Baghdad- Taha Al-Lahibi, seorang anggota parlemen Irak menuduh Amerika dan Iran berada di balik eskalasi kekerasan di beberapa kota Irak selama sebulan ini.
Surat kabar London “Al Quds Al Arabi” mengutip dari Al-Lahibi: “Bahwasannya kelompok-kelompok itu terkait erat dengan militer AS, sementara yang lain terkait erat dengan Iran dan Al-Qaeda. Mereka melaksanakan operasi bersenjata dengan memanfaatkan kinerja aparat keamanan yang buruk, dan ketidakmampuan mereka untuk menciptakan keamanan dan stabilitas di negara ini.”
Al-Lahibi menjelaskan: “Al-Qaeda telah menjadi kelompok yang anggotanya banyak disusupi oleh Amerika, Iran, dan kelompok-kelompok lain. Selanjutnya, mereka melaksanakan operasi kriminal di dalam negeri melalui sebuah konflik berdarah, di mana korbannya adalah rakyat Irak. Semua ini dilakukan untuk mengacaukan situasi politik dan keamanan, serta menciptakan suasana teror dan ketidakstabilan.”
Dia melanjutkan: “Berbagai aksi kekerasan akan semakin meluas selama periode ke depan. Negeri ini akan diwarnai oleh gelombang pembantaian di semua kekuatan, tanpa kecuali, khusunya menjelang proses pemilu legislatif pada bulan Januari mendatang, dengan tujuan menciptakan suasana yang tidak kondusif, yang memperburuk proses politik di negeri ini.”
Sementara itu, gedung Departemen Kehakiman pada tanggal 25 bulan ini telah menjadi sasaran penegboman menggunakan sebuah truk, yang tidak lama beselang disusul dengan ledakan sebuah bus di dekat gedung Dewa Provinsi Baghdad, di distrik Shalihiyah, yang menyebabkan lebih dari 155 orang meninggal, sedangkan lebih dari 600 orang lainnya menderita luka-luka. Di samping itu, puluhan orang meninggal dan luka-luka akibat ledakan, pembunuhan, dan aksi kekerasan yang terjadi di berbagai kota, seperti di Mosul, Ramadi, Kirkuk, dan Karbala, demikian menurut statistik dari tentara dan polisi Irak, serta dari sumber medis. (mediaumat.com, 1/11/2009)