Presiden Afghanistan Hamid Karzai pada Selasa menyatakan mendukung penilaian Jenderal Amerika Serikat Stanley McChrystal atas Afganistan dan akan menyambut tentara tambahan negara adidaya itu.
McChrystal, panglima tertinggi Amerika Serikat dan NATO di Afghanistan, menganjurkan peningkatan siasat kontra perlawanan, yang termasuk menempatkan 40.000 tentara tambahan pada tahun mendatang.
“Saya sepenuhnya di belakangnya untuk yang diusahakannya dalam laporannya,” kata Karzai pada wawancara di “Selamat Pagi Amerika” ABC.
Saat ditanya apakah ia akan menyambut tentara tambahan, Karzai menjawab, “Ya.”
Amerika Serikat menempatkan 65.000 tentara di Afghanistan dan jumlah itu diperkirakan mencapai 68.000 pada akhir tahun ini.
Presiden Amerika Serikat Barack Obama mempertimbangkan pilihan berbeda untuk siasat baru Afghanistan dan diperkirakan membuat keputusan pada beberapa pekan mendatang.
Karzai menyatakan jumlah tentara akan ditentukan oleh pakar ketentaraan.
“Saya bukan pakar ketentaraan…ini harus dibicarakan profesional dan hasilnya diberikan kepada kami,” katanya.
“Yang saya prihatini adalah perlindungan bagi orang Afghanistan. Yang saya prihatini ialah keberhasilan pelaksanaan perjuangan kami melawan ekstremisme dan terorisme,” kata Karzai.
Hingga kini pada 2009, 408 tentara asing tewas di Afghanistan, 242 di antara mereka asal Amerika Serikat, kata angka kantor berita Prancis AFP berdasarkan atas hitungan laman mandiri icasualties.org.
Perang itu, sekarang dalam tahun kesembilannya, menghebat sesudah Presiden Amerika Serikat Barack Obama –secara mengejutkan mendapat hadiah Nobel Perdamaian tahun ini– mempertimbangkan permintaan pemimpin tentara akan puluhan ribuan lagi serdadu.
NATO dan Amerika Serikat menempatkan lebih dari 100.000 tentara di Afganistan untuk bertempur melawan kebangkitan Taliban.
Bom buatan rumahan atau peledak rakitan (IED) menjadi kendala dalam upaya menumpas Taliban, karena kecil, tersembunyi dan sulit dilacak.
Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2001, karena menolak menyerahkan pemimpin Alqaida Osama bin Ladin, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah negara adidaya tersebut, yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.
Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom jalanan dan serangan jibaku untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing, yang ditempatkan di negara terkoyak perang tersebut untuk menopang kekuasaannya.
Bom rakitan, yang dikenal dengan IED, mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afganistan, kata tentara.
Pemimpin tentara menyatakan mencoba mengembangkan cara baru untuk berurusan dengan ancaman IED, tapi mendapati bahwa Taliban sudah mengubah siasat dengan cepat.
IED, yang diledakkan oleh kendali jauh, sering berserakan di jalanan, yang dilalui tentara asing, khususnya di kubu Taliban di propinsi Helmand dan Kandahar.
Dukungan di Amerika Serikat untuk perang di Afganistan mencapai dasar baru, kata jajak pendapat disiarkan pada tengah September.
Jajak pendapat Penelitian Pendapat CNN menunjukkan tingkat tentangan pada kemelut delapan tahun itu, dengan 58 persen petanggap mengatakan menentang perang itu, sementara 39 persen mendukung.
Jajak pendapat sebelumnya di Amerika Serikat menyimpulkan bahwa sebagian besar menganggap perang itu tak bernilai, sementara beberapa sekutu Obama dari Demokrat sudah meletakkan patok banding untuk keberhasilan atau bahkan jadwal penarikan. (ANTARA News, 14/10/2009)