Pesawat Tempur AS Bunuh 120 Warga Yaman

Setidaknya 120 warga Houthi telah kehilangan nyawa dan 44 lainnya menderita luka-luka ketika jet-jet tempur teroris AS ambil bagian dalam serangan udara di Yaman barat laut provisi Sa’ada, demikian dilaporkan PressTV, Rabu (16/12/09). “Angkatan udara AS telah melakukan pembantaian yang mengerikan terhadap warga di bagian utara Yaman dengan meluncurkan serangan udara di berbagai daerah berpenduduk, pasar, kamp-kamp pengungsi dan desa-desa bersama dengan pesawat tempur Saudi,” kata gerilyawan Houthi yang berbasis di Yaman Utara.

Mereka menambahkan, “kejahatan biadab yang dilakukan oleh angkatan udara Amerika menunjukkan wajah asli Amerika Serikat. Ini membatalkan klaim Amerika yang banyak mendengung-dengungkan perlindungan hak asasi manusia, mempromosikan kebebasan warga negara serta demokrasi.”

Militer teroris Amerika melanjutkan serangan udara di utara Yaman di wilayah yang terkepung Amran, Hajjah dan Sa’ada yang telah menjadi target bersama Saudi Yaman terhadap pejuang Houthi.

Sejak lebih dari lima tahun, dan hingga saat ini perang yang berlangsung di utara Yaman, masih diselimuti oleh insiden-insiden berdarah yang telah menghilangkan ratusan nyawa, mengusir ribuan manusia, dan menghancurkan tidak sedikit harta benda. Sementara pihak-pihak yang berperang tidak ada upaya untuk menghentikan perang.
Sungguh, situasi ini mengingatkan kita terhadap apa yang terjadi di Sudan selama puluhan tahun, di mana pihak-pihak yang berkonflik tidak pernah sampai pada sebuah solusi untuk mengakhiri masalah ini, hingga dibuat berbagai kesepakatan yang disusun oleh badan-badan intelijen Barat!!

Sementara itu, Hizbut Tahrir Yaman dalam komentarnya menyebutkan bahwa masalah perang Sa’ada hanyalah salah satu dari agenda konflik Inggris-Amerika di Yaman. Konflik ini sudah lama terjadi di antara musuh-musuh umat, yaitu Inggris dan Amerika, yaitu sejak kudeta terhadap sistem imamiyah, atau yang disebut dengan revolusi Yaman pada tahun 1962, intervensi Barat di Yaman, dan konflik yang begitu intens antara intelijen Inggris dan intelijen AS, sehingga terjadilah perang di antara dua wilayah Yaman, kudeta militer, dan pembunuhan terhadap para pemimpin yang dilakukan oleh badan-badan intelijen Barat, dan para antek di wilayah setempat, sampai selesainya penyatuan Yaman pada tahun 1990, dan konflik antara kedua belah pihak juga masih berlangsung sampai perang tahun 1994.

Setelah perang, semua menjadi jelas, Inggris merealisasikan rencana lamanya, yaitu menyatukan di antara dua wilayah Yaman. Dalam hal ini, Inggris telah mampu menjalankan rencana-rencananya, dan membelenggu para antek Amerika di Yaman dengan bantuan para anteknya di wilayah setempat, seperti Yordania dan Irak pada waktu itu.

Adapun sikap Arabi Saudi yang terus-menerus berupaya untuk mencegah bersatunya di antara dua wilayah Yaman, mengingat Yaman terletak di sisi Arab Saudi, sehingga Arab Saudi tidak ingin ada negara yang lebih kuat dari dirinya di Jazirah Arab, dan Arab Saudi tetap menginginkan Yaman ada dalam belas kasihnya. Ketika ia melihat ancaman Iran, dan menyadari bahwa ia adalah korban dari rencana pembagian ala Amerika, serta ia juga melihat Yaman sebagai korbannya, dan dengan perintah Inggris, maka ia mendukung rezim reformasi pada awalnya. Namun, ketika ia melihat bahwa tentara Yaman tidak mencapai kemajuan di wilayah itu, maka ia pun memasuki perang secara langsung, dan terlibat dalam perang di perbatasan-yang dirancang oleh kaum kafir penjajah-bersama kelompok Houthi.

“Artinya, bahwa Inggris dan kepentingannya berupaya untuk mempertahankan kesatuan, dan mencegah infiltrasi Amerika ke Yaman melalui Iran dan Syiah Yaman, dan melalui Ali Salim al-Baidh. Sementara Amerika berusaha menjatuhkan rezim reformasi, dan memecah-belah Yaman seperti apa yang sedang terjadi di Sudan. Namun, apakah penduduk Yaman menyadari apa yang sedang direncanakan terhadap mereka, dan apa yang sedang disusun oleh para musuh mereka, sehingga mereka memiliki sikap yang sama untuk menghentikan semua rencana jahat penjajah Barat, dan jika tidak, maka nasib mereka akan sama dengan nasib Somalia, Afghanistan, dan Sudan.” (syabab.com, 16/12/2009)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*