Pergolakan di Asia Tengah

بسم الله الرحمن الرحيم

Jawab Soal

Soal: terlihat jelas bahwa kondisi politik di Turkistan Barat (Asia Tengah: Kirgistan, Uzbekistan, Tajikistan, Kazakhstan dan Turkmenistan) adalah kondisi yang tidak stabil dan teus berubah-ubah. Satu waktu kita temui penguasa negeri ini berada di bawah gaung Rusia. Setelah beberapa waktu kita dapati penguasa itu beralih berjalan ke arah Amerika … Begitulah yang terjadi. Apakah bisa dijelaskan kondisi politik di republik-republik itu? Semoga Allah memberikan balasan yang lebih baik kepada Anda.

Jawab:

Sebelum kita masuk ke dalam detil kondisi politik dan perubahan yang terjadi di Asia Tengah, maka terlebih dahulu wajib dipahami beberapa hal berikut:

1. Ketika Uni Soviet hancur pada tahun 1991 M dan republik-republik itu terpisah, maka Rusia paham harus mempertahankan ikatan yang kuat dengan republik-republik itu karena semuanya berdampingan dengan Rusia … Maka pada permulaannya Rusia sengaja berupaya menghimpun republik-republik itu di dalam apa yang disebut “Persemakmuran Negara-negara Merdeka – The Commonwealth of Independent States (CIS)“. Akan tetapi banyak dari anggota CIS yang keluar. Sebagian lagi tidak masuk ke dalam organisasi itu sejak awal, seperti tiga negara baltik … Maka setelah itu Rusia sengaja membentuk Organisasi Shanghai “Changhai Coopertaion Organization – SCO“. Kemudian Rusia membentuk keamanan bersama, lalu organisasi keamanan kolektif (Collective Security Treaty Organization –CSTO), lalu kekuatan reaksi cepat …

Rusia juga meminta bantuan kepada pilar-pilar yang telah dibangunnya di republik-republik itu pada masa Uni Soviet dahulu. Di antara pilar-pilar terpentingnya adalah:

a. Perubahan demografi yang diwujudkan oleh Uni Soviet, khususnya di republik Asia Tengah. Yaitu penduduk dari Rusia dipindahkan ke sana. Keberadaan mereka yang tetap berada di republik-repubik itu menjadi “dalih Rusia“…

b. Pangkalan Rusia yang tersebar di republik-republik itu dan tidak ditarik sama sekali. Bahkan sebagiannya tetap ada di republik-republik Asia Tengah. Pangkalan-pangkalan itu merupakan pusat pengaruh dan langkah-langkah terdepan bagi Rusia.

c. Area percobaan nuklir dan rudal yang berlangsung di republik-republik itu khususnya Kazakhstan karena wilayahnya yang luas…

d. Beberapa ikatan ekonomi dengan negara-negara itu seperti jaringan pipa minyak dan gas …

2. Meskipun kehancuran Uni Soviet yang berkeping-keping hampir-hampir meruntuhkan Partai Komunis dan mencerabutnya dari pemerintahan … namun di republik-republik Asia Tengah para pemimpin partai Komunis sebelumnya tetap menjadi penguasa. Yaitu mereka yang dahulu menjabat pada masa Uni Soviet terus berada di tampuk pemerintahan. Hal itu dengan perencanaan yang keji untuk mempertahankan kekuasaan di republik-republik itu agar tetap memerangi Islam dan para aktivisnya hingga pasca lenyapnya Uni Soviet. Hal itu karena ketakutan akan penyebaran Islam secara aktif di republik-republik itu sehingga menyatu berdasarkan asas Islam, memerintahnya dengan Islam dan berperang di jalan Islam..

3. Hancurnya Uni Soviet menjadi kesempatan emas yang tidak akan diabaikan oleh Amerika. Asia Tengah posisinya berdampingan dengan Rusia. Lebih dari itu, kawasan Asia Tengah juga bersentuan secara luas dengan China. Itu menjadikan kawasan Asia Tengah sebagai kawasan strategis bagi Amerika. Karena itu Amerika mulai menyebarkan antek-anteknya, lembaga-lembaganya dan para intelijennya, dan yang lebih penting lagi adalah harta Amerika untuk mencitakan pijakan di republik-republik itu.

Begitulah Asia Tengah merupakan kepentingan vital dan kawasan strategis baik bagi Rusia maupun Amerika. Pertarungan di antara keduanya tidak sampai mereda sehingga bergerak kembali. Karena itu tidak aneh jika pengaruh dan jenis subordinasi (keantekan) penguasa di kawasan tersebut berubah-ubah antara satu waktu ke waktu yang lain sesuai dengan kekuatan berpengaruh yang digunakan oleh masing-masing kubu:

· Adapun Rusia, Rusia memiliki pilar-pilar terdahulu: perubahan demografi yang telah dibuat sebelumnya, para tokoh dan pemimpin Rusia di republik-republik itu, pangkalan militer yang sudah ada sebelumnya dan hubungan-hubungan ekonomi

· Sedangkan Amerika dengan “wortel“ yang diberikan kepada negara-negara itu, yaitu bantuan keuangan. Begitu pula warning kepada mereka bahwa Rusia tidak lagi menjadi negara besar yang bisa menakuti mereka dan Amerika menjanjikan perlindungan kepada mereka…

· Ini dari sisi pertarungan panas antara Rusia dan Amerika di kawasan

· Sedangkan dari sisi yang lain, yaitu permusuhan para penguasa itu terhadap Islam dan para aktivis Islam, maka itu merupakan perkara yang disepakati oleh kedua kubu yang bertarung itu.

Setelah itu kita akan paparkan fakta politik republik-republik itu:

1. Kirgistan

Kita mengetahui bagaimana Kurmanbek Bakijev meraih kekuasaan dengan dukungan Rusia pada tahun 2005 M. Kemudian pemerintahannya diperbarui pada pemilu terakhir yang berlangsung pada tanggal 23 Juli 2009 M. Dukungan Rusia kepadanya adalah sangat jelas. Juga sangat jelas ketidaksenangan Amerika kepadanya. Kedutaan besar AS di Bishkek mengeluarkan keterangan. Di dalamnya dikatakan: “Amerika Serikat berbagi keprihatinan dengan sejumlah pengamat tentang pemilu presiden dan hasilnya. Sementara beberapa pihak menampakkan sisi-sisi positif dari aktivitas pemilihan itu. Amerika Serikat berpandangan bersama komentar-komentar awal dari para pengamat independen bahwa sejumlah besar kewajiban republik Kirgistan secara internasional tidak terpenuhi di dalam pemilu“. Keterangan itu juga menyeru kepada “penerapan undang-undang pemilu secara strik selama aktifitas pemilihan secara keseluruhan sesuai dengan kewajiban-kewajiban republik Kirgistan secara internasional“ (Frans Press, 2/8/2009). Sedangkan Rusia menyambut baik terpilihnya Bakijev. Presiden Rusia Dmitry Medvedev melakukan kunjungan ke Kirgistan pada tanggal 31 Juli 2009 dan melakukan pertemuan dengan Bakijev untuk memberi selamat dan mendeklarasikan dukungannya kepada Bakijev sebelum secara resmi dilantik dalam kekuasaan periode barunya pada tanggal 2 Agustus 2009. Diumumkan bahwa kunjungan presiden Rusia ke Krigistan itu dilakukan dalam rangka konferensi Organisasi Keamanan Kolektif (Collective Security Treaty Organization-CSTO) yang diselenggarakan di kota Cholpon-Ata Kirgistan. Surat kabar Russia Today menyebutkan pada tanggal 1 Agustus 2009, bahwa presiden Rusia Medvedev, pada hari Sabtu 1 Agustus 2009 M menandatangani sebuah memorandum seputar pengembangan dan perbaikan tambahan bagi landasan hubungan kontraktual legal bilateral yang mengatur keberadaan fomasi-formasi Rusia di atas tanah Kirgistan dan unit Rusia tambahan di Kirgistan. Memorandum itu juga menyatakan, “pendirian fasilitas pelatihan bersama untuk militer Rusia dan Kirgistan“. Surat kabar itu juga menyebutkan, “Kedua presiden sepakat atas pembentukan dan penandatangan kesepakatan khusus untuk pendirian pangkalan militer bagi kekuatan reaksi cepat di Utara Kirgistan untuk jangka waktu 49 tahun dan bisa diperpanjang untuk jangka waktu 25 tahun lagi“. Surat kabar itu juga menyebutkan: “Bakijev mengisyaratkan bahwa kesepakatan itu wajib ditandatangani sebelum 1 November 2009 yang akan datang dan akan menentukan keberadaan militer Rusia secara keseluruhan di Kirgistan“.

