Oleh: Adnan Khan
Media Barat sekali lagi kerap memberitakan protes massa yang dilakukan di jalan-jalan di Teheran. Pada hari Asyura, protes massa tersebut terjadi di kota-kota utama Iran dan gambar-gambar petugas keamanan yang memegang tongkat polisi menjadi berita di media-media Barat. Pada hari Asyura itu sebanyak 15 orang tewas dalam bentrokan yang terjadi selama protes berlangsung. Demonstrasi itu walaupun diikuti sedikit orang merupakan hasil dari apa yang terjadi terus-menerus sebagai akibat dari pilpres 12 Juni 2009. Para kandidat reformis yang kalah mengklaim bahwa seluruh proses pemilihan itu bertentangan dengan kehendak rakyat Iran, yang sebagian besarnya menentang Presiden Iran yang berkuasa saat ini Mahmoud Ahmadinejad dan kebijakan-kebijakannya, tetapi sebenarnya penguasa dictator yang tidak populer itu melakukan kecurangan pada hasil pemilu dan yang membuat pilpres agar tampak bahwa ia telah memenangkan pemilihan presiden itu dengan suara yang besar. Media Barat terus menerus menyoroti cerita ini ke seluruh dunia dan berpendapat bahwa demonstrasi-demonstrasi itu mewakili kehendak rakyat Iran untuk Kebebasan dan Demokrasi.
Hubungan Iran –Barat
Liputan Barat atas pemilihan presiden itu sebenarnya berakar pada akar yang lama yakni sikap yang menentang Revolusi Islam dan mendukung kaum reformis yang menginginkan Iran yang bebas dan liberal. Barat telah terlibat dengan Iran atas dasar ini selama puluhan tahun dan terus melakukannya. Mitos yang dilakukan dunia Barat yang menipu membuat agar kita percaya adalah bahwa kejatuhan Syah ini disebabkan oleh gerakan massa orang yang menuntut kebebasan (liberalisasi). Jika kelompok reformis seperti itu didukung oleh Barat, mereka akan menjadi mayoritas dan memerintah negara. Para wartawan Barat percaya bahwa siapa saja yang mengenal Beyonce, punya iPod, memiliki sebuah blog dan tahu bagaimana memakai Twitter pastillah menjadi pendukung yang antusias atas Kebebasan dan Demokrasi. Individu semacam itu dapat ditemukan di antara kelas-kelas profesional di Teheran, serta di kalangan para mahasiswa.
Kebanyakan dari mereka berbahasa Inggris, sehingga mereka dapat diakses oleh para wartawan Barat, dan para diplomat dan intelijen. Mereka adalah orang-orang yang dapat berbicara dengan orang Barat, dan dari orang-orang seperti itulah orang-orang Barat menerima informasi bahwa revolusi terjadi di sana.
Inilah sebabnya mengapa penting untuk diingat bahwa hampir semua berita yang keluar dari Iran mengenai demonstrasi itu berasal dari Website pihak opisisi, yang cenderung membuat krisis muncul sesering mungkin dan memaksimalkan kekuatan nyata dari para pengunjuk rasa. Banyak dari situs-situs tersebut yang berbasis di luar Iran dan tergantung pada komunikasi periodic yang sama dengan Iran sebagaimana dilakukan dengan pihak lain.
Campur tangan Barat di Iran bukanlah suatu hal baru. Barat terus-menerus ikut campur dalam urusan dalam negeri Iran sepanjang sejarah. Pada tahun 1953 CIA menggulingkan pemerintah terpilih Mohammed Mosaddeq atas permintaan, dan dengan dukungan dari pemerintah Inggris karena dilakukannya nasionalisasi kekayaan minyak Iran atas apa yang disebut CIA sebagai Operasi Ajax. Campur tangan ini membawa Mohammad Reza Pahlavi yang pro-Barat ke tampuk kekuasaan yang menjadi sumber dukungan yang melindungi kepentingan Barat wilayah itu hingga dia digulingkan dalam Revolusi Islam pada tahun 1979. Dukungan keuangan AS sebenarnya ditujukan untuk perubahan rezim serta melampaui dana yang dialokasikan sebesar $ 75 juta. Pada bulan Mei 2007, ABC News melaporkan bahwa Presiden Bush telah meresmikan dilakukanya suatu program rahasia CIA terhadap rezim Iran. Selain pendanaan kepada publik dan pendanaan tersembunyi bagi kelompok-kelompok oposisi Iran, Amerika Serikat juga
mendukung para individu pembangkang melalui berbagai cara.
Negara Yang Gagal
Kerusuhan yang terjadi saat ini bisa dirunut dari diadakannya pemilu. Namun apa yang kita saksikan sekarang adalah seuatu reaksi balik karena baik pihak konservatif maupun pihak reformis tidak mampu memecahkan banyak masalah Iran khususnya atas isu-isu ekonomi. 3 juta orang menganggur di Iran dan trend ini cenderung meningkat.
