Remaja Malang Raya Tolak RUU KesPro
HTI Press- Sekitar 600 remaja SMP-SMA menghadiri Konferensi Remaja, Minggu Pagi (9/8) di Aula Skodam V Brawijaya, Malang Raya. “Remaja adalah harapan masa depan, tetapi saat ini remaja malah terpuruk dalam kehidupan jahiliyah,” ungkap Wulladah Nur Jihan, siswi MAN 3 Malang Kelas 1, salah seorang orator dalam konferensi tersebut. Siswi yang pernah menjadi ketua OSIS SMP Al-Izzah ini juga mengatakan, remaja saat ini malah sibuk dengan pacaran, berzina, tawuran, teler dengan miras dan narkoba, daripada memikirkan masa depan bangsa. Diakhir orasinya ia mengajak para remaja untuk menjadi remaja taqwa dan berprestasi, remaja pejuang Syariah Islam.
Acara ini diselenggarakan DPD II Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia wilayah Malang Raya sebagai wujud kepedulian terhadap generasi. Selain itu juga sebagai upaya untuk menyadarkan remaja akan adanya upaya secara sistematis untuk meliberalkan remaja. Menghadirkan orator dari kalangan praktisi pendidikan, yaitu Ibu Dra.Tipuk Ujianti Indriyaningsih, M.Pd, Pengajar SMA 10 di Kota Malang yang juga sebagai guru teladan Jawa Timur. Beliau menyampaikan perlunya menciptakan habitat yang tepat bagi remaja. “Mari selamatkan remaja dari racun liberalisme dengan menciptakan habitat yang tepat bagi pertumbuhan jiwa remaja, yaitu kehidupan Syariah dalam naungan Khilafah Islamiyah.”
Orasi juga disampaikan praktisi pendidikan dari kota Batu, Ibu Choirin Fitri R, A. Ma.Pd. Beliau menyampaikan remaja merupakan sasaran utama liberalisasi. “Tahun 2005 sekitar 40-45% remaja usia 14-24 tahun pernah melakukan free seks. Jumlah pemakai narkoba meningkat setiap tahun. Penderita HIV/AIDS paling banyak berusia 14-19 tahun. Remaja juga banyak melakukan aborsi.” Sudah seharusnya remaja melindungi diri dan lingkungannya dari liberalisasi dengan kembali kepada Islam.
Perwakilan Dinas Kesehatan Kota Malang juga hadir memberikan orasi, Ibu dr. Mika Rahmadiana menyampaikan bahwa 40 – 45% remaja usia14 – 24 tahun pernah melakukan free sex (BKKBN, 2005). hingga akhirnya 21% pelajar SMP dan SMA pernah aborsi (KPA, 2008). “Remaja akhirnya sibuk memuaskan nafsu sesaat, padahal dampaknya tidak hanya merebaknya penyakit seksual, tapi juga bagaimana masa depan bangsa ini,’ tutur Ibu dr. Mika. Beliau juga menyampaikan pandangannya mengenai upaya legalisasi aborsi melalui RUU Kespro disahkan sebagai upaya genosida terhadap umat Islam. Aborsi telah menghilangkan calon generasi 7 juta per tahun, demikian juga dengan para remaja yang mengaborsi akan mengalami penurunan potensi kesuburan. Beliau mengajak para remaja untuk tidak terjebak arus liberalisasi. “Boleh mengikuti perkembangan IT barat, tapi haram untuk jadi plagiat budaya barat. Harusnya kita bangga menjadi remaja muslim.” Diakhir orasinya beliau mengajak para remaja untuk bergaul dengan cara Islami dengan menutup aurat, dan tidak mendekati zina dengan aktivitas pacaran. Beliau menyampaikan solusi total bagi ini semua adalah penerapan Syariat Islam, “Syariah Islam adalah tatanan hidup komprehensif dan sempurna, menyelesaikan problem masyarakat secara mendasar, menyelesaikan masalah lintas sektoral”.