Sedangkan Bakijev yang kembali memperpanjang kontrak penyewaan pangkalan udara Manas kepada Amerika, setelah sebelumnya ia mengancam akan menutupnya, maka itu tidak menunjukkan bahwa ia menjauh dari Rusia dan mengarah ke Amerika. Akan tetapi perpanjangan kontrak penyewaan itu dilakukan atas izin Rusia untuk menyenangkan Amerika, sehingga tidak menggerakkan para pengikutnya di Kirgistan menentang pemerintahannya secara total. Para pengikut Amerika itu mampu mengguncang “ketenangan“ pemerintahan. Dan berikutnya bisa mempengaruhi pangkalan-pangkalan Rusia sendiri yang ada di Kirgistan. Untuk lebih menjelaskan hal itu maka kami ingatkan cerita pangkalan itu dari awalnya:

Dahulu Bakijev berupaya menutup pangkalan udara Amerika, Manas. Pada Februari yang lalu, presiden Kirgistan Kurmanbek Bakijev mengumumkan dari Moskow bahwa ia akan menutup pangkalan Manas (Reuters, 12 Februari 2009). Ia lebih menjelaskan hal itu dengan ucapannya: “Selama tiga tahun terakhir ia secara pribadi mengungkit masalah perpanjangan penyewaan pangkalan dengan para pejabat senior Amerika. Saya katakan kepada mereka bahwa kita harus mereview pasal-pasal kesepakatan kita. Harga-harga berubah dan Kirgistan berada dalam kondisi keuangan yang sulit“. Ia menimpali: “Mereka selalu merespon kita secara baik. Mereka mengulang-ulang hal itu selama bertahun-tahun ini. Akan tetapi sampai kapan kita bisa menunggu. Kita adalah negara yag memiliki kedaulatan, kita wajib memiliki penghargaan terhadap diri sendiri.“ (Reuters, 12 Februari 2009).

Dari hal itu jelaslah bahwa masalahnya bagi rezim di Kirgistan adalah masalah mendapatkan harta. Juga bisa dipahami bahwa orang-orang Amerika tidak memberikan perhatian selama tiga tahun di mana Bakijev mengontak mereka. Parlemen Kirgistan yang ada di bawah kendali partainya Bakijev mengeluarkan keputusan penutupan pangkalan itu bagi Amerika. Keputusan itu memberikan tenggang selama 180 hari untuk berpindah, menurut keputusan parleman Kirgistan itu. Sebelum habis masa tenggang 180 hari itu, pada pertengahan bulan Juli yang lalu tercapai kesepakatan di antara kedua pihak. Kedutaan besar Amerika Serikat di Bishkek mengeluarkan keterangan terkait kesepakatan itu. Diantaranya dinyatakan: “Pemerintah Amerika Serikat dan Republik Kirgistan mengumumkan keberhasilan perundingan di antara keduanya seputar kelanjutan penggunaan pangkalan udara Manas“ (Aljazeera, 15/7/2009). Aljazeera menyebutkan bahwa sewanya meningkat sampai 150 juta dolar per tahun dari sewa sebelumnya hanya 17 juta pertahun! Yang benar sebelumnya sewa pokok sebesar 17 juta dolar ditambah bantuan sebesar 133 juta dolar sehingga total menjadi 150 juta dolar per tahun.“ Menurut kesepakatan yang baru, sewa pokoknya sebesar 60 juta dolar ditambah 90 juta dolar bantuan sehingga total menjadi 150 juta dolar per tahun“. Artinya, tidak berubah sedikitpun dalam masalah besarnya sewa. Melainkan disebutkan bantuan keuangan dan non keuangan yang diberikan kepada Kirgistan sebagai sewa menggantikan kata bantuan. Hal itu untuk menjaga raut muka Kurmanbek Bakijev sebagai presiden Kirgistan yang ingin memiliki kehormatan dan supaya terlihat bahwa negaranya memiliki kedaulatan yang dihormati seperti yang ia katakan!! Surat kabar New York Times mengisyaratkan pada edisi 24 Juli 2009 kepada apa yang kami katakan barusan berkaitan dengan tindakan Bakijev. New York Times menyatakan bahwa: “Kesepakatan yang terakhir ditandatangani pemerintah Kirgistan dan Amerika Serikat untuk memperpanjang penggunaan pangkalan udara Amerika, Manas, tidak lain merupakan sarana untuk menjaga raut muka pemerintah Kirgistan di hadapan penarikan keputusan sebelumnya untuk menutup pangkalan dan karena dinaikkannya sewa pangkalan itu per tahunnya“. Rusialah yang ada di belakang hal itu di mana kesepakatan baru itu diumumkan setelah pertemuan presiden Amerika, Barack Obama dengan presiden Rusia Dmitry Medvedev di Rusia pada tanggal 6-7 Juli 2009 dan adanya persetujuan Rusia atas izin bagi pasokan Amerika dan NATO melewati wilayah Rusia dan sekutunya. Dan Rusia khawatir terhadap pangkalannya di Kirgistan yaitu di kota Kant. Rusia khawatir jika tidak menyetujui Amerika atas penggunaan pangkalan Amerika di sana, maka Amerika akan mengobarkan instabilitas dan revolusi berwarna dalam upaya menjatuhkan rezim Bakijev yang menjamin kepentingan-kepentingan Rusia di Kirgistan.

Semua itu menunjukkan loyalitas Bakijev kepada Rusia. Juga menunjukkan bahwa izin Bakijev kepada Amerika untuk terus menggunakan pangkalan udara Manas dalam aksi menyerang kaum Muslim di Afganistan tidak lain adalah satu bentuk untuk mendapatkan kerelaan Amerika sehingga tidak bergerak untuk menjatuhkannya sebagaimana yang dilakukan kepada pendahulunya Askar Akijev. Hal itu atas persetujuan Rusia untuk menjaga eksistensi dan pengaruh Rusia di Kirgistan karena khawatir Amerika akan menciptakan instabilitas dan berikutnya menjatuhkan Bakijev.