Saat ini kurang dari 30% penduduk Iran yang menyaksikan revolusi Islam, karena 70% rakyat Iran lahir setelah tahun 1979. Mereka yang lahir setelah tahun 1979 melihat masalah-masalah ekonomi sebagai akibat dari kebijakan-kebijakan yang gagal dari Revolusi Islam. Karena pihak Konservatif mendominasi kementerian kunci, beberapa dari mereka mengambil slogan-slogan reformasi, dan mereka mendirikan partai-partai politik atas dasar ini dan membawa isu ini kepada masyarakat.
Masalah yang mendasar bagi Iran adalah kenyataan bahwa rakyat Iran telah gagal dengan beberapa pemerintahan yang berkuasa berturut-turut. Mohammad Reza Pahlavi terfokus pada modernisasi Iran yang dilakukan atas nama kemajuan. Modernisasi ini dilakukan di banyak bidang dan termasuk reformasi sosial. Namun tidak ada yang terwujud. Pembangunan beberapa pabrik tidak mampu sama sekali menghentikan kemiskinan dan bahkan kemiskinan meningkat meskipun lebih banyak ditemukan ladang minyak di Teluk Persia. Syah ingin memecahkan struktur ekonomi yang ada saat itu yang dibangun di atas dasar pertanian sehingga membuat para ulama sangat kaya. Selama tahun 1960an Syah berkonsentrasi pada reformasi social. Reformasinya dibangun dengan meniru Barat dan melembagakan cara berpakaian Barat, yang dilambangkan oleh istri dan anak perempuannya. Perilaku seperti itu hanya membuat sebagian besar penduduk Muslim merasa terasing dari penguasanya dan ini menyebabkan Syah digulingkan dengan kekerasan. Seperti juga tahun 1970an banyak yang melihat Syah sebagai penguasa lalim, dan ekonomi pun tidak menjadi modern sebagaimana janjinya. Ketika Syah semakin menjadi otoriter banyak orang yang mulai menunjukkan apa yang mereka lihat sebagai ketidakadilan yang dilakukan oleh Syah. Kegagalan Syah untuk memecahkan masalah-masalah negara mengakibatkan banyak orang mencari alternatif.
Ayatollah Rahullah Khomeini datang dengan melambangkan ‘perubahan’ dan banyak kelompok-kelompok yang bahkan tidak Islami sekalipun ikut termobilisasi dengan kelompok-kelompok lain dan membawa negara menjadi mandeg. Ketika Syah memerintahkan tentara melepaskan tembakan kepada para demonstran – itu adalah penentuan terakhir. Sebelum akhirnya ada teriakan revolusi, Syah telah melarikan diri dari Negara itu.
Segera setelah revolusi Islam telah berjalan dengan penuh, keretakan mulai muncul diantara kelompok-kelompok yang dibawa Khomeini ketampuk kekuasaan. Apa yang mulai dikenal sebagai revolusi popular yang otentik dan anti-diktator yang didasarkan pada koalisi yang luas dari semua kekuatan anti-Shah, segera saja berubah menjadi perebutan kekuasaan. Kecuali bagi beberapa pendukung inti Khomeini, para anggota koalisi itu berpikir bahwa Khomeini seharusnya lebih dimaksudkan sebagai pembimbing rohani daripada seorang penguasa. Namun para pendukung inti Khomeini itu mengambil posisi di kantor-kantor penting, sementara banyak dari mereka yang berkorban dan membawa Khomeini berkuasa mendapatkan diri mereka diasingkan, dipenjara atau disisihkan.
Perang 8 tahun dengan Irak menyebabkan produksi bangsa itu tersedot pada perang. Keprihatinan ekonomi rakyat benar-benar diabaikan. Islam tidak terlihat sama sekali. Islam tidak pernah diterapkan, namun Khomeini melakukan segalanya tetapi merujuk kepada Al-Qur’an atau Sunnah. Khomeini telah berada di pengasingan selama lebih dari 10 tahun dan tidak memiliki pengalaman berkuasa atau pengalaman kepemimpinan, namun ia berkuasa atas bangsa itu dengan tipu muslihat – dalam kenyataannya Khomeini ternyata tidak berbeda dengan Syah.
Seperti halnya Syah, Khomeini tidak melakukan apa pun untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi bangsa. Kemenangan Mohammed Khatami pada tahun 1997, membawa kaum reformis ke tampuk kekuasaan. Banyak mahasiswa yang memandang sebagai suatu jalan ke depan. Khatami secara terang-terangan berkampanye dengan melibatkan nilai-nilai Barat dalam bentuk kebebasan dan demokrasi. Kaum reformis berusaha untuk mengakhiri permusuhan dengan AS tetapi beberapa dekade yang penuh ketidakpercayaan antara Iran dan AS masih tetap ada. Keinginan Kaum Reformis untuk berusaha lebih dekat kepada Amerika Serikat runtuh ketika Bush memberikan suatu pidato kenegaraan yang memasukkan Iran dalam Negara poros setan (axis of evil state). Banyak orang Iran yang melihat hal ini yang menyebabkan Ahmadinejad berkuasa, seorang konservatif yang gigih.