Sebelum memasuki sesi materi, panitia MHTI juga menampilkan aksi teaterikal yang sangat menggugah. Dalam teaterikal tersebut digambarkan kehidupan para remaja yang penuh warna-warni dan sering dijadikan ajang liberalisasi oleh para kapitalis. Digambarkan ada remaja yang “cupu” atau sibuk belajar, tapi tidak peduli dengan masalah disekitarnya. Ada juga remaja yang pragmatis atau mengikut saja dengan apa yang terjadi disekitarnya. Digambarkan juga remaja yang hedonis atau hanya hidup untuk bersenang-senang serta bergaul bebas. Tampak dalam teatrikal potret remaja yang hidup bebas dengan fasilitas ATM kondom, namun tetap hamil dan akhirnya melakukan aborsi. Di akhir cerita, muncul para remaja yang sangat peduli dengan lingkungannya, yakni remaja yang gemar berdakwah. Hingga akhirnya, semua remaja yang hidup dalam liberalisasi kembali ke kehidupan Islam yang merupakan satu-satunya kehidupan yang membuat mereka bahagia.
Acara dilanjutkan dengan penyampaian materi Mbak Maya dari MHTI Malang Raya. Beliau menyampaikan mengenai potret remaja di masa lalu yang kemilau ibarat mutiara, seperti Aisyah binti Abu Bakar yang merupakan periwayat hadist dan Muhammad Al Fatih, sang penakluk Konstantinopel. Namun, saat ini, kemilau tersebut sedang tertutup lumpur hitam, karena remaja sedang terlena gaya hidup bebas. Beliau menyampaikan bahwa kampanye kesehatan reproduksi ABCD terhadap remaja telah menyebabkan remaja hidup dalam kubangan lumpur kebebasan. “Seks pranikah sebelum program kesehatan reproduksi ABCD sekitar 10-30%, tapi setelah program ABCD menjadi 62,7%. Secara jumlah awalnya 3 juta menjadi 7 juta,” papar Maya.
Beliau juga menyampaikah hasil survei KPA tahun 2008 di 33 provinsi. “ Sebanyak 97% remja pernah nonton film porno, 94% pernah ciuman, meraba2, oral seks, 63% sudah tidak perawan, 21% pernah aborsi dan 57,1% kasus HIV/AIDS terjadi pada remaja 15–29 tahun. Sungguh terlalu!”
Setelah berhasil membuat remaja seperti itu, gagasan mereka selanjutnya adalah aborsi aman. Lanjut Mbak Maya, maka disusunlah RUU Kespro, yang salah satu isinya menuntut adanya pelegalan tindak aborsi, padahal di Indonesia saat ini, 25% pelaku aborsi adalah remaja dan diantaranya 42 ribu remaja putri meregang nyawa akibat perbuatan maksiat itu. Padahal Allah mengingatkan dalam surat 6:151 tentang keharaman membunuh jiwa melainkan dengan sebab yang dibenarkan.
Beliau menyampaikan bahwa program-program itu merupakan turunan dari hasil konferensi ICPD tahun 1994. “Kampanye ABCD diluncurkan untuk tujuan itu, dan saat ini RUU Kespro yang sasarannya adalah remaja usia 10-24 tahun”.
Para remaja yang hadir terlihat sangat serius memperhatikan pemaparan dari mbak Maya ini. Bahkan saat ditanya, apakah RUU Kespro ini madu atau racun, ruangan sempat bergema. Serempak para remaja meneriakkan bahwa RUU ini adalah racun dan harus ditolak.
“Dengan RUU Kespro, jangankan mengurangi free seks dan aborsi, tapi justru menjerumuskan remaja kedalam free seks dan aborsi!”
Mbak Maya menyampaikan bahaya yang lebih besar di balik RUU Kespro ini, yaitu upaya pembunuhan massal atau genocida terhadap umat Islam. “Sebuah dokumen rahasia pemerintah AS yang dikeluarkan 4 bulan setelah ICPD ke-3 menggambarkan dengan jelas rencana AS untuk menghabisi kaum muslimin. Mereka mengatakan bahwa depopulasi (pengurangan populasi) harus menjadi prioritas tertinggi politik luar negri AS terhadap negara2 dunia ke-3 (baca: negeri2 muslim).”
