Derita Muslim India: Kelompok HAM Temukan 1700 Kuburan Tanpa Nama di Kashmir

Kashmir merupakan salah satu negeri milik kaum Muslim yang hingga hari ini warganya terzalimi oleh penjajah India. Baru-baru ini, sebuah kelompok hak asasi manusia di Kashmir menyatakan, Rabu, mereka telah menemukan sekitar 1.700 kuburan tanpa nama yang terkait dengan pembantaian di wilayah itu dan mendesak pihak berwenang melakukan penyelidikan. Pembantaian atas Muslim Kashmir oleh ekstrimis India mulai terjadi sejak tahun 1947, lebih dari 70.000 syahid.

Kuburan-kuburan itu ditemukan di 55 desa dekat Garis Pengawasan, yang memisahkan wilayah-wilayah Kashmir antara India dan Pakistan, kata kelompok Pengadilan Rakyat Internasional mengenai Hak Asasi Manusia dan Keadilan di Kashmir India (IPTK) .

“Kuburan-kuburan yang diselidiki IPTK berisikan mayat orang-orang yang tewas dalam bentrokan dan pembunuhan yang seolah-olah bentrokan antara 1990-2009,” kata pejabat IPTK Angana P. Chatterji pada jumpa pers, menunjuk pada kurun waktu pembantaian tentara India atas Muslim Kashmir.

Hampir 90 persen dari kuburan-kuburan itu tidak memiliki tanda, tambahnya. Polisi membantah klaim-klaim IPTK, yang merupakan sebuah organisasi HAM independen yang beroperasi di negara bagian Jammu dan Kashmir.

“Kami akan menyelidiki laporan ini, namun sebagian besar mayat itu mungkin adalah militan Pakistan yang tewas dalam pertempuran dan selalu dimakamkan sebagai mayat tak dikenal,” kata seorang pejabat kepolisian yang menolak disebutkan namanya kepada Reuters.

Tahun lalu, kelompok HAM yang sama mengatakan, mereka telah menemukan hampir 1.000 makam tanpa nama di 18 desa di daerah yang sama. Puluhan ribu orang tewas di Kashmir India sejak perlawanan Muslim Kashmir atas kezhaliman New Delhi meletus pada 1989. Kelompok-kelompok HAM internasional, yang menyebutkan sekitar 70.000 orang tewas atau hilang, di masa silam meminta pemerintah India menyelidiki apakah kuburan-kuburan tanpa nama itu berisikan mayat warga sipil yang hilang ketika pasukan India memerangi pejuang kemerdekaan Kashmir.

Pasukan keamanan India di wilayah yang dilanda kekerasan itu membunuhi warga sipil dan menyerahkan mayat mereka sebagai militan separatis untuk mendapatkan hadiah atau promosi.

Garis Pengawasan adalah perbatasan de fakto yang memisahkan Kashmir antara India dan Pakistan, dua negara berkekuatan nuklir yang mengklaim secara keseluruhan wilayah itu. Dua dari tiga perang antara kedua negara itu meletus karena masalah Kashmir, satu-satunya negara bagian yang berpenduduk mayoritas muslim di India yang penduduknya beragama Hindu.

Derita Muslim India Tanpa Khilafah

Dulunya, India termasuk wilayah di bawah kekuasaan Khilafah Islamiyyah. Setelah Khilafah berhasil dibubarkan dan penjajahan Inggris mencaplok wilayah tersebut dan menyerahkannya kepada kaum Hindu India, kaum Muslim terusir dan terzalimi.

Lebih dari 47.000 orang tewas dalam pembunuhan di Kashmir India sejak akhir 1980-an. Pejuang Kashmir menginginkan kemerdekaan wilayah itu dari India atau penggabungannya dengan Pakistan yang penduduknya beragama Islam.

New Delhi menuduh Islamabad membantu dan melatih pejuang Kashmir India. Pakistan membantah tuduhan itu namun mengakui memberikan dukungan moral dan diplomatik bagi perjuangan rakyat Kashmir untuk menentukan nasib mereka sendiri.

Pada tahun 1947, kaum Hindu mulai melakukan pembantaian beramai-ramai atas Muslim Kashmir. Sekitar 3370 disiksa hingga tewas. Hampir 100.000 dipenjara tanpa pengadilan. Ribuan wanita Muslimah dirampas kehormatannya. Lebih dari 70.000 syahid. Kebrutalan ekstrimis Hindu itu bukan hanya di Kashmir, tetapi juga menimpa Muslim Gujarat. Pada tahun 2002, ratusan Muslimah dan anak-anak perempuan dicabuli dan kemudian dibakar oleh kaum Hindu India.

Derita kaum Muslim India belum juga berakhir hingga hari ini [baca: Dua Muslimah Diperkosa dan Dibantai oleh Tentara India, Dimanakah Pelindung Umat?]. Tanpa Khilafah, sebuah institusi penjaga dan pelindung umat, kaum Muslim terus terhina-dinakan tanpa kemuliaan. Sementara, penjajah Barat telah berhasil memecahbelah kaum Muslim dengan batas-batas semu nasionalisme. Para penguasa negeri-negeri Muslim pun diam, sedangkan tentara-tentaranya hanya dijadikan sebagai hiasan, tak sedikitpun mereka tergerak untuk membebaskan segera saudara mereka dari cengkraman penjajah.

Hanya Khilafah Rasyidah yang sesuai dengan metode kenabian, kekuatan kaum Muslim akan kembali. Melalui Khilafah inilah, kemuliaan dan kewibawaan umat akan kembali diraih. Sudah saatnya, kaum Muslim membuang batas-batas semu pemecah belah mereka “nasionalisme” dan beralih kepada persatuan kaum Muslim di bawah satu panji, yakni panji Rasulullah Saw. Berjuanglah untuk mewujudkannya, saat ini juga, sebelum masa yang menyakitkan, yakni kematian, itu datang. (Syabab.com, 4/12/2009)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*