Krisis Yaman

Oleh:  Adnan Khan

Apa yang telah menyebabkan krisis saat ini di Yaman?

Perang melawan terorisme pimpinan Amerika memasuki fase baru pada bulan Desember 2009 ketika aksi militer dialihkan dari Afghanistan ke Yaman, dan Amerika Serikat meluncurkan rudal-rudal jelajah yang dilakukan dengan bantuan pasukan pemerintah Yaman, dengan menggunakan tank-tank, helicopter-helikopter dan artileri yang menyerbu desa-desa di pegunungan yang diduga menyembunyikan jaringan Al-Qaeda Osama bin Laden. Yaman tampaknya akan menghadapi berbagai masalah di berbagai bidang, dimana pemerintah pusat Yaman yang lemah telah gagal untuk menyelesaikannya secara diplomatis dan terus menggunakan cara-cara militer untuk memecahkannya. Yaman telah menghadapi perang saudara dengan sebagian besar penduduk Shi’ah di bagian Utara. Negara itu menghadapi gerakan separatis di bagian Selatan yang menuntut penyatuan Yaman Utara dan Yaman Selatan sebagaimana tahun 1990. Yaman juga rupanya menghadapi serangan-serangan al-Qaeda di seluruh negeri. Negeri Yaman pada hari ini adalah sebuah bangsa yang sebagian besar wilayahnya masih terbelakang dan dipimpin oleh berbagai suku, sementara pemerintah pusat tidak mampu mengubah kenyataan ini.

Mengapa ada perang saudara di Utara Yaman?

Pada tahun 1962, suatu kudeta militer mengakhiri kekuasaan imam-imam Shi’ah (Zaydi) selama berabad-abad, dengan mendirikan Republik Arab Yaman, di utara Yaman. Yaman Utara mencari persatuan dengan Yaman Selatan karena kekayaan minyaknya. Kedua pemimpin – Ali Salim al-Baidh di bagian Selatan dan Ali Abdullah Saleh di bagian Utara – mendeklarasikan sebuah perserikatan di bulan Mei 1990. Para pemilih di utara memilih sebuah partai Islam, Islah, dan Kongres Rakyat Umum Saleh (GPC). Di selatan, rakyat memilih para kandidat dari Partai Sosialis Yaman (YSP).

Perpecahan yang masih ada antara Utara dan Selatan mengakibatkan terjadinya perang saudara pada tahun 1994 yang berakhir dengan kekalahan pihak Selatan. Setelah perang, pihak berwenang San’a di selatan mendorong banyak perwira militer dan para pegawai negeri untuk pensiun, dan mengganti mereka dengan orang-orang dari utara. Pada bulan Agustus 2009, tentara Yaman melancarkan ofensif besar-besaran, yang disebut Operasi Bumi Hangus, untuk menghadapi Sa’ada, kaum Shi’ah di Utara yang melancarkan pemberontakan melawan pemerintah Yaman. Sebagian besar pertempuran terjadi di wilayah pemerintahan Sa’dah di barat laut Yaman. Pemerintah mengklaim bahwa para pejuang Houthi, yang diberi nama menurut pemimpin mereka Abdul Malik al-Houthi, berusaha mengembalikan sistem imamah Shi’ah, yang digulingkan pada tahun 1962. Klan Houthi merupakan bagian dari Mazhab Zaydi, sebuah cabang dari Shi’ah yang khas Yaman.

Sebagian besar pejuangnya adalah suku-suku yang mungkin akan meletakkan senjata seandainya mereka diberi bantuan ekonomi oleh pemerintah pusat dan konsesi-konsesi seperti jalan-jalan dan sekolah-sekolah. Ada konsensus di Sanaa bahwa pada akhirnya krisis yang terjadi di utara harus diselesaikan melalui negosiasi. Tapi untuk saat ini, strategi pemerintah pusat memaksa para pemberontak agar menjadi lemah sehingga mereka mau menerima penyelesaian secara politik. Situasi ini telah diperumit oleh keterlibatan pasukan Saudi yang berjuang bersama pemerintah Yaman yang pada gilirannya menuduh Iran mendukung para pemberontak.

Mengapa ada seruan separatis di Yaman Selatan?

