Surat kabar The Washington Post melaporkan bahwa orang kedelapan yang terbunuh bersama dengan para agen intelijen AS (CIA) di Afghanistan beberapa hari lalu adalah seorang kapten pada dinas mata-mata Yordania, yang dikenal sebagai Departemen Intelijen Umum (GID), bernama Syarif Ali bin Zaid..
Surat kabar mengatakan bahwa Zaid bin Ali ini bekerja di stasiun penyadap paling penting milik perwakilan (CIA) di wilayah timur Afghanistan. Salah satu tugas dari stasiun ini adalah memberikan informasi yang diperlukan untuk menyerang daerah-daerah kesukuan di Pakistan melalu pesawat-pesawat terbang AS tanpa awak, yang volume penerbangannya mencapai 50 kali per hari.
Di lain pihak, menurut kantor berita Yordania (Petra), bahwa Syarif Ali bin Zaid tewas sebagai syahis, sebab ia tewas dalam melaksanakan misi kemanusiaan di Afghanistan.
Washington Post mengatakan dari Jamie Smith-yang bertahun-tahun menjabat sebagai penanggung jawab CIA, setelah intervensi AS di Afghanistan-bahwa “orang-orang Yordania memiliki keahlian dalam menginvestigasi para tahanan dan merekrut para informan. Mereka mengetahui orang-orang jahat, kultur, rekan, dan yang lainnya mengenai jaringan milik mereka.”
Surat kabar itu mengatakan bahwa sejarah kerjasama antara badan intelijen Amerika Serikat dan Yordania kembali setelah tiga dekade lalu. Surat kabar juga mengatakan bahwa Amerika memberikan kepada Yordania 500 juta dolar per tahun dalam bentuk bantuan sejak penandatanganan perjanjian damai dengan zionis Israel.
Rezim Yordania, termasuk para intelijennya tidak hanya memerangi Islam, kaum Muslim, dan para pengemban dakwah Islam yang ada di Yordania dan sekitarnya saja, namun telah memperluas serangannya untuk membantai kaum Muslim yang tidak berdosa, yang memegang teguh kehormatan keluarganya, negerinya, dan agamanya dalam menghadapi serangan kaum Salibis di Afghanistan dan Pakistan.
Sementara rezim ini menilai anggota intelijennya yang tewas dengan tubuh hancur berkeping-keping dalam mengabdi kepada kaum Salibis sebagai syahid, sungguh memalukan! Padahal selama ini mereka memberikan informasi, keahlian, dan perekrutan untuk kaum Salibis sang pembantai. Semua ini mereka lakukan demi segenggam dolar yang sedikitpun tidak akan mampu menyalamatkan mereka dari kerasnya siksa neraka; dan juga demi mempertahankan rezim mereka yang sudah usang, dimana kehancurannya tinggal menunggu waktu saja. (kantor berita HT, 7/1/2009)