Sedangkan kenapa terjadi pertarungan antara Rusia dan Amerika, maka hal itu disebabkan posisi Kirgistan yang strategis dan penting di Asia Tengah. Kirgistan memiliki perbatasan dengan China yang panjangnya mencapai 585 km. Jika Amerika berhasil meraih keantekan Kirgistan, maka Amerika akan bisa mengawasi perbatasan China. Jadi Kirgistan memiliki urgensitas yang tinggi bagi Amerika dalam aksinya menentang China di kawasan itu seluruhnya. Dan pangkalan udara Amerika di Manas merupakan markas mendasar di dalam perangnya terhadap kaum Muslim di Afganistan sejak tahun 2001 hingga hari ini; di mana di pangkalan tersebut secara terus menerus terdapat lebih dari 1000 personel tentara Amerika. Semua yang berlangsung di pangkalan udara Manas sedikit pun tidak diketahui oleh pemerintah Kirgistan. Karena kesepakatan penyewaan pangkalan itu menyatakan bahwa pengawas Kirgistan atau selain mereka, seorang pun tidak boleh memasuki pangkalan itu. Begitu pula kargo Amerika yang keluar masuk pangkalan itu tidak boleh diperiksa sedikit pun. Jadi pangkalan itu betul-betul jauh dari pengawasan Kirgistan dan itu artinya jauh dari pengawasan Rusia. Russia Today pada tanggal 31 Juli 2009 M menyebutkan kunjungan Medvedev ke Kirgistan dan masalah kesepakatan militer yang ditandatangani Bakijev bahwa “Kirgistan memiliki posisi strategis penting dan spesial di kawasan Asia Tengah dan unik. Selama bertahun-tahun menjadi titik persimpangan kepentingan-kepentingan negara-negara Barat dan Rusia.“ Artinya di sana terdapat pertarungan antara Rusia dan negara-negara Barat, utamanya Amerika, memperebutkan posisi strategis itu. Peristiwa paling akhir, jenderal Amerika Serikat Jenderal David Petraeus, komandan pusat militer Amerika Serikat, mengunjungi tiga negara Asia Tengah di antaranya Kirgistan dan dua yang lain yaitu Turkmenistan dan Uzbekistan. Kantor berita Rusia Novosti menyebutkan pada tanggal 20 Agustus 2009, bahwa “Para pengamat mensifati kunjungan jenderal David Petraeus sebagai kunjungan yang sukses. Karena pejabat di ibu kota ketiga negara menegaskan kepada kedutaan Amerika Serikat bahwa mereka menginginkan kerjasama yang lebih dengan Washington“. Kunjungan itu merupakan bagian dari aktifitas Amerika yang serius di negeri-negeri itu termasuk Kirgistan dalam upaya untuk merangkulnya dan menguatkan eksistensi Amerika di sana. Meskipun presiden Kirgistan Bakijev tidak bertemu dengan jenderal Amerika itu, namun akhirnya jenderal Petraeus bertemu dengan menteri luar negeri Kirgistan. Dan meskipun Bakijev terus menerus menyadari bahwa Amerika tidak rela terhadapnya dan meragukan pemilihannya, namun ia mengkhawatirkannya karena kekuatan para pengikut Amerika di dalam dan luar negeri Kirgistan. Sehingga Bakijev ingin menyenangkan Amerika. Karena itu ia merekonsiliasi masalah pangkalan Manas dan mengizinkan Amerika menggunakannya tanpa ada perubahan syarat-syaratnya kecuali hanya trik dalam redaksi dalam hal yang berkaitan dengan harta yang bisa menjaga kehormatan dan kedaulatan negerinya sebagaimana yang ia katakan!

2. Uzbekistan

Sungguh yang paling sesuai dengan ungkapan “berubah-ubah“ adalah presiden Uzbekistan Karimov. Setelah Uni Soviet hancur maka secara jelas Karimov terlihat secara berangsur-angsur menjauh dari Rusia. Rusia membentuk organisasi keamanan gabungan pada tahun 1992 untuk menjaga ikatan Republik Uni Soviet terdahulu atau sebagiannya. Kemudian namanya dirubah menjadi Organisasi Keamanan Kolektif (Colective Security Treaty Organization-CSTO) pada tahun 2002 M meniru NATO… Karimov berubah-ubah sikapnya tehadap organisasi itu. Sebelumnya Karimov keluar dari Perjanjian Keamanan Bersama dan bergabung dengan organisasi GUAM yang terbentuk oleh negara-negara yang oposisi terhadap Rusia seperti Georgia, Ukrania, dan Moldova di antara bekas kelompok Uni Soviet yang hancur. Akan tetapi tidak lama kemudian ia tinggalkan organisasi itu dan kembali kepada Organisasi Keamanan Kolektif setelah Amerika dan negara-negara barat meminta pengiriman kelompok penyidik dalam pembantaian Andijan pada Mei 2005 M, sementara Rusia dan sekutunya mendukung dia dan berdiri di pihaknya dalam pembantaian brutal di Andijan dan lainnya. Sekarang, Amerika telah menutup kasus pembantaian itu dan masalah HAM yang terkait dengan kepentingan Amerika. Amerika mulai menjalin kontak dengan Karimov dan berupaya menariknya ke pihaknya. Maka Karimov berbalik arah dan membekukan aktifitasnya bersama Rusia. Ia bersiap untuk menampakkan aktifitasnya bersama Amerika dan beraksi bersama mereka. Lebih keras lagi adalah ketika Rusia melihat bahwa perjanjian keamanan kolektif tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keamanan dan ambisinya dalam hal kepemimpinan dan pengaruhnya, maka Rusia merujuk kepada organisasi reaksi cepat, yaitu reaksi cepat terhadap ancaman bagi pengaruh Rusia di kawasan. Maka Uzbekistan menghadangnya dan tidak menandatangani pendirian Kekuatan Reaksi Cepat dan menyebarkannya di kawasan keamanan kolektif yang menghimpun Rusia, Belarusia, Kazakhstan, Kirgistan, Tajikistan, Armenia dan Uzbekistan. Para pemimpin negara-negara itu dahulu telah memutuskan pendirian kekuatan reaksi cepat atau dengan sebutan lain Penyebaran Cepat pada tanggal 4 Februari 2009. Kesepakatan itu ditandatangani di Moskow pada tanggal 14 Februari 2009 M. Uzbekistan tidak bersedia menandatanganinya. Karimov berdalih atas keengganannya itu dengan mengatakan: “Kesepakatan ini tidak menentukan misi yang ditawarkan bagi kekuatan reaksi cepat“. Ia mengusulkan agar kesepakatan itu menyatakan: “Bahwa kekuatan gabungan didirikan dengan tujuan untuk mengusir serangan dari luar negeri saja. Dan bahwa satuan masing-masing negara dari kekuatan gabungan menjaga tanah negara itu sendiri“, (Novosti, 26 Agustus 2009). Hal itu menunjukkan bahwa Karimov memahami bahwa kekuatan itu akan berada di tangan Rusia dan bahwa kekuatan Rusia akan menyebar di negara-negara keamanan kolektiv yang disebutkan termasuk Uzbekistan. Dan bahwa kekuatan gabungan itu bisa melakukan intervensi dalam kondisi apapun yang membuka kesempatan bagi Rusia melakukan intervensi di negeri-negeri anggota organisasi keamanan kolektif itu. Karena misi kekuatan reaksi cepat itu tidak ditentukan, maka Karimov meminta misinya dibatasi hanya ketika terjadi serangan dari luar negeri terhadap negara-negara anggota organisasi itu saja. Dan agar kekuatan selain kekuatan negara anggota tidak menjaga wilayah negara yang sama. Artinya ia menolak masuknya kekuatan (militer) Rusia ke wilayah Uzbekistan dan melakukan reaksi apapun terhadap ancaman bagi pengaruh Rusia di Uzbekistan dan di kawasan.

