Syeikh Yusuf Makharza: Penjara Bukan Penghalang Dakwah

Panas dan dingin berganti antara siang dan malam. Penjara itu tak beratap kecuali langit. Kasurnya pun pasir. Dindingnya kawat berduri yang dialiri listrik. Makanannya pun hanya layak untuk binatang. Begitulah kondisi di salah satu penjara Israel.

Syeikh Yusuf Makharza pun merasakan itu. Pria yang lahir di Kota Dzahiriah, Palestina bagian selatan tahun 1964 itu dipenjara Israel gara-gara perjuangannya membebaskan Palestina dari tangan Israel.

Syeikh Yusuf terlahir dari keluarga Muslim yang selau menjaga akidah pemikiran dan perasaan dengan Islam. Sejak kecil kedua orang tuanya menanamkan nilai-nilai Islam secara benar dan menghilangkan pengaruh pemikiran kufur dan racun-racun yang disebarkan kaum Zionis.

Ayahnya selalu menanamkan rasa cinta kepada Islam dan memusuhi yang membenci Islam. Tak heran ketika ia baru kelas 11 (setara SMU-red) di salah satu sekolah di Palestina, ia sangat senang saat seorang gurunya memberikan kitab Muqadimatu Dustur (Mukadimah UUD) karya Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani.

”Subhanallah, kitab tersebut bagus sekali karena menjelaskan sistem yang murni Islam,” jelasnya. Kitab itu menggambarkan berbagai aspek kehidupan sosial seperti aspek pergaulan pria dan wanita, ekonomi, pemerintahan, pendidikan dan lain sebagainya. Kitab tersebut diformat layaknya sebuah rancangan Undang-Undang yang akan ditawarkan kepada Khilafah (Negara Islam) kelak untuk diterapkan oleh Khalifah (Kepala Negara Islam) untuk mengatur kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Masuk Bui

<!– /* Font Definitions */ @font-face {font-family:”Cambria Math”; panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4; mso-font-charset:1; mso-generic-font-family:roman; mso-font-format:other; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;} @font-face {font-family:Calibri; panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1073750139 0 0 159 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:””; margin-top:0in; margin-right:0in; margin-bottom:10.0pt; margin-left:0in; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:”Calibri”,”sans-serif”; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:Arial; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} .MsoChpDefault {mso-style-type:export-only; mso-default-props:yes; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:Arial; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} .MsoPapDefault {mso-style-type:export-only; margin-bottom:10.0pt; line-height:115%;} @page Section1 {size:8.5in 11.0in; margin:1.0in 1.25in 1.0in 1.25in; mso-header-margin:.5in; mso-footer-margin:.5in; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} –>

Kitab inilah yang kemudian menjadi pemicu Syeikh Yusuf untuk mengaji secara intensif isi buku tersebut kepada guru sekolah itu. Tak cuma belajar, ia langsung mendakwahkan apa yang didapatkannya kepada masyarakat di sekitarnya. Ia ikut menggelorakan semangat kaum Muslim untuk melawan tirani Yahudi. ”Saya jelaskan kepada mereka untuk bangkit melawan penjajahan ini dengan cara menyadarkan mereka bahwa satu-satunya pemerintah yang legal dalam Islam adalah sistem Khilafah bukan pemerintahan boneka buatan Yahudi ini,” jelasnya.

Langkah Syeikh Yusuf ini membuat Israel berang. Tahun 1988 ia dijebloskan ke penjara Naqab Syahrawi. Ia dibui dengan dakwaan sebagai anggota Hizbut Tahrir Palestina dan tidak loyal dengan sistem yang ada, serta ‘menghasut’ kaum Muslim untuk melawan Yahudi yang ingin menguasai Al Quds.

Meski hanya enam bulan dalam penjara, berbagai siksaan fisik yang cukup berat dialaminya. Bayangkan penjara tersebut dindingnya terbuat dari kawat berduri yang dialiri strum dan tanpa atap. Lantainya pasir. Bila siang cuacanya sangat panas. Sebaliknya malam sangat dingin. Untuk berlindung para narapidana membangun tenda-tenda ala kadarnya. Dalam kondisi seperti itu, Israel memberi makan yang tidak layak. Makanan tersebut cocok buat binatang.

”Mereka menganggap kita hewan. Padahal sebenarnya merekalah yang lebih hina daripada hewan ternak, seperti yang divonis Allah SWT dalam Alquran bagi orang-orang yang tidak berhukum kepada syariah Islam,” jelasnya.

