Umat Kristen di Pakistan Menolak Bantuan “Tirani Amerika”

Umat Kristen Pakistan yang menjadi korban kekerasan sektarian yang berlangsung di Pakistan baru-baru ini menolak untuk menerima bantuan kemanusiaan dari Amerika Serikat. Mereka menyalahkan Washington sebagai pihak yang bertanggung jawab atas “politik kebencian” terhadap umat Kristen di dunia Islam.

Almas Masih—salah seorang di antara para korban kekerasan yang meletus di Jojara, Pakistan, 55 km dari kota Faisalabad, dan menewaskan 7 umat Kristen pada bulan Agustus—berkata kepada “islamonline.net”: “Kami ingin menyampaikan pesan yang jelas kepada Amerika Serikat bahwa kami tidak membutuhkan bantuannya.”

Dia menambahkan: “Kami hanya ingin mengubah kebijakan otoriter Amerika Serikat, karena mereka secara langsung merugikan umat Kristen yang tinggal di negara-negara Muslim, di antaranya Pakistan.”

Sejumlah umat Kristen telah bersepakat di antara mereka untuk menolak bantuan kemanusiaan yang oleh “Carmela Kornoy”, Konsul AS di Lahore mulai didistribusikan kepada setiap keluarga yang terluka dan korban lainnya pada hari Senin yang lalu (5/10).

Sejumlah umat Kristen yang marah dengan kebijakan Amerika berkumpul di dekat wilayah tempat Konsul Amerika berada. Mereka mulai meneriakkan kata-kata kutukan dan kecaman. Mereka mengatakan: “Usir Amerika! Usir Amerika!…. Hegemoni Amerika tidak dapat diterima…. Kalian tidak perlu membunuh orang-orang yang tidak bersalah hanya untuk minyak.”

Pihak berwenang setempat mencoba untuk menenangkan mereka yang sedang marah, namun mereka tetap menolak untuk menerima bantuan Amerika, meskipun berulang-ulang disampaikan permintaan agar mereka mau menerimanya.

Sehingga pejabat setempat akhirnya menemui kerumunan orang-orang yang sedang marah. Ia berkata kepada mereka bahwa pejabat Amerika “adalah tamu kita, seharusnya kita tidak perlu bertindak demikian terhadap mereka”, namun mereka sama sekali tidak menghiraukan seruan yang pejabat itu.

Menyepelekan Masalah

Sementara itu, Richard Snielsaer, juru bicara Kedutaan Besar AS di Islamabad mengatakan dalam pernyataan yang disampaikan secara khusus kepada “ilamonline.net”: “Aku telah mendengar tentang protes ini, namun aku yakin bahwa sebabnya adalah tuntutan para pengunjuk rasa kepada pemerintah agar berlaku adil…. Jadi, bukan untuk menentang kebijakan kami.”

Namun, seorang demonstran umat Kristen, Almas kembali menegaskan bahwa protes yang mereka lakukan itu ditujukan pada kebijakan AS.

Dia menambahkan: “Sebelum 11 September, memang ada insiden kekerasan sporadis terhadap umat Kristen…. Namun kemudian, ada penyebaran yang signifikan dalam kekerasan terhadap minoritas, terutama umat Kristen, dan semua itu kembali pada kebijakan hegemonis yang sedang dijalankan oleh Amerika Serikat.”

Sarfraz Thomas, seorang Kristen lainnya juga menolak menerima bantuan AS. Ia menilai bahwa beberapa rakyat Pakistan telah mengalihkan kemarahan mereka pada kebijakan AS menjadi serangan terhadap umat Kristen.

Dia mengatakan kepada “islamonline.net”: “Sesungguhnya mereka percaya bahwa Amerika adalah negara Kristen yang sedang berusaha menghancurkan kaum Muslim di dunia, di mana pun mereka berada. Akibatnya mereka berusaha untuk menghukum siapa saja yang seagama dengan Amerika, sebagai bentuk penolakan terhadap kebijakan AS…. Namun kebanyakan rakyat Pakistan mengetahui dengan baik bahwa kita tidak sejalan dengan kebijakan AS; kami sama seperti mereka dalam menentang kebijakan Amerika yang salah.”

Dia mengatakan bahwa ada pesan yang sama untuk Washington, yaitu “jika menginginkan perdamaian di dunia, maka tidak ada pilihan lain selain mengubah kebijakan agresinya.”

Umat Kristen merupakan kelompok agama minoritas terbesar di Pakistan setelah mayoritas Muslim. Jumlah mereka mencapai 3% dari jumlah total populasi rakyat Pakistan yang jumlahnya sekitar 170 juta orang. Di mana sebagian besar mereka terkonsentrasi di daerah Punjab, yaitu daerah yang terpadat dan terkaya di Pakistan. (mediaumat.com)