Dalam kunjungannya ke Amerika Serikat, tepatnya di Johns Hopkins University, salah satu pusat kajian di Washington, Erdogan menjelaskan tentang hubungan antara partai Keadilan dan Pembangunan dengan partai-partai Islam di dunia.
Erdogan mengumumkan bahwa pintu partainya terbuka untuk menyambut keinginan siapapun, namun partai Keadilan dan Pembangunan Turki bukanlah partai Islam.
Dia berkata: “Partai kami tidak pernah menjadi partai Islam, sebab tidak mungkin melakukan hal yang kurang memberikan rasa hormat terhadap agama kami seperti ini. Partai ini juga tidak mungkin berupa partai agama.”
Dia menambahkan: “Partai kami adalah sebuah partai konservatif dan demokratis. Bahkan kami bertekad untuk terus mempertahankan identitas ini.”
Erdogan menolak mentah-mentah sebutan Utsmaniyin baru atas politik luar negeri Turki. Dia mengatakan bahwa “tidak dapat diterima pendekatan semacam itu.”
Ada sebuah pepatah mengatakan: “Diam perlu waktu lama, berbicara tidak dipercaya”. Apakah mereka yang tertipu dan tersesat membutuhkan waktu yang lama untuk semua ini, agar mereka mengerti dan menyadari hakikat Erdogan dan partai konservatifnya?
Kemudian, apakah benar mendirikan partai berdasarkan ideologi Islam menjadi “sebuah penghinaan dan kurangnya rasa hormat” terhadap agama kita? Ataukah meninggalkan syariat Tuhan yang menciptakan manusia, lalu berhukum dengan hukum kufur, yang seharusnya membuat Erdogan dan para pendukungnya merasa malu? (al-aqsa.org, 15/12/2009)