Perekonomian Iran telah lama mengandalkan pada sektor energi. Iran adalah penghasil gas terbesar di dunia yang memiliki cadangan gas terbesar setelah Rusia dan dunia cadangan minyak terbesar setelah Arab Saudi. Namun infrastruktur Iran yang dibangun tahun 1940an runtuh sementara inflasi dan pengangguran merajalela tak terkendali. Ahmadinejad berkuasa dengan banyak janji-janji di bidang ekonomi yang belum terwujud. Iran pada saat ini menderita masalah prostitusi yang parah. Menurut banyak survey, hingga 500.000 perempuan Iran yang berusia di bawah usia 30 tahun terlibat dalam prostitusi di negeri itu. Banyak dari gadis-gadis itu yang terpaksa melakukannya karena stigma kemiskinan dan perceraian. Sejumlah gadis tersebut juga melakukan kawin lari karena dipaksa melakukan kawin kontrak. Iran juga memiliki masalah narkoba yang parah. Menurut pemerintah Iran ada lebih dari 1,2 juta pecandu narkoba, sementara pengidap HIV terus meningkat. Alkohol secara luas tersedia dan jika sesorang bukan seorang pecandu kokain maka kemungkinan besar ia kecanduan Alkohol.
Demonstrasi yang telah mengisi berita-berita Barat merepresentasikan mereka yang ingin perubahan akibat kegagalan ekonomi Ahmadinejad. Dia telah mengingkari semua janji-janji ekonominya dan telah menciptakan bom ekonomi yang akan meledak setiap saat. Terpilihnya Ahmadinejad pada tanggal 12 Juni 2009 dilihat oleh banyak orang di Iran sebagai kelanjutan dari kebijakan yang gagal tersebut. Ahmadinejad tidak melakukan apa-apa bagi 3 juta orang yang mengganggur. Sementara katalisator bagi demonstrasi ini adalah pemilihan umum, isu-isu pada pemilu adalah isu-isu ekonomi dan pengangguran. Media Barat terus menyebarkan berita bahwa demonstrasi-demonstrasi di Iran mewakili sentimen publik, tetapi mereka gagal untuk melihat warisan kegagalan ekonomi yang menghantui rakyat Iran.
Kesimpulan
Mahmoud Ahmadinejad melambangkan kegagalan kaum konservatif yang tidak mampu menghidupkan kembali perekonomian. Masyarakat Iran terpolarisasi, kelas menengah yang berpendidikan memuja Barat meskipun sementara orang-orang miskin walupun mereka Islam tidak dapat memahami bagaimana teks-teks Islam mampu menyelesaikan masalah-masalah modern. Kebingungan ini menyebabkan banyak orang untuk menyimpulkan Islam adalah sumber masalah. Sementara kaum Reformis menyerukan untuk membangun hubungan dengan Barat, kaum Konservatif pada permukaan terlihat tetap anti-Barat yang terlihat dari sebagian besar masyarakat Iran. Namun di balik tampilan layar itu, kaum Konservatif memandang Amerika dengan sangat berbeda dan telah bekerja bergandengan tangan dengan Negara itu yang melindungi kepentingan-kepentingan mereka di wilayah itu. Teheran terus memperluas dukungan bagi Dewan Tertinggi Islam Irak (ISCI), sebuah partai yang diciptakan Teheran pada tahun 1988 untuk mempertahankan pengaruh Iran di Irak Selatan yang berpenduduk Shi’ah. ISCI mengumpulkan banyak kelompok di Selatan untuk ikut serta dalam penyelesaian politik Amerika bagi bangsa Irak. Di Afghanistan, Iran menjalankan pelatihan ekstensif dan program-progam rekonstruksi di Kabul, Herat dan Kandahar. Sejauh ini, Iran telah berhasil mencegah Amerika menjadi malu di kedua Negara itu.
Kaum Konservatif di Iran seperti juga banyak pemimpin di seluruh dunia Islam, menggunakan Islam untuk keuntungan-keuntungan mereka sendiri. Mereka telah membuat gagal umat dan telah menggunakan sentimen-sentimen Islam yang tulus dari umat untuk menjaga diri mereka tetap dalam kekuasaan sementara umat terhempas dalam kemiskinan. Para pemimpin yang tidak tulus itu akan bertemu dengan Allah SWT dan akan menerima apa yang layak bagi mereka. Masyarakat Iran, seperti halnya umat, menginginkan perubahan, namun meniru Barat memiliki banyak catatan kegagalan. Hanya melalui penyatuan wilayah-wilayah muslim lah umat dapat menentukan nasibnya sendiri.
Sumber: www.khilafah.com (29/12/2009)