Sebulan pascagempa, sekitar 7.800 korban gempa di Nagari Tanjung Bonai, Kecamatan 2×11 Enam Lingkung, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat, masih tidur di tenda. Sebab, rumah yang roboh dan rusak berat belum diperbaiki.
Demikian laporan dari hasil kunjungan Pejabat Gubernur Sumbar Marlis Rahman di Tanjung Bonai, Minggu (1/11).
Kunjungan itu berkaitan dengan peresmian fasilitas radio darurat yang diberi nama Studio Tenda RRI Pelipur Lara bagi korban gempa dalam bentuk radio komunitas yang akan dibina Radio Republik Indonesia (RRI).
Guncangan gempa 7,9 SR pada 30 sepetember 2009 menyebabkan 355 unit rumah masyarakat rusak berat dan sebagian besar roboh hingga tidak dapat ditempati lagi, sehingga para penghuninya hingga kini tidur di tenda. “Warga yang masih mengungsi di tenda tersebut mencapai 7.800 orang,” kata Wali Nagari Tanjung Bonai.
Sebagian tenda tempat mengungsi itu dibangun sendiri oleh warga secara darurat, dan sebagian lagi merupakan sumbangan dari pemerintah, LSM, perusahaan dan donatur lain. Selain itu, banyak pula warga mendirikan rumah darurat dari kayu, papan dan atap seng yang diambil dari bangunan rumah mereka yang telah roboh akibat gempa.
Untuk membangun kembali rumah-rumah yang roboh dan rusak berat, warga masih menunggu bantuan dana rekonstruksi dari pemerintah dan para donatur lain. Untuk itu, pemerintah setempat telah mulai melakukan verifikasi data kerusakan rumah untuk menentukan besar bantuan yang akan diberikan kepada setiap korban.
Kabupaten Padang Pariaman merupakan daerah paling parah terkena gempa 7,9 SR dan diikuti tanah longsor yang menimbun empat jorong (kampung) di wilayah tersebut. Menurut Sekretaris Daerah Pemkab Padang Pariaman Yuen Karnova kerugian materi akibat gempa tersebut di Padang Pariaman mencapai Rp 7,8 triliun.
“Namun kerugian materi itu belum dilaporkan secara resmi dan masuk dalam data Satuan Koordinasi Pelaksana (Sarkorlak) Penanggulangan Bencana Sumbar,” katanya.
Sementara itu jumlah korban jiwa akibat gempa dan tanah longsor di Padang Pariaman terdata 675 orang, luka berat 527 orang dan luka ringan 528 orang.
Jumlah rumah warga yang rusak akibat gempa dan tanah longsor dilakukan penghitungan ulang, karena diperkirakan terjadi penghitungan ganda sehingga jumlahnya menjadi besar. “Pendataan ulang rumah yang rusak, khususnya rusak berat dan roboh sedang dilakukan,” tambahnya.
Data sebelumnya yang kini terpaksa diulang tercatat rumah rusak berat dan di antaranya roboh sebanyak 70.833 unit, rusak sedang (12.630) dan rusak ringan (4.442). Total korban tewas akibat bencana ini di seluruh Sumbar tercatat 1.195 orang, luka berat 1.214 orang dan luka ringan 1.688 orang. (kompas.com, 1/11/2009)