Wawancara dengan Osman Bakhac Komite Eksekutif Hizbut Tahrir (HT) Lebanon
(dimuat di Asia Time Online)
Oleh Mahan Abedin
Osman Bakhach adalah wakil ketua Komite Eksekutif Hizbut Tahrir (HT) di Libanon. Sebelum tahun 2007, beliau bertugas di kantor media HT Libanon. Beliau dilahirkan tahun 1960 di Tripoli, Libanon utara. Beliau bergabung dengan HT pada tahun 1977 ketika masih di SMA. Bakhach menyelesaikan studinya di universitas Fakultas Teknik Medis dan saat ini menjadi Kepala Departemen Teknik Biomedis di sebuah rumah sakit besar di Beirut.
Mahan Abedin (MA): Bagaimanakah analisa HT terhadap pemilu Lebanon baru-baru ini (Juni 2009) dan akibatnya?
Osman Bakhach (OB): Perpolitikan Libanon saling berkaitan dengan perpolitikan regional di Timur Tengah, yang pada gilirannya, mencerminkan percaturan politik internasional dan pencarian pengaruh dan dominasi dari kekuatan utama di kawasan itu. Pemilu 2009 pada bulan Juni lalu adalah episode terbaru yang menunjukkan bahwa Lebanon tidak pernah menjadi negara merdeka yang layak sejak pembentukannya oleh kolonial Perancis pada tahun 1920. Libanon adalah tempat di mana terjadi benturan kepentingan politik di Timur Tengah. Politik Lebanon selalu dibentuk oleh para pemain regional dan internasional, dan pemilihan umum yang baru dilaksanakan hanya membenarkan fakta ini.
Walaupun terjadi apa yang disebut sebagai koalisi 14 Maret [yang dipimpin oleh Gerakan Masa Depan Saad Hariri] yang memenangkan pemilihan umum, mereka masih belum mampu membentuk pemerintah sementara sementara pihak yang kalah, yang disebut sebagai koalisi 8 Maret [yang dipimpin oleh Hizbullah] terus memegang hak veto mereka, dan merupakan kelanjutan dari status quo yang dibuat oleh Perjanjian Doha pada Mei tahun 2008. Keseimbangan kekuasaan ini – yang muncul menjadi gagasan sebuah pemerintah persatuan nasional – mencerminkan persaingan kepentingan geopolitik di Timur Tengah. Sementara itu, orang-orang Lebanon terus dihadapkan dengan kondisi ekonomi yang sulit dan pada kenyataannya kondisi kehidupan mereka juga terus memburuk.
MA: Kebijakan konvensional di Barat menganggap koalisi 14 Maret sebagai pro-Barat dan sebaliknya menganggap Koalisi 8 Maret yang dipimpin Hizbullah sebagai anti-Barat. Apakah HT juga memiliki analisis seperti ini?
OB: Tidak, kami tidak berpandangan demikian. Kami menganggap bahwa kedua kubu diarahkan supaya berpihak pada Barat. Dipermukaan pihak oposisi dianggap sebagai anti-Barat karena para penopang regionalnya, yaitu Iran dan Suriah. Tanpa mengabaikan peran Suriah sebagai kekuatan besar di Lebanon, kita perlu ingat bahwa ketika Suriah pindah ke Lebanon tahun 1975 hal itu dilakukan dengan dukungan penuh pemerintah Amerika Serikat. Sejak itu peran Suriah di Libanon telah dikoordinasikan dengan Amerika Serikat, dan telah sepenuhnya melayani kepentingan Amerika.
MA: Bukankah belum pernah ada konflik kepentingan antara Suriah dan Amerika Serikat di Libanon selama periode itu?
OB: Tidak sedikitpun!
MA: Bagaimana dengan hubungan strategis Iran dan hubungan ideologisnya dengan Hizbullah?
