PLN Cari Utangan Rp 21 Triliun

Jakarta – PT PLN (Persero) akan mencari pinjaman Rp 21 triliun untuk investasi tahun ini. Dana tersebut berasal dari pinjaman bank dan penerbitan obligasi baik dalam bentuk rupiah dan valuta asing.

“Sampai saat ini  komunitas pasar keuangan menunjukkan tingkat kepercayaan yang tinggi sehingga PLN optimistis dapat memperoleh pinjaman tersebut di harga yang kompetitif,” ujar Direktur Keuangan PT PLN (Persero), Setio Anggoro Dewo dalam siaran persnya yang dikutip detikFinance, Kamis (7/1/2010).

Menurut Dewo, dana tersebut nantinya akan dialokasikan untuk  beberapa program investasi seperti  perkuatan sistem kelistrikan kota-kota besar di Pulau Jawa, dana pendamping untuk program 10.000 MW, dan pembangunan jaringan distribusi.

Kemampuan PLN untuk mendapatkan pinjaman sebesar Rp 21 triliun tahun ini, lanjut Dewo, tentunya tidak lepas dari usulan pemerintah untuk menaikan margin PSO dari 5% menjadi 8 %.

“Kami menyambut baik usulan pemerintah mengenai kenaikan margin PSO dari 5% menjadi 8% karena akan menambah kemampuan investasi PLN. Dengan penambahan margin PSO 3%, PLN akan dapat meningkatkan kemampuan mendapatkan pinjaman sebesar Rp 21 triliun,” papar dia.

Dewo menambahkan, dengan penerimaan dari pelanggan yang diperkirakan sebesar Rp 103 triliun dan subsidi pemerintah sebesar Rp 37,8 triliun, PLN berharap kenaikan margin PSO dapat mengurangi gap antara total kas pemasukan dan pengeluaran perusahaan.

Obligasi Efektif

Badan pengawas Pasar Modal  (Bapepam) telah menyetujui penambahan (upsize) obligasi PLN dari Rp 1,5 triliun menjadi Rp 3 triliun menyusul tingginya permintaan pasar (oversubscribe) hingga  dua kali lipat.

Menurut Dewo persetujuan Bapepam tersebut tertanggal 31 Desember 2009, nomor S-11164/BL/2009 tentang Pemberitahuan efektif Pernyataan Pendaftaran.

“Dana dari obligasi tersebut diperkirakan diterima PLN dalam bulan Januari  ini untuk tujuan pendanaan investasi tahun buku 2009,” ujarnya.

Obligasi diterbitkan dalam dua jenis, yakni konvensional dan sukuk, dengan rincian:

  • Konvensional : Rp 920 miliar, tenor 7 tahun , bunga 11,95% dan Rp 1,783 triliun, tenor 10 tahun, bunga 12,55%.
  • Sukuk : Rp 130 miliar, tenor 7 tahun, imbal hasil setara 11,9% dan Rp 167 miliar, tenor 10 tahun, imbal hasil setara 12,5%.

Sumber: detikfinance.com (7/1/2010)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*