HTI Press. Hari Ahad, tanggal 11 Oktober 2009 HTI Kab. Bandung menyelenggarakan acara liqo Syawal, bertempat di Pondok Pesantren Miftahul Falah dengan alamat Nengkelan Paseh Majalaya, lebih dari 150 ulama, kyai dan Ustadz hadir. Antusias peserta sangat bagus nampak dari kehadiran peserta, kapasitas masjid yang hanya bisa menampung sekitar 150 orang penuh sesak, sehingga peserta sebagian ada yang di luar. Walaupun banyak keterbatasan peserta mengikuti acara penuh perhatian dari awal hingga akhir dan gema takbir sesekali di kumandangkan dengan penuh semangat.
Acara di awali oleh Ust. Dadan Hamdani, SE selaku DPD II HTI, sebagai pengantar liqo Syawal mengangkat makna ”Saatnya Ulama Menjadi Garda Terdepan dalam Perjuangan Syariah dan Khilafah” serta suksesnya Mukatamar Ulama Nasional yang dihadiri 7000 ulama dari dalam dan luar negeri. Beliau juga memaparkan lebih jauh kiprah Hizbut Tahrir Indonesia dalam menyadarkan umat demi tegaknya syariah dan khilafah.
Dari DPP HTI hadir Ust. MR. Kurnia, beliau memaparkan pentingnya umat Islam bersatu di bawah kepemimpinan yang satu yaitu seorang Kholifah, padahal sekarang umat Islam terpecah menjadi beberapa Negara dengan masing-masing pemimpinnya, padahal hadist Nabi menegaskan “jika ada dua orang Kholifah maka bunuhlah satu yang terakhir dari keduanya”. Kita telah kehilangan umat terbaik selama puluhan tahun, apakah upaya kita sudah maksimum mencarinya, sedangkan bila kita kehilangan anak sehari saja sibuknya minta ampun, inilah tugasnya para ulama untuk menyampaikan kepada umat pentingnya penerapan Syariat dibawah naungan Daulah Khilafah Islamiah. Jadi sudah menjadi hal yang wajar jika para ulama memberikan dukungan dan bersama-sama berjuang dengan Hizbut Tahrir.
Testimoni, di awali oleh pimpinan Pondok Pesantren Miftahul Falah, KH. Iing Solichin dengan tor : “Ulama Pesantren Menggalang Persatuan Umat” dari paparanya beliau menegaskan sudah saatnya umat Islam bersatu, jangan lagi memperbesar masalah Furu, yang harus kita hadapi bersama adalah musuh Islam yang senantiasa dan setiap saat selalu menyerang kita, jangankan ada kesempatan tidak ada pun selalu di cari kelemahan umat Islam, jadi sudah saatnya umat Islam bersatu memperjuangkan Syariat dan Khilafah.
Testimoni kedua disampaikan oleh Buya Abdul Majid dengan tor: “Ulama Sebagai Garda Terdepan dalam Perjuangan Syariah dan Khilafah”. Bulu kuduk saya sangat merinding ketika mendengar pemaparan dari Ust. MR. Kurnia tentang Ulama sebagai pewaris Nabi kilah Buya, beliau juga menjelaskan pentingnya Khilafah, karena dengan adanya Khilafah berarti terbentuk kepemimpinan sentral (Kiyadah Markaziah). Kita berjuang bukan karena Alloh maka Alloh akan memberikan rasa takut kepada kita dan selamanya akan ketakutan sebelum kembali kepada Nidzom Alloh, Alloh tidak akan mencabutnya.
Penutup testimoni disampaikan oleh KH. Odang – Komisi Fatwa MUI Kab. Bandung Dengan gayanya yang menggebu-gebu mengungkapkan pentingnya Syariat Islam di terapkan di Bumi Alloh. Jangan di sebut Ulama walaupun hapal Al-Quran, dan beribu-ribu Hadits kalau tidak mau di hukumi dengan hukum Islam, menurut beliau aneh bin ajaib di Indonesia warganya mayoritas Islam tapi hukumnya hukum toguth jadi bagaikan tamu di rumahnya sendiri. Lebih baik sekarang di kubur daripada hidup tidak punya keinginan untuk mendirikan Negara Khilafah.
Acara diselingi dengan pemutaran video-video sekitar kegiatan Muktamar Ulama Nasional (MUN) 21 Juli 2009 yang lalu dan perjuangan Hizbut Tahrir untuk menghadirkan kembali suasana agenda MUN, karena agenda silaturrahmi ini juga merupakan salah satu follow up dari kegiatan MUN. Acara ditutup dengan pembacaan mitsaq ulama dan do’a yang disampaikan oleh KH. Ahmad Kamaludin, MAg. (HUMAS HTI Cileunyi)