Islam Menjadi Materi Pelajaran Wajib di Sekolah-sekolah Sekuler Tajikistan

Para siswa di Tajikistan dalam waktu dekat akan mempelajari materi agama Islam. Dan hal ini merupakan sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya di sekolah mereka.

Di antara keputusan yang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Budaya adalah memasukkan materi “ilmu Islam” sebagai pelajaran wajib, sehingga para siswa akan belajar materi agama Islam, meski hanya satu jam saja dalam satu minggunya.

Ini dianggap sebagai langkah pertama untuk belajar agama Islam di wilayah Asia Tengah, yaitu sebuah wilayah yang terdiri dari negara-negara yang mayoritas penduduknya Muslim, namun mempertahankan pendidikan sekuler sejak jatuhnya Uni Soviet.

Dalam hal ini terdapat silang pendapat yang tajam dalam internal Tajikistan antara para pejabat pemerintah dan ulama Muslim tentang siapa yang harus mengajarkan materi pelajaran baru ini, dan apa yang harus dilakukan agar pengajaran berjalan dengan tepat.

Buku pelajaran baru tentang materi “ilmu Islam” ini pada bagian pertama terdiri dari empat bagian: sejarah Islam, prinsip-prinsip Islam, sikap Islam terhadap sains dan  pengetahuan, dan peran Islam dalam masyarakat Tajikistan sejak runtuhnya Uni Soviet.

Radio Tajikistan melaporkan bahwa sekitar 400 guru sejarah dan sastra Tajikistan telah menerima pelatihan khusus sejak bulan April lalu guna mempersiapkan mereka untuk mengajarkan materi pelajaran baru ini. Menurut Kementerian Pendidikan dan Budaya bahwa ini adalah konsisten dengan aturan yang hanya memperkerjakan para guru yang berkualitas di semua sekolah.

Otoritas Tajikistan dalam beberapa tahun terakhir telah mengambil sikap yang keras terhadap lembaga-lembaga keagamaan. Di mana polisi telah melakukan penggerebekan puluhan sekolah agama di tengah tuduhan bahwa sekolah-sekolah tersebut mengajarkan ide-ide ekstrim.

Perlu untuk diketahui bahwa di Tajikistan jilbab justru menjadi pakaian yang sangat populer (digemari) di antara para gadis setelah Departemen Pendidikan dan Budaya melarang pemakaian jilbab di sekolah-sekolah, karena dinilainya sebagai simbol “bagi budaya asing”, tentu dalam anggapan mereka kaum sekuler. Begitu juga, pemerintah Tajikistan telah melakukan penutupan ratusan masjid yang dinilainya ilegal. Namun tindakan arogan pemerintah ini telah memicu timbulnya reaksi keras dan kemarahan dari para ulama. (mediaumat.com, 01/09/2009)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*