Begitulah, Uzbekistan saat ini bertolak belakang dengan Kirgistan yang menyetujui perjanjian itu bahkan lebih dari itu mengizinkan Rusia membangun pangkalan militer kedua di wilayahnya. Dan Uzbekistan tidak berkontribusi di dalam manuver-manuver yang terjadi saat ini sejak 26 Agustus lalu di kawasan Organisasi Keamanan Kolektif (CSTO) yang berlangsung hingga 15 Oktober mendatang. Tindakan Uzbekistan bisa dianggap mirip dengan pembekuan keanggotaannya di organisasi tersebut. Akan tetapi hal itu belum dilakukan secara terbuka dan resmi. Bukan itu saja, bahkan Uzbekistan menolak pendirian pangkalan militer kedua Rusia di Kirgistan karena itu mengancam entitasnya di mana pangkalan itu akan dibangun berdekatan dengan perbatasan Uzbekistan di wilayah lembah Farghana. Kantor berita Novosti pada tanggal 5 Agustus 2009 melansir bahwa Uzbekistan mengumumkan seperti yang dinyatakan di dalam keterangan yang dirilis oleh kantor berita Jahon yang berada di bawah kementerian dalam negeri Uzbekistan pada tanggal 3 Agustus 2009 bahwa, “Uzbekistan melihat tidak ada urgensi serius untuk melaksanakan langkah khusus dengan membangun pangkalan militer Rusia yang lain sebagai tambahan pangkalan militer Rusia di Kant sebelah utara Kirgistan.“ Keterangan itu menunjukkan bahwa penyebaran pangkalan baru bisa menyebabkan instabilitas di kawasan. Juga dinyatakan di dalam keterangan departemen luar negeri Uzbekistan: “Pelaksanaan semisal rencana itu di kawasan pertemuan perbatasan tiga negara Asia Tengah akan memberikan dorongan percepatan militerisasi kawasan dan memicu berbagai bentuk konfrontasi nasional dan memicu kekuatan radikalisme ekstremisme“ (Novosti, 3 September 2009). Semua itu menunjukkan bahwa rezim Karimov di Uzbekistan mulai menjauh dari Rusia akhir-akhir ini. Dan sebaliknya mulai mendekat secara jelas ke Amerika. Diantara indikasi hal itu adalah:

· Pada tanggal 18 Agustus 2009 presiden rezim di Uzbekistan, Karimov menyatakan di dalam pertemuannya dengan David Petraeus di Tasqend ibukota Uzbekistan: “Uzbekistan siap untuk memperluas kerjasama konstruktif dengan Amerika Serikat di atas asas doktrin-doktrin penghormatan timbal balik dan kerjasama seimbang“ (Novosti, 18 Agustus 2009 M). Sedangkan jenderal Amerika, Petraeus membalas pernyataan itu bahwa : “Ia menyambut upaya yang dikerahkan oleh Uzbekistan untuk mendukung stabilitas di Afganistan dan keamanan di kawasan“ (Novosti, 18 Agustus 2009 M). Hal itu menunjukkan bahwa Karimov menampakkan hasratnya untuk kembali loyal kepada Amerika dan mengaitkan diri dengan Amerika. Sesuatu yang memutuskan hubungan sebelumnya antara Karimov dan Amerika adalah penolakannya terhadap permintaan Amerika bagi masuknya inspektor barat untuk menyelidiki pembantaian di Andijan, sehingga Amerika mengeluarkan sanksi terhadapnya. Maka Karimov memalingkan wajahnya ke Rusia sebagai sandaran alaminya. Ketika Amerika melupakan tragedi Andijan, Karimov kembali berjalan ke arah Amerika. Akhirnya Amerika mencabut sanksi terhadap rezim Karimov di Uzbekistan.

· Amerika Serikat yang melihat ada kerikil antara Uzbekistan dan Rusia tidak menyia-nyiakan kesempatan itu dan berupaya mengembangkan hubungannya dengan Uzbekistan. Amerika menandatangani perjanjian dengan Uzbekistan untuk mentransformasi kargo-kargo NATO dari Uzbekistan ke Afganistan (sumber: Pusat Pengkajian Strategis Nasional tanggal 4 April 2009). Namun, hubungan antara pemerintah Uzbekistan dan pemerintah Amerika tidak terbatas pada yang demikian saja. Bahkan pemerintah Amerika Serikat mengeluarkan surat ucapan selamat kepada Uzbekistan pada saat peringatan hari kemerdekaannya yang ke-18. Dan berikutnya Karimov menerima kunjungan dubes Amerika di Uzbekistan Richard Norland. Sebelum itu pada tangal 18 Agustus, Karimov menerima kunjungan komandan militer gabungan pusat Amerika Serikat jenderal David Petraeus dan ketika itu ditandatangani perjanjian kerjasama dua negara yang meliputi program-program militer, pelatihan dan pengajaran profesional.

Begitulah, Karimov dari sisi ini berubah-ubah. Fakta Karimov saat ini ia menjauh dari Rusia dan mendekat ke Amerika.

3. Tajikistan

Kondisi politik di Tajikistan mirip dengan kondisi politik di Kirgistan. Rahmonov presiden Tajikistan memiliki loyalitas kepada Rusia. Ia mengingat pemberian Rusia terhadapnya yang telah melindungi mahkotanya. Akan tetapi ia mengamankan kepentingan-kepentingan Amerika sehingga Amerika tidak akan memicu kekacauan melawannya. Amerika memiliki banyak pendukung di Tajikistan akan tetapi hingga detik ini mereka tidak berada dalam kondisi yang memungkinkan untuk merubah pengaruh Rusia. Maka sekarang Amerika mencukupkan diri dengan terealisasinya kepentingan-kepentingannya … minimal sejauh yang bisa diperkirakan.

Pemerintahan di Tajikistan saat ini terpusat di tangan presiden saat ini, Imomali Rahmonov, berkat bantuan militer Rusia setelah perang sipil dari tahun 1992 hingga 1997. Ia bersama gerakan-gerakan yang berperang melawannya, semisal Gerakan Rakyat dan Partai Kebangkitan Islam, berhasil mencapai kesepakatan bahwa akan dilangsungkan pemilu dan jabatan presiden hanya untuk satu kali masa jabatan yang lamanya lima tahun. Setelah itu akan dilangsungkan pemilu yang bebas. Akan tetapi Rahmonov menambah masa jabatannya pada periode pertama sampai tujuh tahun. Kemudian ia menyelenggarakan referendum atas amandemen konstitusi agar ia tetap berada di tampuk pemerintahan hingga tahun 2020. Pada tahun 2001 meletus kekacauan akibat amandemen itu. Rusia membantunya menghadapi kekacauan itu dan mengamankan pemerintahannya.

