak mungkin deh.lihat di stasiun2 tv dari pagi sampe pagi . lagi.musik terus……generasi muda mau di bawa kemana?padahal gak ada sejarahnya sebuah bangsa maju dan disegani karena musiknya.sebuah negara akan punya harga diri karena ilmu dan tekhnologinya.kalo di brasil sepakbola sudah dianggap sebagai agama, jangan – jangan di indonesia musik juga sudah dianggap sebagai agama.naudzubillaah…..buktinya musik ( dan juga sinetron ) menjadi suguhan utama di sebagian media elektronik kita? mereka hanya sekedar mengejar rating dan uang.tapi akhlak bangsa ini di korbankan.mana kepedulian pemerintah??????inilah akibat tiadanya khilafah……