Qalbuddin Hekmatyar, pemimpin Partai Islam di Afghanistan menyeru pendudukan Amerika Serikat agar menyerah kepada tuntutan kelompok perlawanan, keluar dari negeri ini, dan membiarkan rakyat Afghanistan menentukan nasib mereka sendiri tanpa pengaruh orang lain.
Hekmatyar berkata bahwa seharusnya Amerika Serikat sadar, mengingat ia tidak akan mampu untuk memenangkan peperangan di Afghanistan, meski dengan menambah jumlah pasukannya di negara ini, atau melalui “lelucon pemilu”.
Dia menambahkan dalam pernyataannya kepada Aljazeera bahwa “persoalan mendasar yang mendominasi pikiran rakyat Afganistan adalah berakhirnya pendudukan, kemerdekaan negara, dan pembentukan sebuah pemerintahan independen melalui pemilihan yang adil, yang mencerminkan keinginan rakyat Afghanistan. Sehingga, memungkinkan bagi mereka untuk mendirikan sebuah pemerintahan Islam. Ingat, mereka tidak akan menerima jika kurang dari semua ini. Dan para mujahid akan terus melakukan perlawanan hingga mereka berhasil mewujudkan tujuannya”.
Gerakan Islam Taliban telah mengancam para pemilih yang mendatangi tempat pemungutan suara (TPS) untuk memberikan suara dalam pemilihan presiden. Taliban mengancam untuk menyerangannya.
Juru bicara Taliban, Yusuf Ahmadi bahwa para milisi Taliban telah menerima perintah dengan sasaran tempat-tempat pemungutan suara. Sebagaimana Taliban juga telah membagikan selebaran di desa-desa Afganistan di wilayah Selatan, yang menyerukan untuk tujuan yang sama.
Selebaran yang disebarkan oleh gerakan Taliban menilai bahwa siapa saja yang memberikan suara dalam pemilu merupakan sekutu bagi pemerintahan Afganistan, di mana gerakan Talibat menganggap mereka sebagai “musuh Islam”.
Para pemilih Afghaniastan akan mendatangi tempat pemungutan suara (TPS) pada tanggal 20 Agustus bulan ini untuk memilih presiden baru yang dipilih secara langsung untuk kedua kalinya dalam sejarah negara Afghaniastan. Sementara masalah keamanan adalah hal yang paling mendominasi keprihatinan para pemilih, mengingat eskalasi serangan Taliban. (mediaumat.com)