OB: Sejak Revolusi Iran tahun 1979, Iran telah berjuang untuk menjadi pemain dominan di wilayah itu. Iran telah memberikan dukungan penuh kepada Hizbullah dan baru-baru ini bahkan kepada Hamas. Pertanyaan yang kita miliki untuk rezim Iran, yang mengaku Islami dan mendukung kepentingan-kepentingan Islam dalam skala global, adalah dimana mereka berdiri berhadap-hadapan menentang kehadiran Amerika di Timur Tengah. Posisi kami adalah bahwa tanpa keterlibatan aktif Iran, Amerika Serikat tidak akan mampu menduduki Irak dan Afghanistan, dan atas dasar itu, kita tidak melihat adanya konflik antara Iran dan Amerika.
MA: Apakah itu berarti bahwa Anda tidak melihat keretakan yang mendalam antara peran Hizbullah di Lebanon dan kepentingan Amerika di negara ini?
OB: Kami tidak mengatakan bahwa Hizbullah sepenuhnya menyadari permainan tingkat tinggi yang dimainkan di wilayah Timur Tengah. Hizbullah telah dengan gagah berani menentang agresi Israel di Libanon. Tak seorang pun dapat menolak ketulusan pengorbanan mereka. Tetapi pada akhirnya Hizbullah tak lebih dari sebuah alat di tangan rezim Iran dan Suriah yang berada dalam posisi strategis dan kompleks dan membuat kesepakatan dengan Amerika.
MA: Tapi tentunya Anda tidak dapat menyangkal fakta bahwa Amerika tidak berharap apapun selain kekesalan terhadap Hizbullah. Mereka tidak ingin sesuatu yang lebih baik daripada melihat kelompok bersenjata itu dilucuti dan, adalah lebih baik lagi, jika bisa dibubarkan sama sekali.
OB: Orang Amerika tidak akan mempunyai masalah dalam melucuti senjata Hizbullah ketika misi kelompok itu berakhir. Untuk saat ini dan hingga ada kabar lebih lanjut, Hizbullah merupakan alat yang berguna di tangan Iran dan Suriah dan pada akhirnya menjadi persyaratan Amerika untuk menyeimbangkan ambisi hegemonis Israel di Timur Tengah.
MA: Kebanyakan ahli percaya bahwa kepentingan Amerika dan Israel di Timur Tengah hampir tidak bisa dibedakan dan analisa berputar di sekitar kebijaksanaan konvensional.
OB: Memang! Israel berguna sebagai sebuah batu loncatan untuk proyek kolonial Barat. Jangan lupa bahwa Israel diciptakan oleh Inggris untuk melayani agenda kolonial yang berbeda. Dengan meluasnya kepentingan kolonial Inggris di Timur Tengah, Israel melayani kepentingan kolonial AS. Tapi kita perlu ingat bahwa AS mempunyai kepentingan yang sangat luas yang membentang dari Afrika Utara ke Asia Tengah, dalam apa yang disebut sebagai Timur Tengah Raya. Dalam ruang geo-strategis yang luas ini, Israel hanyalah pemain kecil dan kepentingan Amerika jauh menjangkau keamanan entitas Zionis itu. Hal ini telah digarisbawahi dengan lebih berani oleh para politisi senior dan ahli strategi Amerika dalam beberapa tahun terakhir yang prihatin bahwa dukungan tanpa syarat Amerika atas Israel dalam jangka panjang sebenarnya merusak kepentingan Amerika atas apa yang disebut sebagai kawasan Timur Tengah Raya. Laporan bipartisan Baker-Hamilton (juga dikenal sebagai Laporan Kelompok Studi Irak) bulan Desember 2006 adalah suatu contoh yang bisa menjadi pembenaran. Memang, tidak ada selain Zbigniew Brzezinski [1] yang telah secara terbuka menyerukan agar Angkatan Udara AS menembak jatuh setiap pesawat Israel yang melintasi wilayah udara Irak untuk menyerang Iran.
MA: Ada dukungan internasional yang luas – dalam bentuk resolusi-resolusi PBB – untuk perlucutan senjata Hizbullah. Dimana HT berdiri pada masalah ini?