Begitu juga, Rusia pada masa Putin telah memperkokoh hubungannya dengan Rahmonov. Rusia berhasil membangun pangkalan militer kedua di Tajikistan pada bulan Agustus 2008 sejauh 20 km dari ibu kota Dushanbe. Perlu diketahui bahwa Rusia memiliki pangkalan militer besar di Tajikistan yang sejarahnya berawal dari tahun 1943 yang disebut pangkalan no. 201. Rusia juga memiliki stasiun Okno di Tajikistan untuk mengawasi satelit dan rudal balistik. Tajikistan pada Juni 2008 M telah menyetujui pemilikan Rusia atas stasiun itu untuk jangka waktu 49 tahun. Tajikistan sangat penting bagi Rusia dari sisi strategi. Maka Rusia mencengkeramnya dan berupaya menjaga eksistensinya di Tajikistan. Karena itu, Rusia mendukung Rahmonov dan rezimnya secara terang-terangan karena jaminan Rahmonov atas semua potensi milik Rusia di Tajikistan. Rusia berupaya mengikat Tajiksitan secara ekonomi untuk melanggengkan dominasi Rusia secara terus menerus di sana. Rahmonov mengingat pemberian Rusia terhadapnya atas bantuan yang diberikan kepadanya dan didudukkannya ia di pemerintahan dan dikokohkannya kekuasan dia. Rahmonov mengikutsertakan negaranya dalam perjanjian keamanan kolektif (Collective Security Treaty Organization-CSTO) yang diatur oleh Rusia. Rahmonov juga setuju untuk berkontribusi dalam kekuatan reaksi cepat dengan kepemimpinan Rusia. Banyak dari masyarakat di Tajikistan bersandar kepada pengiriman uang dari putera-putera mereka yang bekerja di Rusia. Dimana jumlah mereka mencapai setengah juta dari jumlah penduduk yang mencapai tujuh juta. Tajiskistan adalah anggota di organisasi Shanghai Cooperation yang dikelola oleh Rusia dengan bantuan China. Dan terakhir Rusia dan China melakukan manuver peperangan di Tajikistan pada tanggal 18 April 2009 M.

Meski demikian, Rahmonov melakukan tindakan seperti yang dilakukan Bakijev atas persetujuan Rusia, agar tidak memprovokasi Amerika bahkan merealisasikan kepentingan-kepentingan Amerika yang akan membuat Amerika diam tidak melakukan pergerakan menentangnya. Atas dasar itu, sebagaimana ia mengizinkan perusahaan Rusia melaksanakan proyek-proyek yang nilainya mencapai 2,5 miliar dolar, ia juga memberikan izin kepada perusahaan-perusahaan Amerika dan Eropa serta China untuk melaksanakan proyek-proyek dan berbagai aktifitas perdagangan di Tajikistan. Rahmonov telah menawarkan kepada Amerika untuk memanfaatkan bandara-bandara di Tajikistan… Demikian pula terakhir ia pada tanggal 20 Februari 2009 M mengizinkan suplay logistik Amerika melalui wilayah Tajikistan menuju Afganistan dengan memanfaatkan jaringan rel kereta Tajikistan. Wakil komandan militer Amerika admiral Mark Harnichek yang berkunjung ke Tajikistan menyatakan hal itu: “Kami berniat mengangkut sekitar lima puluh sampai dua ratus kontainer setiap minggu dari Uzbekistan ke Tajikistan lalu ke Afganistan. Tajikistan sangat penting mengingat Tajikistan adalah yang paling dekat dengan pangkalan kami“ (Aljazeera, 20 Februari 2009). Semua itu karena Rahmonov memahami bahwa Amerika memiliki kekuatan di Tajikistan yang bisa mempengaruhi pemerintahannya jika Amerika tidak puas atas kepentingan-kepentingannya di Tajikistan dan berikutnya menggerakkan para pengikutnya secara serius dan efektif.

Penting untuk disebutkan bahwa di sana sampai batas tertentu terdapat kecenderungan rakyat dan partai di Tajikistan yang menyerukan pemutusan keterikatan dengan Rusia. Di sana terdapat kekuatan di militer dan di dalam rezim yang menyerukan hal itu. Dan Rahmonov memahami perkara itu. Karena itu, ia melakukan seperti yang ia lakukan untuk mencari kerelaan Amerika dan memuaskan Amerika atas kepentingan-kepentingannya supaya Amerika diam. Demikian pula ia melakukan sesuatu untuk menyenangkan kecenderungan rakyat melawan Rusia. Karena itu, ia melakukan pergerakan terbuka yang menampakkan kejauhan secara relatif dari Rusia, di mana ia menyeru komandan penjaga perbatasan Tajikistan secara terbuka untuk menarik kekuatan Rusia dari Tajikistan. Ia juga menghentikan saluran televisi yang menggunakan bahasa Rusia di Tajikistan dan menjadikan bahasa Tajik sebagai bahasa resmi tanpa bahasa Rusia. Meski tindakan-tindakan itu membangkitkan sensitivitas dengan Rusia, namun Rahmonov tetap saja mendekat ke Rusia sebagaimana jelas di awal pembicaraan tentang Tajkistan ini.

Tajikistan penting secara strategis karena posisinya yang berdampingan dengan Afganistan. Pegunungan Tajikistan di bagian tenggara bersambung langsung dengan gunung Afganistan. Dan panjang perbatasannya dengan Afganistan sekitar 1207 km. Demikian juga, perbatasannya dengan China yang mencapai 414 km. Maka urgensi Tajikistan dari sisi ini seperti urgensi Kirgistan dalam hal berdampingannya dengan China. Karena itu, Amerika tidak akan pernah mengabaikan Tajikistan. Dan kemungkinan, Amerika akan berupaya menarik Tajikistan ke pihaknya begitu kesempatan itu terbuka.

4. Turkmenistan

Pada masa presiden sebelumnya, Saparmyrat Ataýewiç Nyýazov, ia loyal kepada Rusia dan mengarah ke Rusia dalam sebagian besar kebijakannya. Akan tetapi presiden sekarang, Gurbanguly Mälikguliýewiç Berdimuhamedov, yang memegang tampuk pemerintahan setelah Nyyazov pada Desember 2006, dalam kebijakannya berjalan lebih terbuka dan mendekat ke barat, khususnya mendekat ke Amerika. Pada November 2007 dalam konferensi Jumat, ia mengundang para pejabat Amerika dan Eropa dalam sektor energi dan direktur-direktur perusahaan BB dan Chevron, di samping perusahaan-perusahaan Rusia. Ia ingin mengungkapkan kepada mereka bahwa ia ingin bertransaksi dengan semua pihak. Itulah yang tampak dari perjanjian-perjanjian yang dilakukannya dengan berbagai pihak yang berbeda:

· Pada Mei 2007 M, ia menandatangani perjanjian Rusia dengan Turkmenistan dan Kazakhstan untuk membangun jaringan pipa baru yang mengizinkan kelangsungan suplay gas dari Asia Tengah di bawah kendali perusahaannya Gazprom untuk memonopoli ekspor sebagian besar gas dari Turkmenistan. Putin menilai hal itu sebagai kemenangan bagi Rusia. Ia mengatakan: “Perjanjian ini mencerminkan kemenangan bagi Rusia yang membeli gas dari Turkmenistan dengan harga lebih rendah dari harga yang ditawarkan di pasar“ (BBC, 17/5/2007). Dahulu mantan presiden Turkmenistan, Nyyazov yang memimpin Turkmenistan selama dua dekade, membatasi monopoli gas di Tukrmenistan menjadi milik Rusia saja dan menghalanginya dari pihak yang lain. Atas dasar itu, Rusia saat ini, akibat perjanjian terdahulu, membeli 90 % gas Turkmenistan yang setara dengan 50 miliar meter kubik per tahun. Rusia membelinya dengan harga 100 dolar per 1000 meter kubik gas dan menjualnya ke Eropa dengan harga mencapai 250 dolar bahkan lebih dari harga itu pada musim dingin hingga mencapai 345 dolar per 1000 meter kubik. Rusia membeli gas itu pada masa Nyyazov dengan harga 35 dolar sampai dinaikkan harganya menjadi 70 dolar kemudian dinaikkan lagi menjadi 100 dolar. Rusia mendapatkan keuntungan sangat besar dari gas kaum muslim di Turkmenistan. Meskipun harga telah dinaikkan dari harga semula, namun Rusia tetap saja memperoleh keuntungan besar dari kekayaan gas itu.

