(Oleh JAMES GLANZ dan RICHARD A. OPPEL.16 December , 2009)
Seorang pejabat PBB di Afghanistan mengusulkan kepada Gedung Putih sebuah rencana untuk menggantikan Presiden Afghanistan, Hamid Karzai, karena kecurangan-kecurangan dalam pemilu yang dilakukannya tiga bulan yang lalu.
Karzai sangat marah ketika mendengar usulan tadi yang disampaikan oleh Peter W. Galbraith, yang merupakan pejabat PBB Nomor dua di Afghanistan itu, yang berada di sana atas dukungan Richard C. Holbrooke, seorang utusan khusus Amerika di Afghanistan. Holbrooke sendiri berselisih paham dengan Karzai mengenai pemilu itu.
Galbraith dipecat dari posisinya pada minggu lalu karena berseteru dengan boss-nya, Kai Eide, orang Norwegia yang merupakan pejabat PBB nomor satu di Kabul mengenai cara penanganan banyaknya kecurangan yang dilakukan atas pemilu Afghanistan. Dia menuduh Eide menyembunyikan kecurangan-kecurangan itu yang menguntungkan Karzai.
Dalam sebuah wawancara Galbraith mengatakan bahwa dia tidak pernah secara aktif mempromosikan idenya untuk membujuk Karzai berhenti dari jabatannya.
Kecurangan pada pilpres yang dikonfirmasikan terjadi pada bulan Oktober lalu itu ditemukan ketika sebuah badan audit PBB mengatakan bahwa sepertiga suara yang memilih Karzai dibuang sehingga mencegah Karzai memenangkan pilpres dalam satu putaran dan memasuki putaran kedua. Pada akhirnya di putaran keduapun, Karzai dinyatakan sebagai pemenang karena pesaingnya mengundurkan diri, dengan mengatakan bahwa putaran kedua itu tidak sah.
Pengungkapan rencana Galbraith untuk menggantikan Karzai termuat dalam surat yang ditulis oleh Eide dalam sebuah wawancara.
Peranan yang harus dimainkan Amerika dalam mendukung Karzai keras diperdebatkan di Washington, ketika pemerintahan Obama menemui kesulitan bagaimana menyelesaikan kericuhan dalam pilpres itu. Karzai sering dikritik sebagai seorang pemimpin yang tidak efektif dalam memerangi Taliban karena membiarkan korupsi menjalar di pemerintahannya.
Kendatipun demikian Holbrooke mengatakan bahwa ide pergantian itu tidak mencerminkan sikap Menlu AS, Clinton, atau siapapun di Kementrian Luar Negeri.
Galbraith adalah seorang mantan Dubes AS yang memiliki suara yang berpengaruh mengenai Irak.
Dalam suatu perbincangan, Eide menolak usulan bawahannya itu untuk mengganti Karzai dengan seorang yang lebih pro-Barat, dengan mengatakan bahwa usulannya itu adalah inkonstitusional yang akan membuat dunia internasional bereaksi keras.
Eide mengatakan bahwa usulan Galbraith akan dimulai dengan “sebuah misi rahasia Wahington.” Kata Eide, pertama Galbraith akan menemui Wapres Joseph R. Biden dan setelah dia setuju dia akan menemui Presiden Obama dengan rencana berikut: Presiden Karzai harus dipaksa mengundurkan diri sebagai presiden. Setelah itu sebuah pemerintahan yang baru akan dipimpin oleh mantan Menteri Keuangan Ashraf Ghani, atau mantan Mendagri, Ali A. Jalali, yang keduanya merupakan pejabat favorit Amerika.
Dalam wawancara dengan The New York Times, Galbraith mengatkan bahwa dia hanya membujuk Karzai untuk mundur sehingga sebuah pemerintahan interim, yang diperbolehkan konstitusi, mengambil alih seandainya tidak terjadi pilpres putaran kedua.
Eide mengatakan rencana Galbraith itu menimbulkan reaksi keras di Kabul dan Karzai “sangat terganggu”. “Saya beberapa kali harus menemui presiden untuk menenangkannya atas tuduhan adanya campur tangan internasional,” kata Eide. Jubir presiden tidak bersedia mengomentari hal ini. (NYT)
Sumber:http://www.nytimes.com/2009/12/17/world/asia/17galbraith.html?hp
Cara busuk AS untuk menjajah negeri-negeri Muslim dengan menempatkan para kaki tangannya di negeri tsb. agar berkuasa kemudian menindas bangsanya sendiri.Hal ini tak akan terjadi bila Khilafah Islam tegak berdiri, Allahu Akbar!
Kasian deh lo penguasa penghianat ummat. Ini peringatan yang nyata buat penguasa muslim lainnya dimanapun mereka berada yang masih terus menjadi penjilat kafir barat n tidak menerapkan syariah