Jihad Untuk Kemuliaan Hidup

Oleh : M. Ismail Yusanto

[ Opini Jawa Pos Selasa, 13 Oktober 2009 ]

Seiring dengan keberhasilan aparat keamanan menangkap sejumlah orang yang diyakini terlibat aksi terorisme di Indonesia, slogan isy kariman au mut syahidan ramai dibicarakan. Semestinya, tidak ada yang salah dengan slogan atau doktrin tersebut. Sebagaimana tidak ada yang salah dengan kewajiban jihad bahwa yang terbunuh di jalan jihad fi sabilillah disebut syahid.

Dalam Islam, kewajiban jihad dalam pengertian perang di jalan Allah untuk meninggikan kalimatullah adalah perkara yang mulia. Para imam mazhab dan ulama pengikutnya sepakat tentang kewajiban jihad dalam pengertian perang di jalan Allah SWT.

Kalaupun ada perbedaan pendapat di kalangan ulama, itu bukanlah tentang kewajiban jihadnya. Namun, dalam perkara apakah hukum wajibnya, apakah fardu kifayah atau fardu ain. Atau, berhubungan dengan perkara teknis turunan dari kewajiban ini.

Imam Nawawiy menjelaskan, ”Mazhab kami berpendapat, hukum jihad sekarang ini adalah fardu kifayah, kecuali jika kaum kafir menyerang negeri kaum muslim, seluruh kaum muslim diwajibkan berjihad (fardu ain). Jika penduduk negeri itu tidak memiliki kemampuan (kifayah untuk mengusir mereka), seluruh kaum muslim wajib berjihad hingga kewajiban itu tersempurnakan (mengusir orang kafir) (Syarah Shahih Muslim, juz 8/63-64).”

Ulama juga sepakat bahwa pengertian syahid adalah yang terbunuh di jalan Allah SWT. Di dalam kamus Mukhtaar al-Shihaah, Imam al-Raziy menyatakan bahwa al-syahiid bermakna al-qatiil fi sabilillah (orang yang gugur di jalan Allah). Termasuk, tidak ada perbedaan tentang kemuliaan orang-orang syahid.

Karena itu, slogan atau doktrin yang memuliakan seseorang yang syahid tentu bukanlah sebuah kesalahan. Slogan, doktrin, atau perkataan ulama selama tidak bertentangan dengan hukum syara’ tentu bisa digunakan. Slogan atau doktrin terkadang diperlukan untuk lebih menanamkan semangat atau pemahaman yang dimaksud dalam doktrin tersebut. Hal seperti itu biasa digunakan siapa pun, termasuk perusahaan, organisasi massa, dan militer.

Dalam sejarah perjuangan Indonesia, juga muncul slogan atau doktrin yang mirip dengan isy kariman au mut syahidan, yakni slogan merdeka atau mati. Slogan atau doktrin tersebut terbukti telah mendorong semangat perjuangan melawan negara penjajah saat itu.

Pilihan untuk syahid di jalan Allah dalam medan perperangan bukanlah sikap sia-sia, seakan cerminan orang yang berputus asa, frustrasi, atau bosan hidup. Pilihan syahid justru dilakukan untuk memuliakan hidup itu sendiri meski dia harus mengorbankan diri sendiri. Sebab, jihad dilakukan dalam rangka memerangi musuh yang hendak menguasai dan menjajah negeri-negeri Islam.

Sikap itulah yang dipilih umat Islam di Palestina, Iraq, dan Afghanistan sekarang. Mereka berjihad memerangi pasukan imperialis Amerika Serikat dan sekutunya yang membunuh rakyat sipil, menjajah, dan merampok kekayaan alam negerinya. Meski, mereka harus menempuh risiko mati di medan perperangan. Jelas itu bukanlah terorisme.

Hal yang sama diserukan KH Hasyim Asy’ari saat mengeluarkan Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945 untuk melawan penjajahan saat itu. Menurut cucu KH Hasyim, KH Salahuddin Wahid, fatwa itu telah mendorong puluhan ribu muslim untuk bertempur melawan Belanda yang berlindung di balik tentara Inggris. Tanpa resolusi itu, mungkin semangat jihad melawan Belanda dan sekutu tidak terlalu tinggi. Itulah salah satu jasa pesantren dalam membela negara Indonesia. Sayang sekali, dalam buku sejarah saat di SMP dan SMA, peristiwa itu tidak dicantumkan.

