Asisten Direktur Program Penyelesaian Konflik di The Carter Center, Nathan Stoke mendesak Amerika Serikat untuk berdialog dengan Gerakan Perlawanan Islam (Hamas), bahkan memperingatkan bahwa “mengabaikannya akan mengarah pada perang abadi dengan kelompok-kelompok yang lebih radikal,” katanya.
Stoke mengingatkan bahwa penolakan Amerika Serikat untuk mengakui Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) di kedelapan puluhan abad yang lalu, telah menyebabkan munculnya Hamas sebelum mendapat pengakuan. Dia mengatakan bahwa penolakan dialog dengan Hamas mengancam timbulnya organisasi yang lebih ekstrim dari Hamas.
Stoke menunjukkan tiga hal jika Washington sungguh-sungguh melakukan dialog dengan Hamas—seperti yang dilaporkan oleh aljazeera.net:
Pertama, persetujuan pembentukan negara Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza, sehingga secara de facto Hamas akan menampakkan pengakuan terhadap Israel.
Kedua, Hamas mengatakan bahwa ketika otoritas Palestina dipimpin Presiden Mahmud Abbas bisa saja melanjutkan berbagai perundingan dengan Israel, dan Hamas akan mematuhi perjanjian damai yang ditandatangani oleh Abbas jika telah diratifikasi melalui referendum rakyat Palestina.
Ketiga, Hamas telah banyak menerapkan perjanjian gencatan senjata dengan Israel, dan menawarkan gencatan senjata untuk beberapa tahun ke depan sebagai konpensasi penarikan mundur Israel dari Tepi Barat. (al-aqsa.org, 16/10/2009)