The Austria Times mempublikasikan sebuah artikel dengan judul: “Kaum Muslim Fundamentalis Mengancam Seorang Menteri Perempuan.”
Surat kabar itu mengatakan bahwa ada sebuah organisasi Islam fundamentalis terlarang yang disebut Hizbut Tahrir telah mengirimkan sebuah surat ancaman setelah hari Natal melalui e-mail kepada seorang menteri perempuan dari Partai Demokrat Sosial (SPO), Gabriele Heinisch Hosek. Surat itu terdiri dari tiga halaman, di mana isinya Hizbut Tahrir mengecam dan mengutuk upaya menteri perempuan itu untuk melarang cadar di Austria.
Surat kabar itu menjelaskan bahwa ancaman yang dikirim oleh Hizbut Tahrir kepada Heinisch Hosek itu dipahami dari penggunaan ayat al-Qur’an: “Dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksa-Nya.” (TQS. Al-Baqarah [2] : 196).
Surat kabar itu mengatakan bahwa Heinisch Hosek telah menyerahkan surat tersebut kepada Biro Federal yang khusus menangani kejahatan. Surat kabar itu menambahkan bahwa sampai saat ini tidak ada investigasi yang serius, yang dilakukan terhadap kelompok fundamentalis Muslim di Austria.
Seorang juru bicara Heinisch Hosek menjelaskan bahwa Heinisch Hosek telah menghubungi Kantor Perlindungan Konstitusi dan Kantor Pemberantasan Terorisme, di mana kedua institusi itu menanggapinya dengan serius, dan menempatkan Hizbut Tahrir berada di bawah pengawasan.
Surat kabar itu menambahkan, bahwa Hizbut Tahrir-yang oleh para pakar dikatakan sebagai kelompok pertama yang mampu menembus perbatasan di Austria ini menyerukan kepada Khilafah atau negara Islam global-adalah sebuah kelompok terlarang. Hizbut Tahrir ini telah dilarang di Jerman pada tahun 2003, sebab mendukung kekerasan.
Dikatakan bahwa Heinisch Hosek pernah berkomentar tentang cadar dalam sebuah wawancara dengannya (23/12), di mana ia berkata: “Saya menganggap bahwa cadar sebagai indikasi kepatuhan dan ketundukan perempuan, dan ini merupakan rintangan utama bagi perempuan untuk mendapatkan pekerjaan di bursa tenaga kerja. Dan jika perempuan yang memakai cadar sudah terlihat banyak di Austria, maka pada saat itu saya akan berusaha untuk melarang perempuan dari memakainya; dan saya akan berusaha untuk memberlakukan undang-undang yang mengharuskan membayar denda bagi para perempuan yang memakainya di tempat-tempat umum.”
Heinisch Hosek menambahkan bahwa Islam merupakan ancaman terhadap hak-hak perempuan, terutama ketika mengarah pada “kebijakan intoleransi politik,” seperti pemaksaan memakai hijab.
****
Semua ini menjelaskan sejauhmana kebangkrutan intelektual yang telah dicapai oleh Barat, sehingga menjadikannya tidak lagi mampu menerapkan budaya yang yakininya, yang akhirnya mereka memakan tuhannya sendiri ketika mereka membutuhkannya.
Ini juga menjelaskan seberapa besar ketakutan yang dirasakan oleh Barat terhadap pemikiran Hizbut Tahrir, serta sikap ideologisnya, meskipun Hizbut Tahrir tidak melakukan akitivtas fisik (kekerasan) apapun.
Sumber: pal-tahrir.info, 4/1/2010.