Adalah hal yang tidak relevan menggugat slogan, doktrin, atau kewajiban jihad dalam pengertian perang di jalan Allah hanya karena ada yang salah dalam mempraktikkan kewajiban jihad (seperti pengeboman JW Marriott dan Ritz-Carlton). Atau, ada yang menyalahgunakan doktrin jihad untuk kepentingan lain. Sebagaimana para pembela demokrasi atau penegak HAM tidak akan setuju demokrasi atau HAM disalahkan hanya karena sikap AS di masa Bush yang memerangi negara lain dan membunuh rakyat sipil dengan mengatasnamakan penegakan HAM dan demokrasi.

Perang Ideologi

Mengaitkan konsep jihad dengan terorisme membuat kita masuk dalam jebakan perang pemikiran/ideologi yang dijalankan AS (American War) untuk kepentingan negara imperialis itu. Dalam pandangan Barat (American War), perang melawan terorisme tidak hanya merupakan perang fisik, tapi juga menyangkut perang pemikiran (war on idea). Pada 2002 Sekretaris Menteri Pertahanan AS saat itu Paul Wolfowitz mengatakan, ”Saat ini kita sedang bertempur dalam perang melawan teror -perang yang akan kita menangkan. Perang lebih besar yang kita hadapi adalah perang pemikiran -jelas suatu tantangan, tetapi se­suatu yang juga harus kita menangkan.”

Ideologisasi perang melawan terorisme itu tampak pada upaya mengaitkan terorisme dengan sikap anti imperialisme Amerika, penegakan syariah, atau khilafah. Stigmatisasi itu kemudian menjadi berbahaya karena digunakan sebagai alat generalisasi. Siapa pun kelompok Islam yang menentang penjajahan Amerika atau ingin mendirikan syariah dan khilafah kemudian dicap atau dikesankan sebagai teroris. Padahal, tidak semua kelompok Islam yang ingin mendirikan syariah dan khilafah setuju dengan jalan pengeboman atau angkat senjata terhadap rezim pemerintahan sekuler.

Karena itu, selain meluruskan pemahaman aplikasi jihad yang keliru, pemerintah dan ulama perlu berperan aktif untuk membela negeri-negeri Islam yang ditindas tersebut. Termasuk, berperan aktif me­minta agar Amerika, Inggris, dan negara-negara sekutunya menarik diri dari Iraq dan Afghanistan. Juga, menghentikan dukungan mereka terhadap rezim-rezim penindas di negeri Islam seperti Palestina. Sebab, faktor ketidakadilan global merupakan salah satu penyebab utama serangan terhadap target-target Barat.

Walhasil, meluruskan aplikasi jihad yang keliru tanpa menyinggung motif perlawanan kelompok-kelompok itu tidak akan menyelesaikan masalah. Bisa-bisa pemerintah, termasuk para ulama, dicap sebagai pengkhianat karena telah melegalkan penjajahan negara-negara Barat. (*)

*) Muhammad Ismail Yusanto, juru bicara Hizbut Tahrir Indonesia

16 comments

  1. Itu baru Siip Tadz… Jangan kaya orang2 di tv yang bisanya melecehkan arti kata Jihad.

  2. Betul ustadz…katakan yang benar itu benar unlike those hypocrites hiding behind their masters !!!

  3. Mantab…..euy….

  4. mantapz ustadz uraiannya..bisa jadi bahan counter media…

  5. Singkat, padat dan mengena. Bravo Ustadz Ismail.

  6. hanif al-islam

    Subhanallah, bagus bgt…….
    ya memang ini yang harus dilakukan ustadz biar orang2 yang nggak paham jihad bisa lebih ngeh.jzk

  7. Pembaca setia Jawa Pos

    Untuk mengetahui berita lokal Jatim, kami seringkali baca Jawa Pos. Mamun akhir2 ini kami bingung & kecewa. Mengapa berita2, ulasan2 terasa semakin mendiskreditkan Islam dan kaum muslimin? bahkan baru ini ada bahasan khusus yg menghujat slogan “Isy kariman au mut syahidan” Ada apa dgnmu Jawa Pos??? Mungkin banyak juga diantara pelangganmu yg mayoritas muslim ini yg bingung & kecewa.
    Semoga manajemen Jawa Pos bisa mendidik jurnalis2 yg jujur mandiri dan obyektif, bukan jurnalis yg mudah dikendalikan oleh kepentingan tertentu, hanya krn ada tambahan uang saku. Mohon maaf.