100.000 orang pensiunan perwira militer di wilayah selatan dan para pegawai negeri sipil dari perang saudara tahun 1994 hanya sesekali saja menerima uang pensiun mereka. Para mantan pegawai negeri yang dipaksa pensiun itu menyerukan dipulihkannya dan ditingkatkannya uang pensiun mereka. Para mantan perwira militer ini membentuk Masyarakat Pensiunan Perwira Militer (SRMO) dan memulai serangkaian aksi duduk dan melakukan pawai protes. Pihak Selatan saat ini menuntut lebih banyak diberikannya kesempatan kerja, diakhirinya korupsi, dan menuntut bagian yang lebih besar dari pendapatan minyak untuk Wilayah Selatan. Pada pertengahan tahun 2009 gerakan di Selatan ini mulai menuntut pemisahan dan pembentukan kembali sebuah Negara Selatan. Pada bulan Juni 2009, Gerakan Selatan dilaporkan menunjuk suatu Dewan Pimpinan Revolusi Damai Selatan yang beranggotakan lima orang. Ada peningkatan ketegangan antara “penduduk selatan” dan Shi’ah di wilayah selatan, yang melihat diri mereka berbeda secara budaya dengan yang lain. Badan Pemantau HAM menguraikan alasan untuk hal ini: “Ada kaum elit di selatan Yaman yang merasa terpinggirkan, tetapi kelompok-kelompok yang mereka kepalai itu menggambarkan keluhan masyarakat yang nyata. Masyarakat ingin harga-harga yang lebih murah, pelayanan yang lebih baik, dan lebih banyak lapangan kerja. Itulah alasan mengapa mereka mendukung slogan-slogan kaum separatis. ” ( ‘Atas nama kesatuan’, menurut Laporan Badan Pemantau HAM -Human Rights Watch0, Desember 2009).

Ancaman Al-Qaeda?

Yaman adalah rumah bagi banyak Mujahidin yang berperang melawan Uni Soviet ketika Negara itu menginvasi Afghanistan. Banyak Mujahidin kembali ke Yaman setelah konflik berakhir. Pada akhir perang Afghan melawan Uni Soviet, kamp-kamp pelatihan bertebaran di Yaman terutama selama tahun 1990an. Salah satu dari kamp itu – yang berada di Huttat di selatan Yaman – adalah pangkalan bagi Angkatan Darat Aden-Abyan. Ketika terjadi peningkatan perburuan oleh Amerika atas Mujahidin (yang disebut Amerika sebagai para operator al-Qaeda) di seluruh dunia setelah 9 / 11, Yaman diberikan ultimatum oleh Amerika untuk ikut bergabung dengan perang salibnya Amerika melawan umat Islam. Sebagaimana Pervez Musharraf di Pakistan, Presiden Ali Abdullah Saleh menyerah kepada tuntutan-tuntutan Amerika dan sebagai bagian dari kesepakatan dengan Presiden Bush itu, dia menerima bantuan AS jika dia berjanji untuk mengumpulkan mantan Mujahidin. Pemerintah di San’a memerlukan bantuan Mujahidin pada perang saudara tahun 1994 untuk melawan Selatan – terutama mantan kelompok Marxis – yang berusaha untuk memisahkan diri. Ini semua berubah ketika kapal induk USS Cole di Aden diserang pada bulan Oktober tahun 2000 dimana 17 orang pelaut Amerika terbunuh. Peristiwa  11/9 hanya meningkatkan tuntutan-tuntutan Amerika di Yaman.

Seberapa besar krisis ini disebabkan oleh campur tangan asing?

Baik Pemerintah Arab Saudi maupun Pemerintah Yaman telah berusaha untuk mengkaitkan Kaum Houthi  dengan Iran,  dengan memberikan bukti-bukti bahwa keduanya adalah Shi’ah walaupun Shi’ah Yaman adalah Zaydi, sementara Syi’ah Iran sebagian besar adalah Itna Ashar’I (Dua Belas Imam). Arab Saudi telah lama terganggu oleh meningkatnya pelanggaran hukum yang dilakukan oleh Yaman, perbatasan dimana dengan mudahnya orang keluar-masuk, dan kemampuan penduduk setempat untuk menyeberang perbatasan semaunya. Arab Saudi pada saat ini memaksakan adanya suatu zona penyangga perbatasan (buffer zone) selebar 10 km yang berada di dalam perbatasan Yaman.

