Serangan Udara AS Membunuh Kegembiraan Ramadhan di Waziristan

Setiap Ramadhan, Behroz Gul dahulunya biasa mengadakan acara berbuka puasa (ifthar) untuk ratusan orang miskin pada sebuah masjid lokal di Shakai di Waziristan Selatan.

Tapi tahun ini, para tetua suku Pakistan sendiri menjadi tergantung pada makanan yang ditawarkan oleh dermawan setempat untuk memberi makan keluarganya.

“Biar aku mengakui bahwa ada perbedaan besar antara tahun lalu dan tahun ini pada bulan Ramadhan,” Gul (45 tahun), mengatakan kepada IslamOnline.net pada Jumat kemarin (11/9).

“Tahun lalu, saya adalah orang yang memberi perbukaan, namun pada tahun ini sayalah yang mengambil dan menerima perbukaan dari orang lain.”

Gul, yang memiliki pompa bensin di Shakai, harus antrian dengan ribuan suku yang bermigrasi dari wilayah mereka karena serangan tak henti-hentinya dari pasukan AS, hanya untuk mendapatkan makanan yang ditawarkan oleh para dermawan setempat di Tank, sebelah distrik Waziristan Selatan.

Saya tidak bisa membendung air mata saya ketika saya memikirkan tahun-tahun yang lalu ketika saya bisa mengadakan acara ifthar sehari-hari untuk beberapa orang miskin selama bulan Ramadhan sampai Ramadhan tahun lalu.

“Tapi sekarang, saya harus mengantri untuk mendapatkan makanan untuk berbuka puasa,” kata ayah dari lima orang anak, yang telah tinggal di kamp penampungan di Tank selama sepuluh bulan.

AS meluncurkan serangan tak henti-hentinya di Waziristan Utara dan Selatan, menyerang kubu dari mujahidin Tehrik-e-Taliban Pakistan (TTP), yang merupakan organisasi payung dari berbagai kelompok Taliban di Pakistan.

Washington telah meluncurkan kali serangan di Waziristan Utara dan Selatan tahun lalu, menewaskan lebih dari 1.200 Warga Pakistan, termasuk 16 Taliban dan pemimpin-Qaeda.

“Mereka (AS) tidak peduli,siapa yang dibunuh,” kata Gul.

“Mereka hanya melihat upacara atau kerumunan orang, dan langsung menembakkan rudal ke arah-arah orang-orang yang tidak bersalah.

Behroz menyesalkan bahwa serangan membabi-buta AS telah menewaskan banyak orang yang sedang bersukacita pada bulan puasa suci Waziristan.

“Tidak mudah untuk menjelaskan rasa takut kami, ketika Anda melihat sebuah pesawat tempur melayang-layang di atas desa. Kami tidak bisa melakukan apa-apa kecuali berdoa untuk keselamatan kami.

“Ini seperti anda mati setiap hari, Karena tidak ada jaminan bahwa anda akan aman pada waktu yang lain,” katanya.

“Hal ini tidak dapat disamakan bagi mereka yang memiliki keluarga dan teman-teman selama bulan Ramadhan dan` Idul Fitri. Saya punya keluarga dekat dengan saya saat ini, tapi saya tidak tahu tentang banyak teman-teman saya, dan bahkan banyak sanak keluarga yang telah pindah ke lokasi yang berbeda untuk menyelamatkan nyawa mereka dari serangan berterusan yang dilakukan pesawat temur AS.

“` Idul Fitri ini sudah semakin mendekat, tapi saya tidak punya uang , bahkan untuk membeli baju baru untuk anak-anak saya. Saya telah meninggalkan semuanya, pompa bensin milik saya, rumah, tanah, saya hanya dapat berharap pada belas kasihan Allah, untuk menyelamatkan saya dan keluarga saya supaya tetap hidup. ”

Dilfaraz Khan mengatakan bahwa rasa takut serangan misil dari pesawat tempur telah menguasai perasaan warga selama bulan Ramadhan ini.

“Seluruh waktu dari fajar hingga senja berlalu penuh dengan rasa ketakutan,” kata Khan, seorang penduduk Mir Ali, kepada IOL.

“Kami terus melihat di langit kapan dan di mana suara gemuruh pesawat tempur muncul dan menghujani kami dengan bom kami.”

Serangan udara pesawat tempur AS telah menewaskan ratusan orang, termasuk enam pemimpin Taliban, di Mir Ali tahun lalu. Takut serangan seperti kejadian di Mir Ali kembali terjadi telah memaksa banyak penduduk untuk membatalkan tradisi mereka mengadakan perjamuan buka puasa bagi masyarakat miskin selama bulan Ramadhan.

“Kami dulu punya kebiasaan berbuka puasa bersama keluarga kami dan beberapa teman-teman di masjid-masjid dan tempat-tempat pertemuan lain,” kata Dilfaraz, seroang petani setempat.

“Tetapi sekarang ini, kita bahkan tidak sempat berpikir tentang hal itu.

“Anda tidak pernah tahu kapan sebuah serangan muncul dan rudal membakar Anda, tidak peduli Anda sedang melaksanakan ifthar atau sedang menyusun rencana teroris,” katanya.

Dilfaraz, seperti banyak penduduk Mir Ali, juga takut untuk melaksanakan sholat Tarawih Karena takut serangan pesawat tempur yang tiba-tiba.

“Saya minta maaf untuk harus mengakui bahwa memang serangan AS tidak pandang bulu bahkan masjid-masjidpun diserang,” katanya.

Dilfaraz mengatakan bahwa meskipun serangan telah membunuh beberapa pemimpin Taliban, tetapi mereka secara tidak langsung menciptakan banyak lagi para pemimpin Taliban.

“Mereka yang mendukung serangan dengung tidak tahu tentang kesengsaraan kita,” katanya.

Baitullah Mehsud pemimpin Taliban syahid dalam sebuah serangan udara AS pada 5 Agustus lalu di Waziristan Selatan.

“Saya setuju bahwa salah satunya Baitullah Mehsud, dan beberapa militan lainnya syahid dalam serangan udara ini, tetapi hal itu dapat membenarkan kematian ratusan warga sipil,” tanya Dilfaraz.

“Mereka telah membunuh satu Baitullah Mehsud, dan menciptakan ratusan lagi Baitullah-Baitullah Mehsud yang lain.” (eramuslim.com, 12/9/2009)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*