HTI Press. Ruang utama mesjid raya terasa menyempit ketika lebih dari 2000 jama’ah ikhwan akhwat dari HTI Bogor Raya memadati ruangan. Agenda liqo syawal untuk kalangan internal ini sedianya diselenggarakan di kebun raya. Tapi karena satu dan lain hal, terpaksa dipindah ke mesjid raya. Hasilnya, kendaraan roda dua pun ikut memadati tempat parkir dan halaman mesjid.
Acara dibuka oleh ust. Faturrahman yang bertindak sebagai MC. Dilanjut dengan pembacaan kalam Illahi dan sambutan ketua DPD HTI Kota Bogor, Ust. Ahmad Nur Hidayatullah. Dalam sambutannya Ust. Ahmad memaparkan tujuan digelarnya liqo syawal ini sebagai ajang silaturahmi internal mengingat mayoritas anggota dan simpatisan HTI banyak yang mudik saat lebaran sehingga ‘ritual’ salam-salaman dan saling memaafkan tak sempat terlaksana pada hari H. Pertemuan ini juga sekaligus untuk menguatkan konsolidasi antar personal meski jarang bertemu muka karena perbedaan wilayah aktifitas.
Liqo Syawal yang digelar hari Ahad 11 Oktober 2009 ini juga menjadi ajang penggalangan dana sekaligus shalat ghaib berjama’ah untuk korban gempa di Sumatra Barat dan sekitarnya. Alhamdulillah dana yang terkumpul dari jama’ah sejumlah Rp. 4.736.000,- yang langsung di setor ke rekening peduli gempa Hizbut Tahrir Indonesia. Pelaksanaan shalat ghaib berjama’ah dipimpin oleh Ust. Umar.
Selanjutnya acara diisi dengan tausyiah yang dibawakan oleh Ketua DPD HTI Kab. Bogor, Ust. Harun ar-Rasyid. Dalam tausyiahnya, Ust. Harun mengingatkan jama’ah akan beberapa hal terkain perannya sebagai pengemban dakwah. Pertama, ketakwaan individu. Selaku aktifis dakwah, sejatinya senantiasa dekat dengan Allah swt. Jangan sampai karena padatnya agenda dakwah, melalaikan para aktifis untuk lebih bertaqarrub pada Allah swt. Apakah shalat kita selalu tepat waktu? Selalu berjama’ah? Bangun malam hari untuk menunaikan shalat tahajjud? Menyisihkan sebagian rizki untuk bersedekah? Menyempatkan baca qur’an?. Itulah sebagian pertanyaan retoris yang layak dijadikan bahan introspreksi bagi para pengemban dakwah. Karena dakwah tidak akan berhasil kecuali mendapatkan pertolongan Allah swt. Sementara pertolongan Allah swt hanya diberikan pada hamba-hambanya yang bertaqwa.
Kedua, silaturahmi dengan orang terdekat. Ust. Harun juga mengingatkan para aktifis agar tidak melupakan keluarga dan orang-orang terdekat. Jangan sampai kita giat berdakwah pada orang lain, sementara keluarga dekat tidak tersentuh. Begitu juga dalam menyampaikan dakwah agar lebih pandai menghargai objek dakwah dalam perilaku maupun tutur kata. Baik kepada orang tua maupun orang muda tanpa membeda-bedakan status sosial, suku, atau latar belakang pendidikan. Karena dakwah Islam untuk semua orang.
Di akhir tausyiahnya, Ust. Harun menutup dengan pembacaan doa sekaligus muhasabah agar para aktifis dakwah, khususnya anggota dan partisipan HTI bersama-sama membenahi ketakwaan individu masing-masing. Sehingga Allah swt senantiasa melindungi dan memudahkan jalan dakwah demi tegaknya Khilafah Islamiyah yang mengikuti jejak kenabian. Wallahu a’lam.[341]