Komisi Nasional Perlindungan Anak atau Komnas PA mendesak Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) segera menghentikan segala tayangan yang mengandung kekerasan di seluruh stasiun televisi. Kematian Heri Setiawan (12) menunjukkan buruknya kualitas tayangan televisi.
“Kita minta KPI agar tayangan yang mengandung kekerasan bukan hanya sulap Limbad, melainkan semua tayangan kekerasan agar dihentikan,” ungkap Sekretaris Jenderal Komnas PA, Arist Merdeka Sirait, di Jakarta, Rabu (16/12/2009).
Sirait menjelaskan, anak akan meniru dan merasakan apa yang ia lihat dalam tayangan televisi. Ia memberi contoh kasus yang pernah terjadi ketika maraknya tayangan “Smack Down” di salah satu televisi swasta. “Sebanyak 32 anak jadi korban karena meniru adegan itu. Sekarang ada adegan kekerasan Limbad dan kembali makan korban,” kata dia.
“Anak berpikir seolah-olah adegan itu patut dilakukan. Kasus bunuh diri juga meniru adegan di televisi. Menonton tayangan-tayangan remaja, lalu lakukan perkosaan,” tambah Arist.
Berdasarkan hasil penelitian Komnas PA tahun 2006 hingga akhir 2009, terungkap sebanyak 68 persen tayangan di 13 stasiun televisi mengandung kekerasan. Mayoritas tayangan kekerasan itu hasil produksi lokal. “Tidak ada pilihan (tayangan) buat anak. KPI lemah karena mandatnya lemah. Dia hanya beri sanksi administrasi,” kata dia.
“Kita sudah road show beberapa kali ke stasiun televisi. Dengan kasus ini (Heri), kita akan surati seluruh stasiun untuk menghentikan (tayangan kekerasan),” kata Arist.
Mengutip Kompas, Heri diduga tewas karena keingintahuannya mempraktikkan trik sulap dari Limbad, tokoh favoritnya di televisi. Bocah itu ditemukan tewas tergantung di ranjang tingkat. Pengakuan keluarga, ia tidak pernah melewatkan acara sulap dan selalu menirukan atraksi sulap. (Kompas.com, 16/12/2009)
ya..memang butuh peran negara untuk mengontrol semua tayangan di televisi. Dan negara yg bisa mengatur serta mengontrol itu semua ya hanya Khilafah..
Mahabenar Allah dengan segala firman-Nya!!
kehidupan sempitlah yang kita dapati saat berpaling dari aturan-Nya..
saat segala hal tidak berkiblat pada ‘Mardhatillah Oriented’, dan hanya berkutat pada orientasi materi semata, maka aspek2 lain yang harusnya ada pada tayangan2 tv, yang harusnya edukatif pun tak dapat dilakukan.
hingga dapat dikatakan bahwa hampir seluruh tayangan yang ada, hanya menambah permasalahan saja!!
komnas2 perlindungan anak maupun LSM2 yang ada yang berniat melindungi anak2 pun tak dapat berbuat banyak, karena memang ini adalah permasalahan sistemik.. karena orientasi hanya untuk materi, akhirnya hal apapun yang dapat menguntungkan, seburuk apapun akan ditempuh juga..
sungguh rendah peradaban sampah yang hanya berorientasi sebatas pada keuntungan materi semata!!
segera selamatkan negeri ini dan dunia dengan hukum-Nya, yang memang diciptakan untuk kebaikan manusia…
itulah akibat kita menerapkan sistem demokrasi kapitaslime yang memang sistem ini amburadul. apa nunggu generasi muda punah dulu baru kemudian tayangan kekerasan/ porno dan sejenisnya dipunahkan??????….