· Sebaliknya Berdimuhamedow secara doktrinal menyetujui pembangunan jaringan pipa gas laut Kaspia di dalam proyek yang didukung oleh Amerika. Tujuannya adalah meminimalkan ketergantungan Eropa terhadap jaringan pipa gas Rusia. Yaitu jaringan pipa yang terakhir ditandatangani perjanjian pembangunannya oleh Amerika dan Eropa di Turki dan disebut jaringan pipa Naboko. Jaringan pipa ini membentang dari Turkmenistan ke Azerbaijan untuk disambungkan dengan jaringan pipa Naboko melalui Turki ke Eropa. Reuters pada tanggal 24 April 2009 M mengutip seorang pejabat Amerika yang tidak disebutkan namanya, ia berkata: “Turkmenistan merupakan sumber besar lainnya yang mungkin bagi proyek Naboko yang didukung oleh Uni Eropa. Akan tetapi hal itu menuntut Bruksel memberikan penawaran-penawaran yang nyata terkait dengan implementasinya“.

· China juga memiliki aktifitas dalam bidang ini. Presiden China Hu Jin Tao telah berkunjung ke Turkmenistan pada April 2006 M pada masa presiden sebelumnya Nyyazov yang hubungannya dengan Rusia dan China memang kuat dan bersekutu. Presiden China pada waktu itu berjanji akan membeli 30 miliar meter kubik gas per tahun dari Turkmenistan. China membangun jaringan pipa gas dari sungai Amudariya di timur Turkmenistan hingga mencapai China. Terakhir China megumumkan, tepatnya pada 30 Agustus 2009 M, bahwa China akan mengembangkan tambang gas di Turkmenistan oleh salah satu perusahaan China yaitu Petrochina dengan nilai 3 miliar dolar. Jadilah China memberi utang kepada Turkmenistan ratusan juta dolar untuk membantuk Turkmenistan dalam mengembangkan industrinya disebabkan ketamakan China terhadap kekayaan Turkenistan yang sangat besar. Total produksi Turkmenistan berupa gas pada tahun 2006 mencapai 62,2 miliar meter kubik per tahun. Dan angka itu akan dinaikkan sampai mencapai 120 miliar meter kubik pada tahun 2010.

· Bujukan-bujukan Amerika dan Eropa kepada Turkmenistan bahwa Turkmenistan akan bisa menjual sendiri gas ke Eropa dengan tingkat harga tersebut melalui jaringan pipa Naboko yang akan siap beroperasi pada tahun 2014, maka hal itu akan menjadikan keuntungan bukan menjadi milik Rusia. Bujukan itu berhasil membujuk Turkmenistan sehingga condong ke Amerika dan Barat. Karena Turkmenistan adalah negara kecil sehingga tidak mampu memaksa Eropa atau menekannya seperti yang dilakukan Rusia bahkan sebaliknya Turkmenistan akan jadi berada di bawah belas kasihan Amerika dan Eropa setelah pengoperasian jaringan pipa gas Kaspia, mengingat jaringan pipa Naboko akan mengambil gas dari sejumlah negara. Akan tetapi Amerika akan bisa mengobok-oboknya ketika Amerika berhasil mengontrol sumber-sumber gas. Turkmenistan memiliki cadangan gas yang sangat besar mencapai 100 triliun meter kubik dan merupakan produsen gas terbesar di kawasan ini bahkan pada tingkat global. Turkmenistan juga memiliki cadangan minyak mencapai 80 miliar barel. Hanya saja minyak saat ini belum dipompa keluar dalam jumlah yang besar. Produksi minyak Turkmenistan tidak melebihi angka 200 ribu barel per hari. Akan tetapi direncanakan produksinya di masa depan akan ditingkatkan hingga mencapai 2 juta barel per hari.

Berkaitan dengan Amerika, sebagian suplay minyak untuk logistik perang di Afganistan datang dari Turkmenistan. Disamping ada jaringan pipa gas “Trans Afganistan“ yang membentang dari Turkimenistan ke Afganistan yang mengalirkan 1,1 miliar meter kubik gas pertahun ke sana. Maka Turkmenistan dari aspek ini juga menjadi penting bagi Amerika. Tujuannya untuk menguasai seluruh sumur minyak dan gas di Turkmenistan bahkan di seluruh dunia untuk mengontrolnya dan mempertahankan hegemoninya dan cengkeramannya terhadap semua itu sehingga Amerika bisa menjaga posisi globalnya sebagai negara adidaya dan untuk meminimalkan pengaruh negara-negara besar seperti Rusia atau yang lain. Hal itu disamping bisa diraihnya keuntungan sangat besar dalam bidang energi. Karena itu Amerika melakukan aksi dan mengkonsentrasikannya terhadap Turkmenistan karena keberadaannya sebagai salah satu sumber minyak dan gas sangat besar -Rusia sengaja bergerak untuk mengambilnya dari Turkmenistan atau untuk menguasai sebagian besarnya- sehingga Amerika akan bisa mengontrolnya baik ekspor maupun impornya. Juga supaya Amerika bisa mengekspor gas dan minyak itu ke Eropa menggantikan Rusia dan untuk mempertahankan Eropa berada di basah belas kasihan dan dominasinya. Demikian juga untuk memperlemah posisi Rusia dan persekutuannya dengan Eropa. Dan untuk itu terjadilah pertarungan untuk menguasai kekayaan gas Turkmenistan itu. Dan di masa depan minyak Turkmenistan akan memiliki peran utama di dalam pertarungan itu.

Meski semua itu, Turkmenistan tetap memiliki ikatan ekonomi yang besar dengan Rusia. Turkmenistan belum bisa membebaskan diri dari ikatan itu sama sekali. Amerika mengelilinginya untuk menjeratnya dan mengeluarkannya dari daerah pengaruh Rusia. Rusia menyadari hal itu. Rusia, ketika Turkmenistan meminta harga gas dinaikkan, Rusia segera memenuhinya karena khawatir Turkmenistan akan berjalan ke arah yang lain dalam bertransaksi sehingga Turkmenistan akan merujuk ke Amerika dan Barat agar membantunya melawan Rusia dalam hal itu. Proyek Naboko yang akan mengalirkan banyak gasnya ke Eropa, jauh dari Rusia, merupakan sarana untuk mengeluarkan Turkmenistan dari daerah pengaruh Rusia. Penting untuk disebutkan, bahwa Turkmenistan tidak menjadi anggota di dalam Organisasi Keamanan Kolektif (CSTO), organisasi kekuatan reaksi cepat atau organisasi kerjasama Shanghai (Shanghai Cooperation Organization-SCO). Juga tidak ada pangkalan militer Rusia di Turkmenistan. Masalah perhatian Rusia, Amerika dan Barat terhadap Turkmenistan dan sampai batas tertentu dari China, pada peringkat pertama adalah dari aspek ekonomi karena Turkmenistan kaya akan gas dan minyak.

