Ramallah- Departemen Ilmu Politik di Universitas Birzeit pada hari Selasa lalu menyelenggarakan acara dialog terbuka dengan menghadirkan masing-masing Abdur Rahman Zayoud dari Hizbut Tahrir, dan Ala’ Abu Shaleh, seorang anggota Biro Informasi Hizbut Tahrir. Tujuan acara itu diadakan adalah untuk memperkenalkan kepada para mahasiswa tentang pemikiran politik Hizbut Tahrir. Sehingga tema acara itu adalah “Dialog Seputar Pemikiran Politik Hizbut Tahrir.”
Forum yang dikemas dalam acara dialog itu membahas beberapa topik secara mendalam mengenai metodologi Hizbut Tahrir dalam menghadapi seriap peristiwa dan perkembangan politik terbaru, strategi Hizbut Tahrir dalam mengubah realitas, dan metode syar’iy (Islam) yang ditempuh oleh Hizbut Tahrir dalam uasahanya untuk mendirikan Khilafah Islam.
Turut berpartisipasi dalam pertemuan itu sejumlah staf akademik di departemen dan lain-lainnya. Sedang yang istimewa dalam pertemuan itu adalah dibahasnya sejumlah topik, serta partisipasi aktif para mahasiswa dalam berdiskusi dengan kedua nara sumber, dan dalam mengkritisi gagasan Hizbut Tahrir.
Abu Shaleh berbicara tentang upaya Hizbut Tahrir untuk membangun pemahaman politik yang cermat terhadap setiap peristiwa yang sedang terjadi di dunia, kemampuannya untuk mengkaji setiap peristiwa dan mengarahkannya untuk tujuan yang hendak diwujudkannya, yaitu mengebalikan kehidupan Islam dengan menegakkan Negara Khilafah. Ia menekankan bahwa kepemimpinan Hizbut Tahrir senantiasa menjadikan semua situasi politik untuk membangun informasi politik yang akurat dan cermat. Ia juga berbicara tentang bagaimana metode Hizbut Tahrir dalam beraktivitas untuk mendirikan negara Islam, di mana dalam hal ini ia menegaskan bahwa Hizbut Tahrir konsisten meneladani metode Rasulullah SAW.
Sedangkan Zayoud berbicara tentang kemampuan Hizbut Tahrir dalam memahami situasi internasional melalui pengetahuannya yang luas terhadap berbagai ideologi dan pergerakan internasional yang menjadi aktor di panggung internasional, serta pengamatannya yang terus-menerus terhadap perkembangan politik terbaru dan perimbangan kekuatan. Ia menekankan tentang kemampuan Hizbut Tahrir ketika mendirikan negara dengan kecakapan dan keahlian untuk memimpin negara agar menjadi negara nomor satu di dunia. Ia mengatakan bahwa Hizbut Tahrir dalam melihat situasi internasional melalui perspektif akidah Islam, dan mengurusi semua urusan umat beradasarkan hukum-hukum Islam. Inilah pemahaman Hizbut Tahrir yang mengkristal terhadap makna politik dalam Islam.
Seorang anggota Biro Informasi Hizbut Tahrir Palestina, Ir. Bahir Shaleh mengomentari acara dialog terbuka ini dengan mengatakan: “Ini merupakan sebuah inisiatif baik dari Departemen Ilmu Politik. Dalam hal ini, kami sangat mengapresiasi langkah yang memungkinkan para mahasiswa untuk berkomunikasi secara langsung dengan Hizbut Tahrir dan para aktivisnya. Dan kami menyambut baik setiap langkah yang sama, baik dari aspek politik atau akademis.” (pal-tahrir.info, 11/11/2009)
Masya Allahu! Bravo Hizbut Tahrir! Ayo, kapan UNPAD, ITB, UPI, UGM akan undang Ust, Hafidz Abdurrahman MA dan Ust Ismail Yusanto untuk membedah pandangan-pandangan Hizbut Tahrir? Ahsantum bima fa’altum, Allahu yubaarik fiikum, yassarallahu umurakum li taqwa.. Aamiin..
Universitas2 di Indonesia sudah selayaknya menyelnggarakan acara serupa.
Allahu Akbar…Luar biasa!!!