Namun ia melewati itu dengan sabar. Ia tak menghentikan dakwah meskipun di dalam penjara. ”Dalam kondisi apa pun dakwah tidak boleh berhenti,” katanya. Apalagi ternyata di dalam penjara itu banyak orang-orang pergerakan. Di antaranya adalah dari pergerakan-pergerakan Islam seperti Hamas dan Jihad Islami. Ada juga dari pergerakan sekuler seperti  Front Demokrasi dan Front Rakyat. Bahkan ada juga aktivis dari pergerakan yang menjadi penguasa yakni Fatah.

Mereka semua menjadi lahan dakwahnya setiap hari. Ia mengingatkan kepada mereka bahwa meskipun tidak bergabung menjadi anggota Hizbut Tahrir, mereka pun memiliki kewajiban yang sama yakni memperjuangkan tegaknya kembali Khilafah Islam.

Dakwah tersebut membuat hubungan di antara aktivis pergerakan itu cukup bagus, tak terkecuali dengan narapidana asal Fatah. Ternyata tidak semua anggota Fatah sejalan dengan kebijakan pemerintahnya. Mereka dekat dengan Islam. Bahkan ketika ia dipukuli oleh sipir penjara, yang juga orang-orang Fatah, malah mereka membelanya. Ia kerap kali dipukuli lantaran berceramah di dalam penjara dengan suara keras menyebut penjajah Yahudi dengan sebutan bangsa kera dan monyet.

Dakwah yang tak kenal tempat ini, membuat para narapidana bisa menerima ide khilafah. Namun tidak sedikit di antara mereka berdalih:  “Khilafah masih jauh. Membutuhkan waktu yang cukup lama untuk berusaha menegakkannya”.  Ia pun menyanggahnya dengan mengatakan bahwa “Khilafah masih jauh” jelas bukan argumentasi yang dapat menggugurkan kewajiban perjuangan untuk menegakkannya. ”Setiap orang tidak tahu apa yang akan terjadi besok, Khilafah dekat atau jauh itu setiap orang tidak ada yang tahu. Jadi yang tahu Khilafah sudah dekat atau masih jauh itu hanya Allah SWT karena memang kita tidak mengetahui hal-hal yang masih gaib.”

Ia tak menyerah. Ia terus berusaha meyakinkan mereka dengan hujah-hujah dalam Alquran dan hadits mengenai janji Allah SWT akan tegakknya kembali Khilafah Islam serta kewajiban kaum Muslim untuk berjuang menyambut janji tersebut. ”Nah, itulah yang pasti. Allah SWT Maha Menepati Janji tidak mungkin ingkar janji. Kita pun berdosa seperti berdosanya orang yang mati jahiliyah bila tidak berjuang menegakkannya,” paparnya.

Dakwah Syeikh Yusuf terus berlangsung di luar penjara. Ia memahami bahwa setiap Muslim wajib mengemban dakwah. Dan setiap  pengemban dakwah bertanggung jawab atas perbaikan dunia ini dan Allah SWT akan memintai pertanggungjawaban mengenai perkara ini di akhirat kelak. ”Seorang Muslim tidak boleh takut kepada siapa pun kecuali kepada Allah SWT. Sehingga setelah keluar dari penjara saya tidak mengurangi insensitas maupun materi dakwah,” jelasnya.

Ia setiap hari mendatangi setiap masjid, kecuali ada halangan. Kini ia adalah salah satu imam masjid di Al Quds, Palestina. Setelah memimpin shalat Shubuh, ia biasa menyempatkan berceramah kepada para jamaah shalat tentang Islam kaffah. Demikian pada shalat yang lain.

Di sela-sela dakwah itu, ia tetap mencari nafkah.  ”Mencari nafkah bagi laki-laki hukumnya wajib,” kata pria berkacamata ini.

Alhamdulillah, berkat pertolongan Allah, sejak 1988 itu hingga kini ia masih menghirup udara bebas dan terus berdakwah. Menurutnya, dakwah adalah pilarnya Islam sehingga tidak boleh ditinggalkan bagaimana pun kondisinya. Ia berpesan seorang Muslim tidak boleh takut dalam memperjuangkan Islam. Ia mengaku sangat rindu menyaksikan tegaknya Khilafah kembali atau syahid dalam memperjuangkannya. [] mediaumat.com –joko prasetyo