5. Kazakhstan

Kazakhstan merupakan negara dengan wilayah terluas di Asia Tengah di mana luas wilayahnya mencapai 2,7 juta kilometer persegi. Sementara jumlah penduduknya adalah sangat kecil jika dibandingkan luas wilayahnya yaitu antara 15 sampai 17 juta jiwa. Kazakhstan sangat penting bagi Rusia untuk melakukan percobaan nuklir di sana. Rusia melakukan percobaan nuklir di kawasan Semipalatinsk Kazakhstan sebanyak 500 kali. Presiden Kazakhstan, Nursultan Nazarbayev, pada 29 Agustus 2009 M menandatangani penutupan area percobaan tersebut. Kazakhstan menandatangani larangan percobaan nuklir pada 24 September 2009 M. Amerika berupaya memperkuat hubungannya dengan Kazakhstan karena pentingnya posisi geostrategis Kazakhstan dan karena kaya akan minyak dan gas. Di Kazakhstan terkandung minyak yang mencapai 100 miliar barel. Saat ini Kazakhstan memproduksi lebih dari satu juta barel minyak per hari. Dan Kazakhstan tengah menunggu untuk bisa menaikkan produksi minyaknya pada tahun 2015 menjadi 2,5 juta barel per hari. Di Kazakhstan juga terkandung kekayaan gas yang mencapai 150 triliun meter kubik. Hal itu membuat negara-negara imperialis barat, terutama Amerika berupaya menguasai kekayaan itu dan menjadikannya bekerja untuk meluaskan pengaruhnya ke negeri Islam yang besar dan kaya akan kekayaan alam itu. Akhirnya keterikatan Kazakhstan dengan Amerika menjadi kuat. Presiden Kazakhstan memberi keistimewaan kepada perusahaan-perusahaan Amerika untuk menanamkan investasi dalam bidang perminyakan dan gas serta bidang lainnya. Sehingga perusahaan-perushaan Amerika menjadi investor utama dalam industri minyak dan gas di Kazakhstan. Dick Cheney yang kemudian menjadi wakil presiden, dahulu pada pertengahan 90-an bekerja di dewan penasehat untuk minyak di Kazakhstan dan melakukan transaksi untuk perusahaan-perusahaan Amerika. Diantaranya adalah transaksi untuk perusahaan Chevron yang waktu itu Condoliza Rice bekerja sebagai CEOnya. Hubungan Kazakhstan-Amerika mencapai puncaknya saat dilakukan kunjungan presiden Kazakhstan Nursultan Nazarbayev pada bulan Juni 2006 M ke Amerika dan bertemu dengan presiden AS waktu itu George W Bush. Di dalam keterangan bersama yang dikeluarkan oleh keduanya dinyatakan bahwa : “Kerjasama di antara kedua negara dalam bidang energi akan membantu perusahaan-perusahaan Amerika dalam melakukan eksplorasi cadangan minyak besar dan gas di Kazakhstan dan di kawasan yang berdekatan dengan laut Kaspia“ (BBC, 30/6/2009). Pada bulan Februari yang lalu Kazakhstan setuju mengizinkan Amerika mengangkut suplay logistiknya melalui wilayah Kazakhstan untuk mensuplay pasukan Amerika dan NATO yang memerangi kaum muslim di Afganistan. Kepala Staf Angkatan Bersenjata Rusia Nikolay Makarov pada akhir tahun lalu mengungkap tentang: “Rencana Washington untuk membangun pangkalan militer Amerika di Uzbekistan dan Kazakhstan“ (Asharqul Awsath, 18/12/2008). Kazakhstan memiliki perbatasan yang panjang dengan Rusia yang panjangnya mencapai 6846 km. Karena itu Kazakhtsan penting bagi Amerika dari aspek strategi dan ekonomi. Kazakhstan berafiliasi dalam kerjasama demi perdamaian dengan NATO. Kazakhstan bisa dinilai sebagai sekutu terbesar bagi Amerika Serikat di Asia Tengah.

Disamping itu, Kazakhstan adalah negara yang berbatasan langsung dengan laut Kaspia. Laut Kaspia sangat kaya akan kekayaan ikan khususnya ikan Kafiyar, di mana Rusia per tahunnya menghasilkan ikan tersebut yang nilainya mencapai 400 juta dolar. Laut Kaspia juga mengandung cadangan minyak yang sangat besar mencapai 200 miliar barel dan cadangan gas sebesar 600 triliun meter kubik. Dan permainan Amerika dan semua negara barat sampai di laut Kaspia. Laut Kaspia merupakan laut tertutup dan merupakan kawasan strategis dan ekonomis karena kekayaan minyak dan gasnya.

Meski demikian, Rusia memiliki pilar-pilar yang berpengaruh di Kazakhstan. Kazakhstan tetap menjadi stasiun peluncuran wahana antariksa Rusia. Kazakhstan memiliki ikatan yang kuat dengan Rusia, di mana banyak penduduk Kazakhstan berasal dari bangsa Rusia. Jumlah mereka termasuk yang paling tinggi di kawasan Asia Tengah, yaitu mencapai antara 30 % – 40 %. Maka Rusia ortodoks tetap memiliki pengaruh karena ikatan nasionalisme dan aliran mereka dengan penduduk asli Rusia. Meskipun kaum muslim berjumah paling besar mencapai 60 %.

Pada akhir-akhir ini Kazakhstan menampakkan kedekatan dengan Rusia di mana Rusia juga memberikan prioritas yang besar kepada Kazakhstan. Rusia menjadikan Kazakhstan di samping China termasuk pendiri organisasi Shanghai Cooperation (SCO). Kazakhstan menjadi anggota Perhimpunan Negara-Negara Merdeka (CIS – Commonwealth of Independent States). Juga menjadi anggota di Organisasi Keamanan Kolektif (CSTO) yang dikelola oleh Rusia. Juga menjadi anggota perhimpunan ekonomi Aurasia yang didirikan pada tahun 2000 M … Kazakhstan juga ikut berkontribusi di dalam kekuatan reaksi cepat yang pendiriannya didekarasaikan oleh Rusia. Begitu pula China berupaya memperkuat hubungan-hubungannya dengan Kazakhstan. China memperpanjang jaringan pipa minyak dari Kazakhstan yang membentang sepanjang 1240 km untuk mensuplay kebutuhan minyak China yang terus meningkat.

