JAKARTA–Wakil Presiden terpilih, Boediono, tetap enggan berkomentar soal kebijakan penyelamatan Bank Century. Dicegat wartawan usai peluncuran buku ‘Lanskap Ekonomi Indonesia’ karya ekonom Faisal Basri dan Haris Munandar, Selasa (7/10) pagi, Boediono melenggang pergi dengan kawalan ketat.
Pria kalem itu tidak memberi tanggapan apapun. ”Pak Boed, bagaimana Century Pak,” tanya wartawan yang membuntuti Boediono keluar ruangan peluncuran buku.
Boediono mengunci rapat mulutnya. Ia membalikkan badan, melambai sebentar, lantas tersenyum, lalu masuk ke mobilnya.
Peran Boediono cukup sentral dalam penyelamatan Bank Century yang memakan biaya hingga Rp 6,7 triliun. Sebagai Gubernur BI kala itu, Boediono adalah salah satu kunci apakah Century layak diselamatkan atau ditutup.
Seperti yang sudah diberitakan sebelumnya, BI dan Menkeu Sri Mulyani memilih menyelamatkan Bank Century dengan ongkos yang terus bertambah, dari yang miliaran rupiah menjadi Rp 6,7 triliun.
Menkeu dan Boediono mengklaim Bank Century wajib diselamatkan karena dampaknya bisa sistemik ke sistem perbankan nasional. Namun anggota DPR mencium ada niat lain dari penyelamatan itu. Menurut DPR, Century yang kini telah berganti rupa jadi Bank Mutiara layak dimatikan dan dampaknya tidak sebesar yang diperkirakan.
Kasus ini menjurus ke ranah politik dengan dugaan, uang penyelamatan Bank Century dari Lembaga Penjamin Simpanan mengalir ke pundi-pundi partai politik jelang Pemilu dan Pemilihan Presiden.
Sekarang Komisi Pemberantasan Korupsi tengah menggarap kasus tersebut. Kasus juga menyeret Kabareskrim Mabes Polri Komjen Susno Duadji karena diduga menerima suap. Susno sudah menjalani pemeriksaan oleh internal Polri. (Republika online, 7/10/2009)
memang sistem kapitalis banget, sesuai dengan prinsip ekonominya kesempatan rusak di embat juga, ampuuuuun
pencuri akan tidak akan berani berterustarang
Yaah, ketahuan dech Belain NEOLIBERAL.
diam-diam menghanyutkan uang rakyat
wajah kalem cuma topeng.buka dulu topengmu…buka dulu topengmu