OB: Kami menempatkan persenjataan Hizbullah dalam konteks yang lebih besar untuk melawan agresi Israel. Kami berpegang pada fakta bahwa negara Israel adalah ilegal dan merebut entitas dan harus dihapuskan. Dalam hal ini setiap usaha dan kekuatab untuk menandingi ancaman Israel adalah sah dan kita menentang perlucutan senjata mereka. Singkatnya, kita melawan perlucutan senjata Hizbullah.
MA: Tapi Hizbullah telah menunjukkan kecenderungan untuk menggunakan senjata melawan para aktor politik internal di Libanon. Dimana HT berdiri atas konflik bersenjata yang meletus di Beirut dan tempat lain pada bulan Mei 2008?
OB: Sayangnya, peristiwa Mei 2008 menunjukkan kelemahan Hizbullah. Hizbullah menderita penyakit rabun visi strategis. Peristiwa bulan Mei 2008 itu menyingkap kelemahan Hizbullah dan membawanya tergantung pada manuver strategis Iran dan Suriah. Kami berharap bahwa Hizbullah belajar dari kesalahan dan mengembangkan strategi jangka panjang yang lebih komprehensif. Sebuah strategi yang didasarkan pada pembatalan warisan kolonial Sykes-Picot yang melakukan mutilasi atas bangsa-bangsa Muslim. Kami menganggap bahwa visi lain manapun pasti gagal, dan tidak lebih dari reaksi kejut atas aturan-aturan yang dipaksakan oleh kolonial Barat. Dari perspektif Islam, tidak ada yang dapat membenarkan Hizbullah duduk diam menganggur selama agresi Israel terakhir terhadap Gaza pada bulan Desember-Januari 2009.
MA: Sejauh manakah peristiwa Mei 2008 meningkatkan ketegangan sektarian di Lebanon?
OB: Tidak mengherankan, kesalahan Hizbullah membuka kembali luka lama dan menumbuhkan perpecahan. Kami di Hizbut Tahrir sama sekali menolak gagasan sektarian Syiah dan Sunni, khususnya karena hal itu bertentangan dengan kesatuan Islam.
MA: Bagaimana Anda bisa menyebutnya sebagai suatu kesalahan ketika Anda mempertimbangkan kenyataan bahwa intervensi bersenjata Hizbullah telah mencapai tujuan-tujuan gerakan ini, paling tidak dalam jangka pendek? Mereka berhasil membatalkan dua keputusan pemerintah yang kontroversial dan lebih penting lagi yakni memenangkan konsesi hak veto di Doha. Kebanyakan orang akan mengatakan bahwa ini adalah sebuah kesuksesan gemilang.
OB: Di permukaan analisis Anda kelihatan tajam. Namun, bila Anda melihat realitas dan dinamika politik Lebanon, pemerintah [Fouad] Siniora tidak memiliki kemampuan untuk melaksanakan dua keputusan. Mereka seperti tinta di atas kertas. Hizbullah melakukan kesalahan strategis untuk mengamankan kemenangan taktis yang kosong. Mereka menukar reputasi mereka sebagai sebuah gerakan anti-Israel pemberani dan heroik hanya demi sebuah kemenangan yang terlalu banyak makan korban. Bahkan kesepakatan Doha tidak memberikan sesuatu yang substansial kepada Hizbullah karena Hizbullah telah memiliki hak veto selama ini.
Mahan Abedin adalah seorang peneliti senior dalam studi terorisme dan konsultan untuk media independen di Iran. Dia sekarang menetap di Irak utara, di mana dia membantu mengembangkan kapasitas media lokal.
slma ini kita udah tahu bgaiman sifat2 orang2 kafir,yaitu amerika dan israel yang tidak akan puas dengan umat islam kalo umat islam tidak mengikuti millah mereka atau mengikuti cara jalan hidup mereka.dengan khilafahlah kaum kafir bisa kita kalahkan sampai kmenangan umat islam bisa tercapai.amieen.