Begitulah, Nazarbayev ingin mempertahankan hubungannya dengan Rusia dan China agar tetap kuat. Ia mengungkapkan kebijakannya: “Jika kita berbicara tentang apakah menoleh ke timur atau ke barat maka saya jawab bahwa kita dan Turkmenistan memiliki pendekatan pragmatis“ (Interfax Rusia, 17/5/2007). Artinya ia menentukan politiknya sesuai dengan kondisi dan kepentingan masa kini. Karena itu, meksipun persekutuannya dengan Amerika sampai pada tingkat loyal, dan meskipun terungkap bahwa Amerika memiliki rencana untuk mendirikan pangkalan militer di Kazakhstan, kemudian Amerika diberi bagian terbesar dalam hal investasi dalam bidang minyak dan gas … meskipun semua itu Nazarbayev tidak ingin memutuskan jalan atas hubugan yang kuat dengan Rusia sehingga tidak akan mengancam rezimnya.

Ringkasnya:

Rusia berupaya mempertahankan pengaruhnya dan memperkuatnya di Asia Tengah dengan berbagai jalan dan sarana. Baik melalui jalan mengikat perjanjian regional seperti Perhimpunan Negara-Negara Merdeka (CIS – Commonwealth of Independent States) yang dahulu dibentuk oleh Rusia pasca runtuhnya Uni Soviet. Juga seperti Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO – Collective Security Treaty Organization) dan pembentukan kekuatan reaksi cepat. Atau melalui jalan perjanjian dan kesepakatan bilateral dengan masing-masing negara, di antaranya pendirian pangkalan militer di setiap negara, sehingga negara-negara itu tidak terlepas dari tangannya dan Rusia berhasil memperkuat pengaruhnya di sana. Demikian juga Rusia berupaya bersandar kepada China secara regional dan internasional. Maka Rusia bersama dengan China mendirikan organisasi kerjasama Shanghai (SCO – Shanghai Cooperation Organization) dan menyertakan negara-negara Asia Tengah di dalamnya. Demikian pula berbagai perjanjian dan proyek ekonomi… Rusia dalam hal itu menggunakan pilar-pilar lamanya yang telah dibangun pada masa Uni Soviet dahulu…

Demikian juga Amerika menggunakan bujukan bantuan keuangan kepada negara-negara Asia Tengah disamping peringatan kepada negara-negara itu dengan kekuatan para pengikut Amerika di dalam negara-negara itu untuk memicu kekacauan … Artinya Amerika menggunakan cara “wortel dan tongkal“. Sebagaimana Amerika juga beraksi untuk mengecilkan Rusia di dalam pandangan negara-negara itu dan negara-negara Kaukasus serta Eropa Timur sehingga tidak menakutkan mereka dan supaya negara-negara itu terdorong untuk berani menyalahi Rusia dan melepaskan diri dari cengekeramannya. Joe Biden wakil presiden Amerika Serikat mengatakan setelah kunjungannya di Georgia dan Ukrania: “Rusia tidak lain hanyalah sekutu kecil bagi Amerika Serikat akibat kerugiannya atas peran strategisnya di masa lalu“. Ia juga mengatakan: “Lemahnya perekonomian Rusia akan mendorong Moskow memberikan konsesi kepada Barat khususnya, melepaskan diri dari dominasinya atas negara-negara bekas Uni Soviet dahulu, dan setuju untuk mengurangi kemampuan nuklirnya“ (Wall Street, 26/7/2009). Dan itu menjelaskan sikap negara-negara Asia Tengah di mana mereka memahami kelemahan Rusia terhadap Amerika sehingga mereka berupaya menyenangkan Amerika bahkan berupaya berjalan ke arah Amerika.

Hasil dari pertarungan yang bergolak itu di Asia Tengah maka kondisi politik di Asia Tengah bisa diringkas sebagai berikut:

Di Krigistan dan Tajikistan, loyalitas terbesar saat ini diberikan kepada Rusia disertai upaya memuaskan Amerika atas kepentingan-kepentingannya dan tidak memprovokasi Amerika dengan jalan berdiri menghadangnya. Hal itu sebagai penjagaan terhadap stabilitas kondisi politik di kedua negara itu yang bisa saja menjadi kacau jika Amerika menggerakkan para pengikutnya di kedua negara itu secara kuat, serius dan efektif.

Di Uzbekistan, saat ini sedang condong kepada Amerika seraya tetap memperhatikan sikap plin plan Karimov.

Sedangkan di Turkenistan dan Kazakhstan, keduanya merupakan wilayah persaingan “permainan“ politik dan ekonomi bagi Amerika dan Rusia, dan pada batas tertentu bagi China dari aspek ekonomi.

Akan tetapi yang benar-benar menyakitkan adalah bahwa kedua pihak yang bertarung dan bersaing itu, juga para penguasa saat ini di kawasan Asia Tengah itu, semuanya memerangi Islam dan para aktivisnya. Semuanya menghambur-hamburkan kekayaan kaum muslim di Asia Tengah sehingga membuat kaya musuh-musuh Islam. Pada saat yang sama masyarakat secara umum di Asia Tengah hidup dalam penderitaan dan kesempitan hidup.

Sesungguhnya Asia Tengah dengan posisinya yang penting dan kekayaannya yang besar akan kembali kepada kaum muslim dengan izin Allah ketika Khilafah mereka berdiri melalui tangan para aktivis yang jujur dan mukhlis semata demi Islam. Hal itu tidaklah jauh dari kita insya Allah. Dan pada hari itu kaum mukmin akan bergembira karena pertolongan Allah.

29 Ramadhan 1430 H

19 September 2009 M

3 comments

  1. Sebuah ideologi sejatinya akan terus memperluas pengaruhnya dan meggemukan para penganutnya hingga menduduki hegemoninya.Hal tersebut yang tengah dilakukan Kapitalisme saat ini dengan AS sebagai kendaraannnya yg pasca PD II muncul sebagai negara adidaya mengalahkan Unu Soviet.Meski Komunis telah sekarat namun Kapitalisme melaliu AS tetap siap menjaga gawang termasuk di Asia Tengah agar “bola politik” ideologi lain tidak bersarang di gawangnya, terutama ideologi Islam yg mampak mulai menggeliat di berbagai belahan dunia .Sudah dapat dipastikan Indonesia pun tak luput menjadi target kepentingan langkah politik AS sekarang dan masa yang akan datang. Oleh karena itu merupakan hal yang wajar bila pertahanan keamanan dan militer menjadi back up utama AS untuk dapat menjaga kepentingannya tersebut. Pangkalan militer, loby-loby dengan penguasa negeri-negeri muslim, sampai issue terorisme terus digulirkan bak bola salju yg kian cepat membesar dan kencang menggelinding di benak umat hingga membuat sejumlah antek AS tak kuasa menentang titah sang majikan.Akankah Indonesia bernasib sama seperti Asia Tengah yang para penguasanya dikenal represif kepada Isalm dan para Pejuangnya…?.Wallahu A’lam bishawab.. .

  2. syukriya al-asyik

    pergolakan ideologi adalah sebuah keniscayaan. Sungguh telah nyata bagaimana para pemimpin kaum mislimin di asia tengah pasca keruntuhan daulah khilafah berusaha menjalin hubungan dengan AS dan rusia (sebagai negara yang membawa ideologi)dan mereka turut serta memerangi islam dan kaum muslimin. Sudah saatnya kondisi ini diakhir.Semoga pertolongan Allah dengan berdirinya KHILAFAH tsaniyah ‘ala manhaj nubuwah SEGERA DATANG berdiri TEGAK melindungi kaum muslimin dan mengembalikan kewibawaannya di seluruh dunia. ALLAHU AKBAR!!! .

  3. Subhanallah telah terbukti orang rong yang cerdas.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*