Jika generasi muslim mengaborsi 7 juta calon bayi per tahun, artinya umat Islam telah kehilangan 7 juta calon muslim, itu jika ibu yang mengaborsi tetap hidup. Tapi jika tidak, maka jumlahnya akan semakin banyak. AS sendiri telah menggelontorkan dana yang sangat banyak untuk program ini. Ini menunjukkan rencana buruk AS. “AS menggelontorkan uang yang tidak sedikit, lebih dari 2 miliar US$, diantaranya untuk menyebarkan 10,5 juta kondom, 2 juta pil aborsi, lebih dari 73 juta IUD (salah satu alat KB),” ungkap mbak Maya.
Lebih jauh, program-program ini memang ditujukan untuk mengikis aqidah umat Islam, khususnya remaja muslim. Mereka mengajak remaja muslim untuk melakukan perbuatan atas dasar manfaat, padahal seharusnya sebagai muslim, pertimbangan perbuatannya adalah syariah. Harapannya remaja semakin lekat dengan kehidupan bebas dan melupakan aturan Allah.
Di akhir pemaparannya beliau mengajak para remaja untuk mengambil sikap tegas. “Tolak RUU Kespro, buang jauh ide liberalisme, dan mari kembali kepada kehidupan Islam dalam naungan khilafah”.
Sedangkan pemateri yang kedua adalah mbak Dien Nur Chotimah, S.S, aktivis MHTI Malang memaparkan mengenai peran pemuda dalam perubahan masyarakat menjadi lebih baik.
Di awal paparannya, beliau menyampaikan mengenai potensi yang dimiliki pemuda, yaitu masa kematangan jasmani, pemikiran, perasaan, masa kritis, peka dan intelek, “Maka sudah seharusnya remaja muslim menjadi pemuda pemimpin, bukan pembebek”, demikian ungkap beliau.
Menyikapi berbagai fakta kerusakan yang ada di masyarakat, khususnya yang menimpa remaja, maka remaja harus ambil bagian untuk memperbaikinya, “Pemuda pemimpin harus giat menuntut ilmu, giat beramal shaleh dan giat berdakwah”.
Acara konferensi ditutup dengan pembacaan komitmen bersama para remaja. “Kami peserta Konferensi Remaja Muslimah menyatakan kami sangat prihatin dengan keadaan remaja saat ini yang semakin bebas. Kami meminta kepada pemerintah dan elemen terkait saat ini agar melindungi kami dari paham-paham liberalisme dan sekulerisme, yang menjauhkan kami dari syariah Islam. Kami menolak upaya-upaya meliberalisasi seks dan legalisasi aborsi melalui RUU Kespro. Mengesahkan RUU Kespro berarti menjerumuskan generasi bangsa dalam jurang kehancuran. Kami remaja muslimah Indonesia siap berkontribusi untuk menyelamatkan Indonesia dengan syariah di bawah naungan Khilafah Islamiyah,” demikian teriak 600 remaja yang menghadiri konferensi tersebut kompak.
Umat menantikan aksi lanjutan para remaja ini dalam perubahan menuju kebangkitan sejati yaitu perubahan menuju kehidupan Islam. Semoga kegiatan ini menjadi satu langkah awal yang berarti bagi perubahan menuju Khilafah Islam, khususnya bagi masyarakat Malang Raya dan sekitarnya.Amiin.
Semoga ini pertanda bahwa nasrullah akan segera tiba… Semangat REMAJA !! Saatnya bicara perubahan, merubah Indonesia dan seluruh alam dengan syariah dan khilafah. ALLAHU AKBAR !!!
Ini baru namanya generasi penerus umat…
tidak cuek bebek, tp peduli dg masa depan umat!
Subhanallah, kami para ibu sangat berharap kepada kalian anakku. Jadilah penerus risalah Islam dan penegak panji Syariah dan Khilafah. Selamatkan umat, wahai anakku…
acara ini bagus, dan kalo bisa sampei ke tembilahan, karna remaja disini gak punya moral