Atas perintah Presiden Barack Obama, militer Amerika Serikat mulai melancarkan serangan-serangan rudal jelajah pada tanggal 20 Desember 2009 atas dua tempat yang dicurigai sebagai markas al-Qaeda di Yaman. Amerika saat ini melakukan campur tangan secara langsung di Yaman. Amerika hingga saat ini menggunakan pendekatan beri umpan dan beri hukuman (carrot and stick) atas pemerintah Yaman. Pasukan Khusus Yaman dilatih dengan bantuan Amerika untuk melakukan serangan yang berdasarkan data intelijen Amerika sejak Ali Abdullah Saleh bergabung dengan perang melawan terror Amerika.  Serangan-serangan semacam itu  merupakan peningkatan utama dari serangan-serangan yang dilakukan oleh pemerintahan Obama di wilaya itu.

Apakah Amerika Serikat mempunyai kepentingan strategis di kawasan itu?

Bagi Amerika dan bagi siapapun, Laut Merah dan Teluk Aden akan selalu merupakan sebuah kawasan terusan yang strategis. Lebih dari 30% semua minyak mentah dan lebih dari 10% perdagangan global melewati daerah ini.  Amerika juga telah gagal untuk mendapatkan kemenangan di Somalia – yang berada di seberang Negara Yaman dan memiliki garis pantai dengan Teluk Aden dan sebagai akibatnya memfokuskan penguasaan wilayah itu melalui laut. Terlihat tampak kehadiran kapal-kapal perang asing di Teluk Aden dan di sepanjang garis pantai Somalia. Ada kapal-kapal perang dari Armada Kelima Angkatan Laut AS di kawasan itu, yang pada akhir-akhir ini menjadi pusat pembajakan atas sejumlah kapal internasional. Menariknya sebagian besar kapal-kapal yang dibajak adalah kapal-kapal Eropa, dan tidak ada kapal-kapal Amerika, yang hadir di sana dalam jumlah yang besar, yang pada kenyataannya, di bawah kendali Amerika-lah serangan-serangan itu dilakukan.

Komando Sentral Amerika Serikat mendirikan Wilayah Patroli Keamanan Laut (MSPA), suatu wilayah zona patroli tertentu di Teluk Aden pada bulan Agustus 2008. Walaupun perbatasan-perbatasannya adalah wilayah yang  sempit, yang berbentuk persegi panjang antara Somalia dan Yaman, dan berada di dalam kawasan Utara teluk. Dari hal ini tampaknya Amerika sedang membangun sebuah pangkalan militer permanen di Teluk Aden untuk melindungi kepentingannya di Afrika dan menggunakan ketidakmampuan rezim Yaman untuk menangani isu-isu dalam negeri untuk membenarkan kehadirannya di jalur terusan yang sangat penting itu. Seorang pejabat senior militer Perancis yang namanya tercantum dalam Asharq Alawsat pada tanggal 28 Oktober 2008 mengatakan “dengan mengerahkan pasukannya di Jibouti, Amerika bertujuan untuk memastikan kehadiran permanennya di tanduk Afrika di pusat konflik di Yaman, Somalia dan bahkan Sudan.”

Sebagai kesimpulan, tampaknya serangan-serangan yang dilakukan Amerika di Yaman sesuai dalam tujuan-tujuan Amerika untuk mengontrol Teluk Aden setelah mereka gagal mengalahkan rezim Somalia dan dikarenakan kepentingan-kepentingan strategis umum Amerika di Afrika. Sebagaimana ketidakmampuan pemerintah Sudan  untuk menangani apa yang awalnya adalah perbedaan-perbedaan kesukuan di negeri mereka maka Amerika kemudian campur tangan dan kemudian menggunakan konflik itu untuk mencapai tujuan pengendalian kekayaan minyak Sudan. Tampaknya Amerika menggunakan ketidakmampuan rezim Yaman untuk menangani masalah-masalah dalam negeri untuk ikut campur dalam urusan negeri itu dan kemudian mendirikan kehadiran permanen di perairan strategis di Aden.

Sumber: www.khilafah.com (27/12/2009)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*