  8. Ya Allah segerakanlah tegak khilafah, agar kami bisa berangkat jihad. Atau jika kami telah wafat saat khilafah tegak, biar anak-anak kami yang berangkat berjihad. Amin

  9. Masalah seperti ini harus segera “diangkat” di berbagai media/forum terutama para Muballigh agar masyarakat benar-enar paham bahwa JIHAD tidak sama dengan TERORISME. Siapkah para Ulama/Kiayi/Ustadz/Muballigh untuk menjelaskan hal ini…??

  10. Mestinya para kyai dan ustadz menjelaskan sejelas-jelasnya kpd umat ttg kewajiban jihad utk masa skrng ini atau kita akan termakan propaganda barat yg memusuhi Islam sbg sebuah ideologi,Ayo terapkan syariah,tegakkan khilafah!!!

  11. Agus Supriadi

    Inilah yang saya tunggu Tadz untuk menjelaskan kepada kawan-kawan kami. Jazakalloh

  12. allahuakbar..

  13. rebelina-Unhalu

    JIhad.. sebaik-baiknya perlawanan

  14. Umat sudah faham apa itu jihad, Pemerintah juga sudah faham apa itu Jihad. Saat bom bali 1, baru dimunculkan JI yang direkayasa oleh Amerika lewat Australia. Uang masuk ke lembaga – lembaga penegak hukum dan militer. Disitulah mereka sadar, selama mereka melakukan apa yang diinginkan Amerika, uang akan masuk, tidak perduli apakah JI itu tidak ada, bisa mereka adakan. Pemimpin kita yang mayoritas Islam justru merendahkan Islam, mereka tidak perduli apa yang akan timbul asal mereka dapat uang. Saya merasa ada kejanggalan dalam menumpas Noordin M. Top. Seperti drama yang sengaja dibuat-buat. Saya jadi curiga, tragedy 9/11 juga adalah rekayasa Amerika, Bom Bali juga dilakukan oleh amerika … Subhanallah betapa kejamnya mereka hanya demi mendapatkan Kekayaan & Kejayaan … Pemimpin kita cuma melaksanakan apa yang diinginkan Amerika. Maka … sadarkanlah mereka … dekati mereka … karena mereka pun sadar …

  15. Viantart JUNDULLAH

    Takbir, ALlah hu Akbar 1000x. Para Ikhwan, Kata Jihad memang seperti memegang bara api di tangan. Tapi ALlah menjanjikan para syuhada menjadi penghuni Surga. apakah salah orang yang merindukan surga….. dan masih banyak kebaikan di muka bumi jika kita menegakkan din Islam,Jihad pelurusnya untuk para kafir. dunia ini sementara dan dalam keterbatasan waktu.

    Penegasan perintah Jihad kepada kaum Muslim Lebih banyak di AL-quran dari pada Perintah Zakat atau puasa, apalagi pergi haji. ada 144 Ayat perintah jihad. terus mau diabaikan begitu saja perintah ALlah. !!!

    Sekarang, kita berada pada masa perang pemikiran. “Gozurul Fikri” sejak misioneris perang salib bingung mengalah kan Umat ISlam di dunia. karena misi Jihad fi sabilillah masih tegak kala itu.

    hai ikhwan yang belum memahami Tarbiyah Jihad.
    yang dimusuhi para Mujahid bukanlah Orang Islam, yang belum paham Jihad itu sendiri, tetapi orang kafir yang telah memerangi Umat ISlam.

    getarkanlah hati kaum kafir dengan Jihad. pahamilah Wala dan Bara Nya.

    penghuni Surga ada 5 kategori muslim.
    1. Para Anbiya (Kita ngak Mungkin)
    2. Para Sidikin (harus berani mengatakan kebenaran)
    3. Para Hafiz (harus Hafal Al-Quran dan mengamalkannya)
    3. Para Solihin (Sholat malem kudu sering, puasa juga dll)
    4. Para Mujahidin (Terbunuh dan dibunuh karena membela Hukum ALlah dan mengagungkan ALlah hu Ahad)

    Jalan masuk surga sulit… dan orang yang masuk surga juga ngak banyak. apa kita salah satunya.

    Kalau Rasulullah sendiri sudah dijanjikan Masuk Surga,
    kenapa Rasulullah susah-susah Ikut Pergi Jihad Sampai Giginya Patah.

    Ana mah geregetan jadinya…
    Jazakallah Kasiran.
    Takbir…….. Allah hu AKbar 100.000.000.000.000.X

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*