Jumlah penderita gizi buruk di RSUD Dr Soewandhi Surabaya hingga akhir Oktober meningkat 72 persen dari 196 menjadi 269 pasien pada tahun ini. Direktur RSUD Dr M Soewandhi, dr Lilian Anggreny, di Surabaya, Sabtu (7/11), mengatakan, umumnya pasien gizi buruk datang ke RSUD Dr M Soewandhi bukan karena keluhan gizi buruk, tetapi ada penyakit lain, seperti radang paru-paru, TBC, demam tinggi, atau radang tenggorokan.
“Setelah kami periksa lebih lanjut, ternyata selain menderita radang paru-paru, mereka juga terkena gizi buruk. Umumnya, balita yang terkena gizi buruk datang dengan kondisi yang sudah sangat parah,” katanya. Hingga saat ini jumlah balita yang meninggal karena gizi buruk sudah mencapai 14 anak, padahal sepanjang tahun 2008 hanya ada lima balita.
Kurangnya perhatian orangtua pada buah hati mereka dipandang sebagai salah satu penyebab meningkatnya kasus gizi buruk di Surabaya. “Mayoritas penderita gizi buruk, orangtuanya bermata pencaharian tidak tetap, ada yang bekerja sebagai penjual di pasar, tukang rombeng, anak nelayan, atau tukang jahit sepatu,” katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya dr Esty Martiana Rachmie mengatakan, kurangnya kesadaran masyarakat terhadap kasus gizi buruk saat ini telah menjadi fokus utama dari kegiatan Dinas Kesehatan Kota Surabaya. (kompas.com, 7/11/2009)
Tidak selayaknya di negeri yang kaya raya ini terdapat kasus gazi buruk.pasti ada yang salah…!